Hey, Kamu..
Salah kalau kamu pikir saya mengerti apa yang sedang kamu rasakan. Saya suka membaca petanda, tapi tidak selamanya saya bisa membaca petanda. Agak aneh bagi saya, orang sepertimu yang selama ini saya anggap dewasa dan 'stabil', tiba-tiba berubah labil dan menjengkelkan.
Saya sedang males menebak-nebak. Saya nggak ada waktu untuk menduga kamu sedang kenapa dengan saya. Kalau kamu memang sudah mengenal saya dengan baik, kalau kamu memang menyayangi saya dengan baik, kamu seharusnya tahu. Nggak ada gunanya mengajak saya bermain sinyal sedemikian 'seru'-nya.
Sudahlah.. Kalau kamu memang cemburu, kenapa tak sampaikan itu pada saya? Kenapa kamu harus bersikap seperti anak kecil yang merajuk, berubah menjengkelkan, hanya demi mendapat perhatian saya? Oke, mungkin satu-dua kali saya bisa mentoleransi. Tapi tidak jika siklus itu terus berulang.
Saya ingin, kamu cukup jujur dengan perasaan kamu. Bilang pada saya apa yang kamu rasakan. Kalau mulutmu tak bisa mengatakannya, kalau nyalimu tak cukup ada untuk melakukannya, jangan beri saya petanda apa-apa. Biarkan saya pahami sendiri, bahwa kamu terlalu sombong untuk mengatakan perasaanmu.
Jangan biarkan saya menghabiskan waktu hanya untuk meramal apa yang sedang kamu rasakan pada saya. Saya tahu kamu mengenal saya. Saya tau kamu mengerti saya. Saya tahu kamu tahu saya menyayangi kamu. Dan saya tahu, di balik laku kanak-kanakmu itu, kamu menyayangi saya lebih dari yang kamu sadari..
Comments
Post a Comment