Kebaya Pernikahan

cantik ya warnanya, hehehe
Hai! Saya tadi baru aja main ke Tanah Abang dengan Tampi Kadarman, teman satu SMP dan SMA saya. Hampir dua tahun di Jakarta, baru sekali ini saya main sama dia. Dan hang out perdana kami ini yoi banget tugasnya: cari kebaya buat Tampi :)

Yes, sahabat saya itu memang akan menikah. Insya Allah, dia akan menikah pada 5 Mei 2011 di Kodam, Banyumanik, Semarang. "Awas ya kamu, kalo nggak dateng! Pesen tiket Garuda sejak sekarang!" ancam si Tompi eh Tampi yang galaknya ngujubile itu.

Saya deh yang bingung. Seinget saya, Nindy -sahabat saya lainnya- juga merit Mei tahun depan. Untuk mastiin, saya pun segera kirim pesan ke Nin via Whasapp. Ternyata bener. "Aq tanggal 25, Vi.." jawab si Nin. Hiyaaa.. Macam mana pula saya pulkam dua kali??

"Tampi, kamu nikahnya kenapa nggak tanggal 24 aja sih? Atau 26? Biar deketan sama Nindy.." pinta saya. Mukanya si Tampi langsung berubah horor. Dari muka itu saja saya udah tahu maksudnya apa, hahahaha.

Perjalanan kami hari ini dimulai dari mencari kebaya warna hijau untuk malam midodareni. Fyi, midodareni adalah acara yang digelar malam hari, tepat sehari sebelum akad nikah. Umumnya acara midodareni berlangsung semiformal.

Pada momen ini, pengantin perempuan duduk di pelaminan mini di rumahnya, dan menerima tamu dan keluarga dari pihak pengantin perempuan. Ini seperti acara yang di-setting agar antar-besan makin akrab. Tapi saat midodareni pengantin pria dilarang datang. Alasannya? Biar kangen dan pangling gitu deh, saat besok melihat si pengantin perempuan, hehehe..

Nah untuk acara ini, Tampi memilih tema hijau. Saya tadi memilihkan untuknya bahan kebaya dari tile yang sudah berpayet, sehingga tidak perlu lagi menambah manik-manik di penjahitnya. Tile hijau lemon itu dipadukan dengan rok batik keunguan, karena memang ada sedikit bordir ungu di tile kebayanya.

Tampi dan satu set kebaya untuk midodareni

Selanjutnya Tampi mengajak saya ke toko yang menjual bahan incarannya. Hehehe.. Bagus sih pilihan Tampi.. Bahan tile silver dengan manik-manik yang glamor. Saya sekadar memberi saran agar nanti bustier-nya warna cerah. Biar nggak kesan suram. Soalnya si kebaya silver ini akan dipakai untuk tahap tersakral: pemberkatan di gereja.

Kebaya silver untuk pemberkatan

Tugas kami selanjutnya adalah mencari kebaya untuk resepsi. Ini nih yang paling sulit.. Hehehe.. Untuk resepsi, kata Tampi, tema warnanya adalah ungu-emas. Saya sebenarnya menyarankan Tampi untuk memilih bahan yang nggak terlalu ramai, biar bisa dipayet sesuai keinginannya.

Tapi saran saya berubah saat masuk ke toko Bombay Textile. Di situ saya melihat bahan tile ungu yang sangaaaaaaat manis. Tapi tak seperti yang saya harapkan (kok kesannya saya ya yang nikah.. Hehe), payet di tile ini sangat padat.

Sempat sih ada ibu-ibu nyeletuk di sebelah saya. "Kalau motifnya padat gitu susah Mbak, jahitnya. Harus ahli bener tuh yang jahit," kata dia, memberi saran. Baiklah ibu.. Saya pun kemudian menyampaikan saran si ibu ke Tampi. Tapi tuh anak udah telanjur jatuh cinta sama si kain. Hehehe.. Ya udah deh, terserah dia. Toh yang merit dia :p

Saya beli bantal cinta warna pink ini di Tenabang. Yang kartun punya Dian

Selesai menyambangi sebuah toko lagi yang menjual tempat seserahan mas kawin, saya lalu meminta Tampi menemani saya shalat. Kelar shalat, dia tiba-tiba cerita kalau mengurus pernikahan sendiri tanpa EO itu sungguhlah menyenangkan.

"Kamu bisa dapat semua sesuai keinginanmu, puas milihnya, bisa atur sendiri harganya, bisa nekan harga seminimal mungkin, meski badan remuk semua.. Hehehe.." kata Tampi yang kerja di Bappenas.

Sambil ngobrol, saya pun sekalian konsultasi ke dia, gimana caranya bisa ngurus nikahan sendiri di tengah aktivitas kerja. Si Tampi mulanya semangat banget nerangin ini-itu, bla bla bla, sampai akhirnya dia mengeluarkan kalimat sakti yang menohok:

"Yang penting tentuin dulu, siapa calonnya.. Huahahahaha.." ujarnya, lalu ketawa. Puas banget ni anak ketawanya. Saya curiga, sebenernya sejak tadi dia udah pengin ngeluarin kalimat menyebalkan ini >,<

Btw, walau saya belum punya calon suami, saya udah punya impian, pernikahan saya nanti kayak apa. Hahahaha.. Saya pengin, saat midodareni saya pakai kebaya pink-ungu (Apa? Norak? Masa sih? Ah enggak, ah!).

Lalu saat akad, saya ingin warna off-white dipadu hijau kalem (kayak warna kebayanya Aliya Rajasa saat tunangan sama Mas Ibas). Dan saat nikah, saya pengin pakai kebaya silver yang dipadu sama sweet pink. Hihihi..

Eh iya, untuk undangannya, saya pengin bentuknya newsletter aja, biar saya banget (moga suami saya suka juga, hehehe..). Dan untuk suvenir pernikahan, saya pengin ngasih sisir warna pink yang diikat pita emas, atau pot bunga hidup (yang kecil tapi..). Bagus nggak, bagus nggak? Hehehe..

Nah sambil menunggu saya ketemu dengan jodoh saya, baiknya saya mulai nabung mulai sekarang. Tadi Tampi juga udah ngasih saya bonus berupa kultum ala Mario Teguh yang intinya menyuruh saya menabung. Nanti deh saya tulis di postingan berikutnya.

Oh iya, saya pengin kata-kata dari Perahu Kertas-nya Dewi Lestari ada di undangan saya:

... Karena hanya bersama kamu segalanya terasa dekat, segala sesuatunya ada, segala sesuatunya benar.. Dan bumi hanyalah sebutir debu di bawah telapak kaki kita... (Dee)

Comments