Kenapa Menikmati Negeri Sendiri Saja Sulit?


Selama perjalanan ke Thai-Viet lalu, saya, Novi, dan Wita, beberapa kali mengobrol soal objek wisata di tanahair. Kalau fair, sebenarnya saya lebih ingin mengunjungi objek wisata di Indonesia, dibandingkan Thailand maupun Vietnam. Semua orang juga tahu, yang kita miliki itu jauuuh lebih indah dibandingkan negeri Asia Tenggara lain.

Saya bukannya chauvinis (ya sedikit, lah.. Hehe), tapi saya sedang berusaha menilai secara objektif. Coba bandingkan sejumlah objek berikut ini, dan beri penilaian, dari keduanya mana yang lebih outstanding dan layak dikunjungi:

1. Dreamland Bali vs Pattaya Beach, Thailand
2. Lombok vs Halong Bay, Vietnam
3. Raja Ampat vs Maya Bay, Thailand
4. Candi Borobudur vs Angkor Wat, Kamboja
5. Malioboro vs Ben Tanh Market, Vietnam
dll..

Itu lima perbandingan yang kebetulan melintas saat saya menulis artikel ini. Dari kelimanya, ada 4 objek yang menurut saya lebih cakep "versi Indonesia"-nya. Satu yang menurut saya "agak kalah" adalah Candi Borobudur, karena memang lebih mengesankan Angkor Wat. Selain lebih luas dan lebih unik, Angkor Wat juga terkesan lebih misterius. Namun tetap saja, Candi Borobudur menakjubkan di mata saya.

Nah pertanyaannya, kenapa jumlah turis asing yang masuk ke Indonesia per tahun hanya 6 juta orang, sementara luas negara kita hampir 3x lipat dibanding negara Asean lain? Jangan lupa, jumlah objek wisata di tanahair juga lebih banyak dan lebih menarik dibanding objek sejenis di luar negeri. Dari Sabang sampai Merauke, adaaa saja spot yang layak kunjung.

Di Aceh, kita punya sederet pantai yang amat indah. Turun lagi, di Sumatera Utara, ada Danau Toba. Lalu di Sumatera Barat ada Bukittinggi dan Ngarai Sianok. Berikutnya di Belitong, ada pantai berhias batu-batu raksasa seperti di film Laskar Pelangi. Dan di Lampung, ada Way Kambas dengan gajah-gajahnya yang lucu.

Itu masih di Pulau Sumatera saja, lho. Di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, apalagi Indonesia Timur, pesona alamnya saya yakin nggak kalah menakjubkannya. Tentu kita sering mendengar betapa indahnya Dataran Tinggi Dieng, Pegunungan Bromo, Krakatau, Ubud, Uluwatu, Kawah Ciwidey, Pantai Sundak, Candi Prambanan, Tanah Toraja, Wakatobi, dll..

Tapi, kenapa saya tak mengunjungi tempat-tempat itu?

Kalau diminta menjelaskan, saya punya ratusan alasan. Bahkan mungkin lebih. Cita-cita backpacking saya sebenarnya adalah menjelajah Sumatera. Saya ingin berkelana dari Sabang hingga Krakatau, dan kembali lagi ke Jakarta. Saya juga sangat ingin mencicipi kegagahan Raja Ampat yang tersohor itu, berikut merasakan air hijaunya yang sebening kristal.

Tapi apa dikata? Biaya untuk mewujudkan impian saya itu sangatlah tidak murah. Harga pesawat ke Aceh misalnya, bisa 2x lipat harga pesawat Jakarta-Phuket. Belum lagi harga penginapan yang saya yakin jauh lebih mahal di Indonesia, serta harga sewa perahu dll yang tak semurah di Thailand atau Vietnam. Dan kita tentunya sudah sering baca, bagaimana tur ke Raja Ampat bisa menghabiskan biaya minimal Rp 10 juta :'(

Masalah biaya ini ingin saya buat tulisan terpisah nantinya. Nah masalah lainnya, akomodasi ke sejumlah titik wisata di Indonesia itu tidak semudah di luar negeri. Selama di Thailand dan Vietnam lalu, ada beberapa pertanyaan dan kegundahan yang saya rasakan saat mengunjungi objek wisata setempat:

1. Transportasi di Thailand sangat terintegrasi, modern, canggih, bersih, tepat waktu, dan murah. Bandingkan dengan transportasi di Jakarta yang sopir Kopajanya ugal-ugalan kalau nyetir, ada pemerkosaan di angkot, nunggu busway bisa 45 menit, dan desak-desakan pula di dalamnya. Saya mungkin sedikit black campaign, tapi begitulah yang saya rasakan.

2. Orang Bangkok ramah-ramah dan nggak "memanfaatkan" turis. Saya pernah diceritain Wita kalau ada bule yang membayar Rp 50 ribu untuk sebuah bakpao di daerah Harmoni, Jakarta Pusat. Jahat sekali ya, penjual bakpao-nya.. Bandingkan dengan penjual makanan di Ho Chi Minh yang memberi kita harga murah (meski tak semurah penduduk lokal). Dan penduduk Bangkok yang mau membantu kita meski dengan Bahasa Inggris seadanya. "Kasus bakpao" tentu sangat buruk bagi kampanye Visit Indonesia.

3. Thailand dan Vietnam terlihat siap untuk membantu turis. Begitu sampai di Bandara Phuket yang mungil, saya bisa mendapatkan peta Phuket dengan gratis. Beda dengan di Bandara Soekarno-Hatta. Ini hal yang sangat simpel tapi tidak dilakukan pemerintah kita. Padahal dari peta itu, banyak hal yang bisa dipromosikan lho oleh pemerintah. Ayo dong Kemenbudpar bikin peta.. Modal sedikit, tapi coba rasakan pengaruhnya..

4. Thailand dan Vietnam sangat bangga, pede, dan nggak setengah-setengah menjual objek wisata mereka. Coba itu wat-wat di Thailand seperti Grand Palace dan Wat Arun, nggak ada sejarah di balik pembuatannya. Tapi pemerintah mereka bisa dengan cerdiknya membangun objek baru dan menjualnya ke turis asing! Lalu Vietnam yang pede menjual Sungai Mekong dan Notre Dame Cathedral. Hey! Di Indonesia sangat banyak objek yang lebih cantik dari itu! Tapi kenapa tak laku??

Ah sebenarnya ada beberapa yang masih mengganjal di benak saya. Tapi saya lupa, hehe.. Nanti kalau ingat, saya tambahin lagi ya.. Btw, doakan saya dong supaya -entah bagaimana caranya- berkesempatan menjelajah Indonesia.. Terima kasih :)

Comments

  1. dulu Prambanan juga seperti Angkor Wat, tapi karena ingin melihat bentuknya secara keseluruhan, dipugarlah Prambanan.

    ReplyDelete
  2. Iya, ya? Wah sayang juga kalau sebenarnya kita punya yang sebagus Angkor Wat..

    Ini Daddy kah? he:)

    ReplyDelete
  3. baru baca postingannya.. setuju juga sih... jadi pengen backpack ke Thai sama Viet.. :D

    ReplyDelete
  4. Sbnrny bkn krn tak laku... Melainkan pihak kebudayaan negri ini kental dgn nepotisme.. Jd hny budaya2 itu sj yg di promosikan... Dn itu msh nyata hngg saya menulis di tahun 2013 ini....

    ReplyDelete

Post a Comment