Selamat Ulang Tahun Carep Tempo 2010 :)
Tak terasa hampir dua tahun kita bersama. Seperti halnya orang pacaran, kita kini sudah semakin dekat, semakin kenal luar-dalam, semakin hangat, tapi bisa juga semakin sering meributkan hal-hal yang penting dan tak penting. Kita juga sudah semakin menua, seiring ratusan hari yang sudah kita lewati bersama, dan datangnya pasukan baru untuk bergabung ke markas kita, Kebayoran Centre Blok A11-12. Sadarkah kalian, kita kini sudah punya dua lusin "adek" baru?
Dua tahun lalu, 19 Desember 2010, di ruang rapat besar kantor Velbak. Kita masih berduapuluh ketika itu. Saya mengenali kalian sebagai teman-teman yang bakal menjadi saudara saya yang baru. Di ruangan bercat entah biru entah hijau, saya rekam wajah-wajah itu: Renny Fitria Sari, Aryani Kristanti, Ririn Agustia, Evana Dewi, Sutji Decilya, Gustidha Budiartie, Diah Nirmala, Anton William, Mahardika Satria Hadi, Febriyan, Aswidityo Nedwika, Febriana Firdaus, Nalia Rifika, Mutia Resty, Adisti Dini Indraswari, Pingit Aria, Arie Firdaus, Ratnaning Asih, dan Puti Noviyanda.
Masih terekam baik di ingatan saya, bagaimana empat hari masa orientasi itu kita sudah berbagi canda dan hinaan. Saya pun mulai tahu sedikit demi sedikit karakter dan latar belakang kalian. Ada yang pendiam, ada yang suka ngomong di forum, ada yang sudah S2, ada yang pernah jadi koresponden sebelumnya, ada yang akan menikah (sekarang dia sedang menunggu kelahiran anak pertamanya), ada yang centil, ada yang punya bakat ngelawak, ada juga yang (seharusnya jadi) ilmuwan.
Masa Orientasi with Renny n Tanti |
Seminggu, sebulan, hingga akhirnya setahun dan kini hampir dua tahun bersama kalian, sifat-sifat aneh itu makin terlihat. Kelakuan demi kelakuan ajaib pun makin berani kalian umbar di tengah kebersamaan yang kadang hanya sejengkalan malam. Wajah yang dulu tampak pemalu, kini beringsut gila dan hobi tertawa.
Karena kalianlah, saya kadang sampai lupa kalau saya sedang berada di Jakarta, jauh dari keluarga dan teman-teman lama. Saya pun perlahan mulai betah di ibukota, dan menikmati pekerjaan ini. Saya sadar, rasanya akan sangat berbeda jika bukan kalian yang ada di sini.
Mungkin memang benar, cinta bisa datang karena terbiasa..
Hingga akhirnya datanglah kabar itu. Mbak Diah memutuskan untuk keluar dari Tempo, dan memilih kembali ke kampung halamannya di Jawa Timur sana. Saya ingat, kita sampai menggelar "rapat khusus" malam itu, di lesehan Blok M, ditemani bercangkir-cangkir teh panas. Kita satu sama lain mulai mempertanyakan "rasa", berbagi resah, membicarakan soal kesempatan, meributkan masa depan yang sama-sama belum kita ketahui ke depannya, sekaligus mencari penawar.
Dan ternyata Mbak Diah bukan yang terakhir meninggalkan Velbak. Adis kemudian juga mengajukan surat pengunduran diri, disusul Mutia, Fika, Dwika, Renny, Puti, dan yang terakhir Eva. Kasak-kusuk "siapa berikutnya" pun terus dan terus menjadi obrolan kita. Entah saat sama-sama piket di kantor, nongkrong di warung Ibu, shalat bareng di mushala kantor, ataupun di ruang wartel yang panas itu. Ituuuu terus yang kita bicarakan.
Saya tahu, obrolan itu selalu kita bincangkan, bukan semata-mata karena kita penasaran siapa yang akan lulus dari Tempo berikutnya. Obrolan tentang itu selalu hangat dijadikan bisik-bisik, karena sebenarnya kita takut kehilangan. Kita takut, jika salah satu dari kita tak akan lagi rapat bersama di kantor. Kita takut, jika salah satu dari kita tak bisa lagi menemani kita piket malam. Kita takut, salah satu dari kita tak akan lagi meluangkan malam di warung depan sambil ber-hahahaha..
Saya tak ingin kehilangan kalian menjadi "biasa". Tapi mau tak mau, suka tak suka, saya harus menyadari tak akan selamanya kita bersama-sama di sini. Saya sebenarnya berharap, suatu saat kita mengulang masa-masa itu lagi. Saat kita hanya mengenal tawa di masa perploncoan kita di Wisma Tempo, Puncak. Saat kita tak hanya berbagi kamar dan hari, tapi juga berbagi cerita dan rahasia. Saat kita mulai mengenal kawan kita lebih dari sekadar asal kota dan kampusnya.
Sebentar lagi, lilin kue ulang tahun kita akan bertambah satu. Semoga seiring nyala api dari keduanya, kebahagiaan dan kebersamaan kita akan bertambah.. Sebagian dari kita memang sudah berada di tempat yang berbeda. Tapi saya yakin, mereka pun akan meniup lilin dengan jumlah yang sama, dengan caranya sendiri...
Kawan dengarlah yang akan aku katakan
Tentang dirimu setelah selama ini
Ternyata kepalamu akan selalu botak
Eh, Kamu kaya gorila.. Hahahaha
Cobalah kamu ngaca, itu bibir balapan
Dari pada gigi lu kayak kelinci
Yang ini udah gendut, suka marah-marah
Kau cacing kepanasan
Tapi ku tak perduli.. Kau selalu di hati
Kamu sangat berarti
Istimewa di hati
Selamanya rasa ini
Jika tua nanti
Kita t'lah hidup masing-masing
Ingatlah hari ini....
Ternyata kepalamu akan selalu botak
Eh, Kamu kaya gorila.. Hahahaha
Cobalah kamu ngaca, itu bibir balapan
Dari pada gigi lu kayak kelinci
Yang ini udah gendut, suka marah-marah
Kau cacing kepanasan
Tapi ku tak perduli.. Kau selalu di hati
Kamu sangat berarti
Istimewa di hati
Selamanya rasa ini
Jika tua nanti
Kita t'lah hidup masing-masing
Ingatlah hari ini....
Comments
Post a Comment