Kecewa Rambut

Sering dengar orang bilang dia sedang menghadapi Bad Hair Day? Saya nggak pernah merasakan itu, sampai akhirnya Selasa kemarin, Mbak Titin membuat saya jengkel setengah mati. Ya, kapster salon di daerah Manggarai itu membuat saya emosi jiwa karena salah potong rambut!!

Bukan pertama kali itu saya potong rambut di salonnya Mbak Titin. Saya suka potong di sana karena hasilnya bagus. Fyi, layer rambut panjang saya dulu dibentuk oleh Mbak Titin. Makanya saat layer itu sudah mulai panjang, kemarin saya ke salonnya Mbak Titin lagi. Saya pikir, dia “dokter” yang tepat untuk mengurus rambut saya.

Selasa lalu itu, saya sebenarnya sudah bilang ke Mbak Titin untuk sekadar merapikan layer. “Rambut belakang tetap panjang ya Mbak, tapi layer depan dipotong segini ya,” kata saya sambil menunjuk bawah telinga. Mbak Titin bilang oke, dan mulai menjepit rambut saya.

Saya enggak memperhatikan bagaimana Mbak Titin memotong rambut belakang saya. Karena memang nggak mungkin kelihatan, dan saya juga melepas kacamata jadi nggak bisa lihat jelas di kaca. Pas udah seperempat jalan dicukur, baru deh saya kaget. Potongan rambut yang jatuh kok panjang banget....

“Mbak, kok rambutku dipotong pendek...” kata saya dengan nada lemas.

Mbak Titin terlihat kaget. “Lho tadi katanya pendek?” tanyanya.

“Layer depannya aja Mbak, yang pendek.. Belakangnya tetap panjang..” jawab saya.

“Nggak apa-apa, Mbak, malah terlihat fresh kok,” kata seorang Ibu di sebelah saya. “Iya Mbak, bagus kok,” Mbak Titin menimpali.

Jujur saja, saya rasanya sangaaaaaat bete. Gimana enggak, Mbak Titin itu udah salah potong rambut saya tapi tetap saja enggak merasa bersalah. Si Ibu di sebelah saya ikut membela dia, pula. Padahal siapa yang peduli saya terlihat fresh atau tidak dengan rambut baru ini? Saya kan nggak ingin dipotong seperti ini.

Nggak mau lebih jauh ngomel, saya pun mengalah. Saya segera sibuk BBM-an, untuk mengalihkan kejengkelan saya dari Mbak Titin dan si Ibu. Padahal dalam hati rasanya masih empeeeeet banget. Saya itu nggak suka rambut pendek. Selain kurang cocok di rambut saya, rambut pendek juga nggak nyaman buat orang berjilbab.

Biasanya saya keluar salon dengan bahagia, tapi enggak kali itu. Saya merasa sangaaat bete. Saya merasa dikecewakan. Saya merasa saya sudah memberi amanah pada Mbak Titin, sudah memilih salonnya dibanding salon lain, tapi dia malah fait accompli memotong rambut saya. Yang menyebalkan adalah dia tak merasa bersalah, dan mencari pembenaran lewat Ibu di samping saya.

Itu mungkin jadi pembelajaran buat saya. Salon yang sebelumnya ngasih servis oke, bisa jadi melakukan blunder besar di kesempatan berikutnya. Mungkin saja kebencian saya terhadap hasil kerja Mbak Titin nggak memuncak, seandainya dia mengakui kesalahannya, dan tak merasa benar. Tapi sayang, yang terjadi sebaliknya.

Ngomong-ngomong soal blunder, saya juga merasa partai politik pilihan saya melakukannya di periode ini. Parpol itu sama aja kayak Mbak Titin, sama sekali tak amanah, dan tak merasa bersalah. Mungkin itu jadi peringatan buat saya untuk tak lagi memilihnya di Pemilu mendatang. Atau bahkan mungkin saya sama sekali tak akan memilih.

Oooooh.. Kecewa itu memang menyakitkan..

Comments