Mendadak Cadar
Jakarta – Selalu dibalut setelan gamis dan cadar, seperti itulah penampilan dua perempuan punggawa Grup Permai, Yulianis dan Oktarina Fury. Beberapa kali hadir di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta untuk bersaksi, bekas anak buah terdakwa kasus suap Wisma Atlet Jakabaring, Muhammad Nazaruddin, tak sekalipun menampakkan wajahnya.
Padahal, kata bekas kolega mereka di Grup Permai, Mindo Rosalina Manulang, Yulianis dan Oktarina sebelumnya tak mengenakan kerudung. Itulah yang memantik rasa penasaran Rosa –saat itu masih berstatus terdakwa kasus suap Wisma Atlet-- sampai akhirnya meminta Ketua Majelis Hakim Suwidya mengizinkannya melihat wajah kedua saksinya.
Tak cuma Rosa yang “pangling” dengan gaya baru Yulianis dan Oktarina. Sang bos, Nazaruddin, pun meminta hakim untuk membolehkannya mengintip wajah di balik cadar. Alasannya, kata pengacara Nazar, Elza Syarief, "Yulianis yang terdakwa kenal tidak pakai seperti ini."
Permintaan kubu Nazar tak langsung diiyakan Ketua Majelis Hakim Dharmawati Ningsih. Apalagi Yulianis terang-terangan emoh cadarnya dibuka di persidangan. "Tidak, saya tidak mau. Kalau Pak Nazar mau lihat, saya bersedia di ruangan tertentu," ujarnya.
Jejak Yulianis diikuti Dharnawati, pengusaha PT Alam Jaya Papua yang tersangkut kasus suap Dana Percepatan Infrastruktur Daerah (DPPID). Saat diciduk petugas Komisi Pemberantasan Korupsi di kawasan Otista, Jakarta Timur, 25 Agustus 2011, Nana –sapaan akrabnya-- belum berselubung kerudung.
Gaya berbusana Nana berubah saat berkasnya mulai digarap penyidik KPK. Beberapa kali mendatangi kantor Komisi Antikorupsi, Nana tampil dengan gamis dan jilbab hitam, meski tanpa cadar. Hingga kasusnya bergulir di pengadilan, dan dijatuhi vonis 2,5 tahun bui, Nana konsisten dengan gaya barunya.
"Tren" berjilbab juga menjangkiti sejumlah perempuan yang tengah tersandung perkara hukum. Di antaranya, tersangka kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (DGS BI) Nunun Nurbaetie, dan terdakwa kasus penggelapan dana nasabah Citibank, Inong Malinda Dee.
Menyegarkan ingatan, ada pula Imas Dianasari, bekas Hakim Ad Hoc Pengadilan Hubungan Industri Bandung yang terjerat kasus suap PT Onamba, Imas Dianasari. Sebelumnya, Imas tak pernah berjilbab saat memimpin sidang. Namun setelah kasusnya terkuak, perempuan yang dipidana enam tahun penjara itu setia dengan jilbabnya.
Ihwal alasan mereka berjilbab, tak ada yang tahu. Tapi keterangan Yulianis dan Oktarina beberapa waktu lalu, paling tidak, bisa memenuhi rasa penasaran. Kata Oktarina, ia dan Yulianis memilih bercadar karena takut diteror kubu Nazar. Maklum, ada banyak data keuangan perusahaan yang mereka ketahui. "Kalau kami tidak pakai cadar, nanti wajah kami terpampang dan kelompok Pak Nazar bisa mengejar-ngejar kami.."
*published in Koran Tempo, last month*
Padahal, kata bekas kolega mereka di Grup Permai, Mindo Rosalina Manulang, Yulianis dan Oktarina sebelumnya tak mengenakan kerudung. Itulah yang memantik rasa penasaran Rosa –saat itu masih berstatus terdakwa kasus suap Wisma Atlet-- sampai akhirnya meminta Ketua Majelis Hakim Suwidya mengizinkannya melihat wajah kedua saksinya.
Tak cuma Rosa yang “pangling” dengan gaya baru Yulianis dan Oktarina. Sang bos, Nazaruddin, pun meminta hakim untuk membolehkannya mengintip wajah di balik cadar. Alasannya, kata pengacara Nazar, Elza Syarief, "Yulianis yang terdakwa kenal tidak pakai seperti ini."
Permintaan kubu Nazar tak langsung diiyakan Ketua Majelis Hakim Dharmawati Ningsih. Apalagi Yulianis terang-terangan emoh cadarnya dibuka di persidangan. "Tidak, saya tidak mau. Kalau Pak Nazar mau lihat, saya bersedia di ruangan tertentu," ujarnya.
Jejak Yulianis diikuti Dharnawati, pengusaha PT Alam Jaya Papua yang tersangkut kasus suap Dana Percepatan Infrastruktur Daerah (DPPID). Saat diciduk petugas Komisi Pemberantasan Korupsi di kawasan Otista, Jakarta Timur, 25 Agustus 2011, Nana –sapaan akrabnya-- belum berselubung kerudung.
Gaya berbusana Nana berubah saat berkasnya mulai digarap penyidik KPK. Beberapa kali mendatangi kantor Komisi Antikorupsi, Nana tampil dengan gamis dan jilbab hitam, meski tanpa cadar. Hingga kasusnya bergulir di pengadilan, dan dijatuhi vonis 2,5 tahun bui, Nana konsisten dengan gaya barunya.
"Tren" berjilbab juga menjangkiti sejumlah perempuan yang tengah tersandung perkara hukum. Di antaranya, tersangka kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (DGS BI) Nunun Nurbaetie, dan terdakwa kasus penggelapan dana nasabah Citibank, Inong Malinda Dee.
Menyegarkan ingatan, ada pula Imas Dianasari, bekas Hakim Ad Hoc Pengadilan Hubungan Industri Bandung yang terjerat kasus suap PT Onamba, Imas Dianasari. Sebelumnya, Imas tak pernah berjilbab saat memimpin sidang. Namun setelah kasusnya terkuak, perempuan yang dipidana enam tahun penjara itu setia dengan jilbabnya.
Ihwal alasan mereka berjilbab, tak ada yang tahu. Tapi keterangan Yulianis dan Oktarina beberapa waktu lalu, paling tidak, bisa memenuhi rasa penasaran. Kata Oktarina, ia dan Yulianis memilih bercadar karena takut diteror kubu Nazar. Maklum, ada banyak data keuangan perusahaan yang mereka ketahui. "Kalau kami tidak pakai cadar, nanti wajah kami terpampang dan kelompok Pak Nazar bisa mengejar-ngejar kami.."
*published in Koran Tempo, last month*
Comments
Post a Comment