Momen dan Keajaiban

Kamu percaya nggak, dengan istilah "momennya nggak pas"? Sepertinya beberapa waktu ini saya sering banget ketemu dengan kejadian itu. Bahkan ada beberapa orang di dekat saya yang juga merasakan hal itu.

Kemarin saya ngobrol dengan salah satu teman cowok sekantor saya --the man who can't be named-- soal bagaimana momen membuat kita sama-sama tidak bisa berkutik memperjuangkan sesuatu.

Kebetulan kondisi kami mirip, lah. Intinya kami merasa tertarik dengan seseorang, tapi entah kenapa, karena sesuatu yang ajaib bernama momen, orang itu tidak bisa kita dapatkan. Meminjam istilah teman saya, "Momennya nggak pas.."

Mungkin banyak yang berpikir kalau itu hanya alibi bagi orang pengecut seperti kami. Teman saya yang lain, bilang begini: "Lhah, kenapa kalian nggak berusaha mencoba, dan nggak mencoba melawan momen?"

Saya (dan teman cowok saya) menjawab, nggak semudah itu mencoba bermufakat dengan momen. Karena saya sendiri percaya, ada yang namanya keajaiban, yang membuat momen itu datang dan menahan kehendak kita. Ada "tangan gaib" yang bekerja, sehingga akhirnya saya percaya, memang "demikianlah yang seharusnya terjadi..".

Kalau sudah baca Perahu Kertas yang ditulis Dewi Lestari, mungkin bisa memahami mengapa yang namanya ketidakpasan momen itu harus dijalani apa adanya. Karena yaaah.. Memang begitulah menjalani hidup secara nikmat.

Dalam novel itu, Kugy (cewek) diceritakan saling naksir dengan Keenan (cowok). Tapi Kugy saat itu sudah punya pacar. Saat Kugy akhirnya putus dengan cowoknya, Keenan malah jadian dengan Wanda.

Mereka pernah sama-sama single, tapi momen belum mempertemukan keduanya. Hingga akhirnya Kugy pacaran lagi dengan Remi, dan Keenan jadian dengan Luhde. Namun keajaiban bicara, dan akhirnya menyatukan Kugy dengan Keenan.

Saya tidak sedang berkata pengalaman saya dan teman cowok sekantor saya itu mirip dengan yang disajikan Perahu Kertas. Tapi setidaknya, saya, teman cowok saya, Keenan, dan Kugy, sama-sama ingin berdamai dengan momen.

Dan saya percaya, yang namanya jodoh itu sudah ada jatahnya masing-masing. Boleh saja kita memaksakan sedemikian rupa, dan melawan momen. Namun saya yakin, sekeras apapun kita melawan, pada akhirnya kita akan menyerah dan pasrah..

Comments

Popular Posts