Rasanya terharu banget membaca tulisan my partner in crime, Nindy, soal kebiasaan saya selama ini. Dengan cantik, dia menuliskan “hobi” saya menghadiri pernikahan kerabat dan kolega saya. Well, saya akui, saya memang sangat suka prosesi pernikahan. Sangat sangat sangat sangat suka!
Nindy membandingkan saya dengan Jane Nicholls, perempuan di 27 Dresses yang dikisahkan sangat menggilai pesta pernikahan. 27 baju resepsi yang dimiliki Jane adalah bukti berapa banyak pesta pernikahan yang dia hadiri dalam kurun waktu yang tidak lama. Link artikel Nindy:
"Kondangan" - by Nindy
Itu yang sedikit membuat perbedaan antara kami. Saya tidak punya dress untuk ke resepsi. Baju yang saya pakai untuk ke kondangan adalah baju yang sama dengan yang saya pakai untuk main ke mall atau ke pantai. Andalan saya (yang dekat dengan saya pasti tahu), adalah maxi dress. Yes, saya cinta mati pada maxi dress. Hahahahaha..
Kembali ke laptop. Nindy tak salah. Saya memang sangat sering datang ke nikahan orang. Tak perlu lah saya kenal dekat dengannya untuk bisa menghadiri pesta pernikahannya. Bahkan, ekstrimnya, enggak kenal pun saya mau kok datang kondangan, huehehe.. Yang penting bisa merasakan aura kebahagian dan cinta dalam resepsi tersebut. #eaaa
Fyi, ini kisah nyata. Saya pernah datang ke nikahan orang yang saya enggak kenal. Saya mewakili bapak saya karena pestanya dihelat di Jakarta. So, saat salaman dengannya di pelaminan, saya dengan senyum semanis mungkin berkata (karena saya yakin dia tak mengenali saya), “Mas Mahendra, kenalin. Saya anaknya Pak Amir Machmud, Suara Merdeka.”
Seringnya saya datang ke pesta pernikahan bukan karena saya “memaksa” mereka nanti datang ke pernikahan saya. No. Saya memang suka melihat kebahagiaan yang menguar di acara pernikahan. Saya suka bagaimana sepasang penganten itu tampak begitu ceria. Saya sangat suka melihat orang tua kedua mempelai yang terus tersenyum menyalami satu per satu tamu yang ada.
Saya suka semua yang ada di resepsi pernikahan. Entah itu pernikahan yang digelar secara sederhana di rumah salah satu mempelai, digelar di gereja, di masjid, ataupun dirayakan besar-besaran di gedung mahal. Saya suka semua itu. Tanpa terkecuali.
Saya suka momen penganten berjalan menuju pelaminan, momen mengisi buku tamu, mendapat cinderamata, melihat foto-foto prewedding yang dipajang di sejumlah sudut ruangan resepsi, menyalami penganten dan membisikkan doa untuknya, mencicipi beberapa hidangan yang ada, dan menyaksikan satu demi satu tamu datang dan menuangkan doa.
Memang sih, datang ke resepsi itu memerlukan modal. Kadang mesti beli baju, lalu beli kado atau nyumbang uang, dan membayar ongkos taksi kalau tempatnya tak terjangkau angkot. Tapi sungguh, saya tidak melihat semua itu sebagai beban. Sepenuhnya saya sadar, hati saya menikmati itu semua..
|
Nikahan Andien |
|
Nikahan Mbak Eka |
|
Nikahan Mutia |
|
Nikahan Mbak Wastu |
|
Nikahan Mbak Dwi |
|
Nikahan Renny |
|
Nikahan Kokom |
|
Nikahan Fika |
Buset deh, banyak bener fotonya hahaha.
ReplyDeleteAku inget tuh, yang pas kamu dateng mewakili Bapakmu. Waktu itu aku juga malah bisa-bisanya ketemu orang-orang yang aku kenal. Sempitnya dunia, eh Jakarta, eh lingkungan wartawan.. :D
Iya saaaaay.. itu resepsi pertama yang kurasakan di Jakarta. Ih wow banget ya kita waktu itu hahahaha
Deleteuwooooo aku juga hadir di nikahan mba ekaaa. kita tidak bertemu, atau bertemu tapi belum mengenal ya?
ReplyDeleteaku lihat kamu kayaknya Ka.. pake dress kaaaan.. hehehe
ReplyDeleteTapi gak kenal yo gak nyapa :)