(Tidak) Sengaja Jatuh Cinta

Sahabat saya sedang jatuh cinta. Binar bahagia tak pernah surut dari matanya. Senyum ceria tak pernah luput dari bibirnya. Entah saat menceritakan lelaki yang ditaksirnya, ataupun saat bertemu langsung dengan lelaki itu.

Hari-harinya tak pernah alpa dari "kehadiran" sang lelaki. Pagi, siang, senja, dan malam, lelaki itu selalu jadi nafasnya. Ia jatuh cinta. Secara tidak sengaja. Padahal jemari lelaki itu sudah terlilit cincin polos di sebelah kanannya.

Tapi, peduli apa dia?

"Aku cuma jatuh cinta. Apa itu salah?" kata sahabat saya. Dan dia melanjutkan perasaannya.

Kata orang bijak, ada kata "asa" dalam kata "rasa". Dan ada "rasa" dalam kata "perasaan". Lalu, kata sahabat saya, mengapa dia tidak boleh menyimpan asa dalam perasaannya?

Dan dia melanjutkan rasanya. Karena, katanya, dia cuma tidak sengaja jatuh cinta. Tidak sengaja pula menyimpan harapan untuk saling berbalas pesan, ataupun melempar senyum dan sapaan. Tidak sengaja pula bersemangat karena berharap pada sebuah pertemuan.

"Aku padanya cuma jatuh cinta yang tidak sengaja. Jatuh cinta yang tidak memilih. Jatuh cinta yang tidak berharap lebih," katanya. "Aku cuma jatuh cinta. Apa itu salah?"

Comments