Arti Sahabat Bagi Hotasi Nababan
Jakarta - Setiap Kamis, Basar Simanjuntak selalu duduk di bangku pengunjung ruang sidang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta. Profesinya sebagai pengusaha membuatnya leluasa untuk menjenguk sahabatnya, Hotasi Nababan, bekas Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines yang berstatus terdakwa kasus dugaan korupsi pengadaan pesawat boeing, di pengadilan.
Menurut Basar, ia merasa "berdosa" jika sebagai sahabat, tidak mendampingi Hotasi berjibaku menjalani sidang sekali sepekan. "Banyak sekali cara membantu sahabat. Salah satunya dengan mendampingi dia. Walau sebenarnya saya merasa sakit karena tidak tahu harus berbuat apa," ujarnya saat ditemui di sela persidangan Hotasi.
Basar tak datang sendiri dalam setiap sidang kasus Merpati. Beberapa kali ia menyambangi pengadilan didampingi sejumlah koleganya yang sama-sama alumni Institut Teknologi Bandung. Alumni yang datang pun tidak cuma mereka yang sejurusan dengan Hotasi di Teknik Sipil ITB angkatan 1983.
Hujan dukungan dari kolega ITB diklaim Basar disebabkan mereka percaya Hotasi tak bersalah. Dalam sejumlah pertemuan dan milis alumni, kasus korupsi yang menjerat Hotasi pun kerap dibahas. Basar menyebut ia dan kawan-kawannya kompak menilai Hotasi tak bersalah. "Karena kami yakin dia berintegritas dan bersih," ujarnya.
Sahabat kental Hotasi lainnya, Hilman Purakusumah, sependapat dengan Basar. Ia mengaku tak lelah memberi dukungan pada Hotasi lantaran percaya penuh sohibnya tak bersalah dalam kasus ini. Setiap Kamis, Hilman juga tak pernah absen menyambangi PN Tipikor Jakarta. "Saya selalu sempatkan ke sini demi dia," ujar Kepala Cabang sebuah bank pelat merah tersebut.
Sejarah persahabatannya dengan Basar dan Hotasi membuat Hilman merasa wajib memberi dukungan moral dengan hadir di persidangan. Ia merasa janggal, jika saat duduk di bangku kuliah dulu ketiganya selalu menjalani suka dan duka bersama, namun kali ini membiarkan Hotasi menghadapi ancaman bui sendirian.
Bersahabat hampir tiga dekade dengan Hotasi, Hilman menilai kawannya itu bukan sosok yang pantas disebut koruptor. "Saya yakin sekali dia clear. Masalah keuangan, Hotasi paling teliti di antara kami. Dulu saja saat kuliah, setiap makan bareng, dia yang selalu cek dan urus pembayarannya," kenang Hilman.
Hotasi mengaku bersyukur mendapat tumpukan dukungan dari para koleganya. Apalagi, menurutnya, bantuan moral adalah hal yang paling ia butuhkan saat ini. "Selama kawan-kawan percaya saya tidak korupsi, saya lega. Dukungan ini sangat membantu saya karena ini masalah kredibilitas dan kepercayaan," kata dia.
Sejumlah cara sudah ditempuh Hotasi demi membuktikan tidak ada tindak pidana dalam keputusan pembelian dua pesawat boeing oleh Merpati. Selain meminta para sahabatnya menjadi "corong" yang membantu menjelaskan duduk persoalan kasusnya ke publik, Hotasi juga menuliskan "curhatan"-nya pada sebuah buku.
Buku berjudul "Jangan Pidanakan Perdata, Menggugat Perkara Sewa Pesawat Merpati” itu beredar saat Hotasi yang berstatus tahanan kota, sudah menjalani proses sidang. "Saya gunakan semua cara agar masyarakat melihat motif politik atau bisnis tertentu bisa menyeret seseorang seperti saya ke pengadilan."
Basar mengaku tak peduli dengan sejumlah pihak yang meyakini Hotasi bersalah. Ia juga mengabaikan pendapat yang dilontarkan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie, ihwal kampus-kampus jagoan termasuk ITB sebagai pencetak koruptor. "Marzuki kok ditanggapi," kata dia, singkat.
ISMA SAVITRI
*sudah dimuat di Koran Tempo*
Menurut Basar, ia merasa "berdosa" jika sebagai sahabat, tidak mendampingi Hotasi berjibaku menjalani sidang sekali sepekan. "Banyak sekali cara membantu sahabat. Salah satunya dengan mendampingi dia. Walau sebenarnya saya merasa sakit karena tidak tahu harus berbuat apa," ujarnya saat ditemui di sela persidangan Hotasi.
Basar tak datang sendiri dalam setiap sidang kasus Merpati. Beberapa kali ia menyambangi pengadilan didampingi sejumlah koleganya yang sama-sama alumni Institut Teknologi Bandung. Alumni yang datang pun tidak cuma mereka yang sejurusan dengan Hotasi di Teknik Sipil ITB angkatan 1983.
Hujan dukungan dari kolega ITB diklaim Basar disebabkan mereka percaya Hotasi tak bersalah. Dalam sejumlah pertemuan dan milis alumni, kasus korupsi yang menjerat Hotasi pun kerap dibahas. Basar menyebut ia dan kawan-kawannya kompak menilai Hotasi tak bersalah. "Karena kami yakin dia berintegritas dan bersih," ujarnya.
Sahabat kental Hotasi lainnya, Hilman Purakusumah, sependapat dengan Basar. Ia mengaku tak lelah memberi dukungan pada Hotasi lantaran percaya penuh sohibnya tak bersalah dalam kasus ini. Setiap Kamis, Hilman juga tak pernah absen menyambangi PN Tipikor Jakarta. "Saya selalu sempatkan ke sini demi dia," ujar Kepala Cabang sebuah bank pelat merah tersebut.
Sejarah persahabatannya dengan Basar dan Hotasi membuat Hilman merasa wajib memberi dukungan moral dengan hadir di persidangan. Ia merasa janggal, jika saat duduk di bangku kuliah dulu ketiganya selalu menjalani suka dan duka bersama, namun kali ini membiarkan Hotasi menghadapi ancaman bui sendirian.
Bersahabat hampir tiga dekade dengan Hotasi, Hilman menilai kawannya itu bukan sosok yang pantas disebut koruptor. "Saya yakin sekali dia clear. Masalah keuangan, Hotasi paling teliti di antara kami. Dulu saja saat kuliah, setiap makan bareng, dia yang selalu cek dan urus pembayarannya," kenang Hilman.
Hotasi mengaku bersyukur mendapat tumpukan dukungan dari para koleganya. Apalagi, menurutnya, bantuan moral adalah hal yang paling ia butuhkan saat ini. "Selama kawan-kawan percaya saya tidak korupsi, saya lega. Dukungan ini sangat membantu saya karena ini masalah kredibilitas dan kepercayaan," kata dia.
Sejumlah cara sudah ditempuh Hotasi demi membuktikan tidak ada tindak pidana dalam keputusan pembelian dua pesawat boeing oleh Merpati. Selain meminta para sahabatnya menjadi "corong" yang membantu menjelaskan duduk persoalan kasusnya ke publik, Hotasi juga menuliskan "curhatan"-nya pada sebuah buku.
Buku berjudul "Jangan Pidanakan Perdata, Menggugat Perkara Sewa Pesawat Merpati” itu beredar saat Hotasi yang berstatus tahanan kota, sudah menjalani proses sidang. "Saya gunakan semua cara agar masyarakat melihat motif politik atau bisnis tertentu bisa menyeret seseorang seperti saya ke pengadilan."
Basar mengaku tak peduli dengan sejumlah pihak yang meyakini Hotasi bersalah. Ia juga mengabaikan pendapat yang dilontarkan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie, ihwal kampus-kampus jagoan termasuk ITB sebagai pencetak koruptor. "Marzuki kok ditanggapi," kata dia, singkat.
ISMA SAVITRI
*sudah dimuat di Koran Tempo*
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSaya Pribadi yakin Mereka tidak bersalah, semoga kejadian ini membuat mereka lebih dihebatkan.
ReplyDeleteIya semoga hakim memutus yg terbaik buat Pak Hotasi :)
DeleteMaka jadikan lulusan universitas terbaik dengan rangking 10 besar, diwajibkan menjadi Jaksa dan Hakim sebagai penegak hukum.
DeleteJangan isi posisi Jaksa dan Hakim dari universitas abal2....
Hmm perekrutan Jaksa dan Hakim kayaknya tidak jelas..........
ReplyDelete