Di Tahanan, Mereka Mendekat pada Tuhan

Jakarta - Sepucuk surat itu ditujukan untuk para bos Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam surat yang diantar Sabtu pekan lalu, tertulis permohonan dari pihak keluarga agar tersangka kasus suap cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia 2004 Miranda Swaray Goeltom diizinkan menggelar ibadah dalam Rumah Tahanan KPK.

Surat itu cepat direspon. Buktinya, pada Ahad sore lalu, Miranda disambangi pendeta Rum Waney. Di hadapan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu, sang pendeta berkhotbah dan melafazkan sabda dari Alkitab. "Bu Miranda cuma ingin diberikan kesempatan untuk beribadah," ujar pengacaranya, Andi F. Simangunsong.

Menurut Andi, pendeta Rum sebenarnya bukan pembimbing ibadah Miranda yang jemaat Gereja Protestan Indonesia Barat Imanuel, Gambir. Namun Rum yang biasa memimpin kebaktian di Gereja Kristen Bintaro, Jakarta Selatan, khusus ditunjuk pihak keluarga untuk mendampingi Miranda sembayang di rutan. KPK sebelumnya berencana menyediakan rohaniawan, namun urung dengan dipilihnya Rufey oleh pihak Miranda.

Seorang petugas pengamanan KPK menyebut, Miranda memang sering menghabiskan waktu untuk mendekatkan diri dengan Tuhan, usai ditahan KPK Jumat pekan lalu. Dalam beberapa hari pertamanya di rutan, kata sang petugas, Miranda lebih memilih untuk membaca kitab suci di dalam selnya. "Baru belakangan saja dia keluar kamarnya dan ikut nonton TV bareng Angelina (Sondakh) dan Rosa (Mindo Rosalina Manulang)," ujarnya.

Sama seperti kawan serutannya, Angelina Sondakh juga mengisi waktu luangnya di tahanan dengan mendalami agama. Sang pengacara, Teuku Nasrullah, menyebut kliennya yang mualaf tengah semangat mempelajari Islam. Itulah sebabnya Angelina minta disediakan guru mengaji dan Al Quran elektrik. "Dia bilang dengan mengaji hatinya akan lebih sejuk," ujar Nasrullah.

Permintaan Angelina disampaikan kepada komisi antirasuah sejak awal bulan lalu. Al Quran elektrik ber-'i-pen' yang disediakan keluarga, belum diloloskan untuk sang Putri Indonesia 2001. Namun permohonan hadirnya guru mengaji, dipenuhi Komisi. Seorang ustazah kini rutin bertandang ke rutan untuk membimbing tersangka kasus suap Wisma Atlet itu mengaji.

Menurut Nasrullah, ustazah yang disediakan KPK mengajari Angelina mengaji selama sejam tiap Rabu pagi. Namun intensitas itu dinilai Angelina masih kurang. Politikus Partai Demokrat itu pun minta sang ustazah juga hadir pada akhir pekan, dan menambah waktu bimbingan menjadi dua jam. "Soalnya pengetahuan Angie dalam mengaji masih minim," Nasrullah beralasan.

Terbelit kasus suap Wisma Atlet, bekas Bendahara Umum Demokrat Muhammad Nazaruddin jadi lebih relijius. Di sela sidang, ia tak alpa menunaikan salat di musala Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta. Bahkan Nazar pernah mengingatkan hakim untuk menskors sidang karena sudah masuk waktu solat zuhur.

Celetukan Nazar kepada hakim ketika itu sontak memantik senyum pengunjung sidang. Sebab bekas anak buahnya di Grup Permai, Yulianis, pernah menyebut Nazar kerap lalai menjalankan salat. Nazar, kata Yulianis, bahkan baru salat Jumat hanya jika diajak Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum, yang disebut-sebut juga petinggi Grup Permai.

Di Pengadilan Tipikor Jakarta pula terdakwa kasus yang sama dengan Nazar, Wafid Muharam, mendalami agama. Setiap ada kesempatan, bekas Sekretaris Pemuda dan Olahraga itu mendirikan salat sunah dan mengaji di musala pengadilan. Jemarinya jarang lepas dari tasbih. Buku agama pun kerap ia baca sembari menunggu giliran disidang. Menurut Wafid, kegiatan peribadatan bisa menenangkan hatinya yang dirundung gundah. "Apalagi yang saya cari sekarang selain ini?" ujarnya.

ISMA SAVITRI

*sudah dimuat di Koran Tempo*

Comments