Sandi Koruptor, dari "Susu Kaleng", Hingga "Semangka"
Jakarta - Pengunjung sidang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta sontak terbahak saat mendengar saksi kasus suap Wali Kota Semarang Soemarmo Hadi Saputro menyebut ada bagi-bagi "susu kaleng" di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setempat.
"Susu kaleng" itu, kata jaksa KMS Roni, disiapkan oleh Sekretaris Daerah Kota Semarang Akhmat Zainuri untuk para anggota dewan. "Kok ada bagi-bagi susu kaleng ini apa?" selidik Roni. Ia mendapat istilah "susu kaleng" dari transkrip rekaman pembicaraan saksi via telepon.
Dengan mimik wajah malu, Staf Perencanaan Anggaran Pemkot Semarang Ari Kurniawan mengaku pernah diminta Zaenuri menyiapkan duit miliaran untuk lima puluh anggota dewan. Duit itu terkait pembahasan rancangan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara tahun 2012. "Itu diistilahkan susu kaleng," kata dia.
Saksi lainnya, Kepala Sub Bagian Keuangan Protokoler Sekda Pemkot Semarang, Yustiningsih, menyebut istilah yang tak kalah unik di lingkungan kerjanya. Menurut Yustiningsih, ia pernah diminta Zainuri mengurus "uang nyam-nyam" untuk para anggota dewan. Kepada jaksa, Yustiningsih mengaku istilah itu menggambarkan duit pelicin.
Adapun istilah "luwak" dicetuskan Soemarmo. Dalam pembicaraannya lewat telepon yang disadap Komisi Pemberantasan Korupsi, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu terdengar melarang anak buahnya menuruti permintaan "luwak-luwak". Pengacaranya, Rudy Alfonso, mengklaim istilah "luwak" merujuk pada anggota dewan yang mendesak minta dijatah duit komisi.
Lain lagi dengan Angelina Sondakh. Tersangka kasus suap Wisma Atlet Jakabaring itu memilih buah-buahan sebagai sandi saat kongkalikong dengan Mindo Rosalina Manulang, anak buah Muhammad Nazaruddin di Grup Permai. Dalam percakapan keduanya via layanan BlackBerry Messenger, terungkap istilah "apel Malang", "apel Washington", dan "semangka".
Belakangan, setelah kasus Wisma Atlet disidangkan, Rosa mengurai makna sandi yang dikarang Angelina. Ia menyebut istilah "apel Malang" merujuk pada rupiah, "apel Washington" kata pengganti dari dollar Amerika Serikat, sedangkan "semangka" diartikan keduanya sebagai duit. "Istilah itu dibuat Angelina agar tidak terlalu vulgar," Rosa mengaku.
Di ruang Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat, tiap warna punya makna tersendiri. Dalam laptop staf banggar yang ditemukan KPK, terdapat dokumen berisi daftar penerima alokasi Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah yang dihiasi warna merah, biru, kuning, maupun hijau. Tak cuma itu, ada pula kode K dan P yang diduga menyimbolkan bos-bos banggar, dan pimpinan DPR.
Aktivis Indonesia Corruption Watch Apung Widadi menilai penggunaan sejumlah sandi menyiratkan kerjasama antarkoruptor kian solid dan tersistem. "Koruptor makin kreatif dan canggih," ujarnya. "Mereka juga semakin kompak dalam menghindari aksi-aksinya terendus penegak hukum."
Menurut Apung, menghadapi fenomena semacam itu Komisi Pemberantasan Korupsi tak boleh lengah. Haram bagi Komisi untuk menilainya sebagai guyonan belaka. Apalagi, sandi-sandi itu biasanya berupa petunjuk yang bisa membantu penelusuran kasus. "KPK harus lebih canggih," kata dia.
ISMA SAVITRI
#sudah dimuat di Koran Tempo
"Susu kaleng" itu, kata jaksa KMS Roni, disiapkan oleh Sekretaris Daerah Kota Semarang Akhmat Zainuri untuk para anggota dewan. "Kok ada bagi-bagi susu kaleng ini apa?" selidik Roni. Ia mendapat istilah "susu kaleng" dari transkrip rekaman pembicaraan saksi via telepon.
Dengan mimik wajah malu, Staf Perencanaan Anggaran Pemkot Semarang Ari Kurniawan mengaku pernah diminta Zaenuri menyiapkan duit miliaran untuk lima puluh anggota dewan. Duit itu terkait pembahasan rancangan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara tahun 2012. "Itu diistilahkan susu kaleng," kata dia.
Saksi lainnya, Kepala Sub Bagian Keuangan Protokoler Sekda Pemkot Semarang, Yustiningsih, menyebut istilah yang tak kalah unik di lingkungan kerjanya. Menurut Yustiningsih, ia pernah diminta Zainuri mengurus "uang nyam-nyam" untuk para anggota dewan. Kepada jaksa, Yustiningsih mengaku istilah itu menggambarkan duit pelicin.
Adapun istilah "luwak" dicetuskan Soemarmo. Dalam pembicaraannya lewat telepon yang disadap Komisi Pemberantasan Korupsi, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu terdengar melarang anak buahnya menuruti permintaan "luwak-luwak". Pengacaranya, Rudy Alfonso, mengklaim istilah "luwak" merujuk pada anggota dewan yang mendesak minta dijatah duit komisi.
Lain lagi dengan Angelina Sondakh. Tersangka kasus suap Wisma Atlet Jakabaring itu memilih buah-buahan sebagai sandi saat kongkalikong dengan Mindo Rosalina Manulang, anak buah Muhammad Nazaruddin di Grup Permai. Dalam percakapan keduanya via layanan BlackBerry Messenger, terungkap istilah "apel Malang", "apel Washington", dan "semangka".
Belakangan, setelah kasus Wisma Atlet disidangkan, Rosa mengurai makna sandi yang dikarang Angelina. Ia menyebut istilah "apel Malang" merujuk pada rupiah, "apel Washington" kata pengganti dari dollar Amerika Serikat, sedangkan "semangka" diartikan keduanya sebagai duit. "Istilah itu dibuat Angelina agar tidak terlalu vulgar," Rosa mengaku.
Di ruang Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat, tiap warna punya makna tersendiri. Dalam laptop staf banggar yang ditemukan KPK, terdapat dokumen berisi daftar penerima alokasi Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah yang dihiasi warna merah, biru, kuning, maupun hijau. Tak cuma itu, ada pula kode K dan P yang diduga menyimbolkan bos-bos banggar, dan pimpinan DPR.
Aktivis Indonesia Corruption Watch Apung Widadi menilai penggunaan sejumlah sandi menyiratkan kerjasama antarkoruptor kian solid dan tersistem. "Koruptor makin kreatif dan canggih," ujarnya. "Mereka juga semakin kompak dalam menghindari aksi-aksinya terendus penegak hukum."
Menurut Apung, menghadapi fenomena semacam itu Komisi Pemberantasan Korupsi tak boleh lengah. Haram bagi Komisi untuk menilainya sebagai guyonan belaka. Apalagi, sandi-sandi itu biasanya berupa petunjuk yang bisa membantu penelusuran kasus. "KPK harus lebih canggih," kata dia.
ISMA SAVITRI
#sudah dimuat di Koran Tempo
Comments
Post a Comment