Makassar Bisa Tonji, Sindiran Pedas untuk Lo yang Latah Logat

Jadi ceritanya, suatu hari Putri kirimin saya mp3 band Art2Tonic yang judulnya "Ambe Mua Mi". Kening saya pun langsung berkerut. Ambe Mua Mi bukannya bahasa Makassar, ya? Ternyata betul. "Itu band Makassar. Aku dapet kiriman dari Bahar. Dengerin Vit, apik.." kata Putri.

Well, ternyata bener lucu tuh lagunya. Hehehe.. Saya pun setelah itu BBM Mas Bahar, polisi pengawal tahanan yang biasa bertugas di Komisi Pemberantasan Korupsi. Mas Bahar ini asli Makassar.

Si mas kirimin saya dua lagu Art2Tonic berjudul "Makassar Bisa Tonji" dan "Jadi Kenapa Mi?". Dan dua-duanya saya suka. Hahahaha.. Asli, band itu nyindirnya asyik banget! :D


Art2tonic

Oke, yang saya review sedikit adalah lagu "Makassar Bisa Tonji". Dari judul udah Makassar banget dong, ya. Tapi ternyata kalimat pertamanya.. Bahasa Jawa -____-

Lebih tepatnya lagu Koes Plus, "Tul Jaenak". Abang-abang gendero londo.. Wetan sithik kuburan mayit.. Klambi abang nggo tondo moto.. Wedak pupur nggo golek dhuwit.. Tul jaenak jae jatul jaeji.. Kuntul jare banyak, ndok'e bajul kari siji.. Jreeeeng.. Cute intro!

Dan begini lah bagian awal lagunya. Saya potong sedikit di bagian tengah, ya.. (Maaf ya kakanda-kakanda Art2Tonic, hehe..)

Lagunya lagu Jawa, logatnya logat Jawa
merasa orang Jawa, semua serba Jawa
Gayanya sih perlente, datang dari Jakarte
merasa orang kote, ngomongnya muke gile

Ngaku asli Jakarte, lahirnya Bulukumba

Bapanya orangg Pare, mamanya Jeneponto
Tujuh hari yang lalu berangkat ke Jakarte
Seminggu ki disana, pulangnya logat tong mi
Nakana elu-gue, elu elu gue gue
Biar dengan Deng Beca', na sikat elu gue

Biasa mi kita' ces, jangan mi ki logat ces

Makassar ji ini ces, ndak ada ji monas ces
Saya cuma mau bilang, jangan mau dibilang
Makassarmu pun hilang, padahal bagus tongji
Kalau kau tak percaya, Makassar bagus tongji
Dengar mo ko palena bagian lagu ini

Penyiarnya radio, siaran ji na logat.

Selesai mi siaran berenti tawwa logat
Na ko orang biasa, tiap saat ko logat
Biar dengan kucingmu, ko hantam juga logat
Kucoba peringati ko bilang : ah cemen loe men!
Untung langsung ku tangkis : na cemen ma ki e!

Kalo ada sumur di ladang boleh kita menumpang mandi

Kalo ada umur ta panjang, berjanji ki tidak logat lagi


(Art2Tonic - Makassar Bisa Tonji)

Yak, saya nggak paham keseluruhan sih. Tapi ngerti dikit lah, hasil bergaul dengan kakanda-kakanda Makassar di Kuningan yang macam Mas Rusman, Mas Bahar, Mas Tri. Dikit-dikit paham soal imbuhan yang Makassar banget seperti "ki", "mi", "ji"..

Kalau "ko" itu kependekan dari kau, cess itu teman, tonji itu juga. Makassar bagus tonji, berarti Makassar bagus juga, kok..

Nah lagu Makassar Bagus Tonji menyentil gaya warga daerah tersebut yang kerap berubah logat setelah di Jakarta. Mereka yang biasa "okkots" (gaya Bahasa Makassar yang mengubah 'n' menjadi 'ng', seperti makan menjadi makang), langsung ngomong elu-gue begitu di Ibukota.

Art2Tonic nggak tahan dengan kelakuan orang semacam itu. Menurut mereka, ya udah sih, pakai logat Makassar aja nggak apa-apa. Kan bagus juga. Kenapa sih orang kehilangan kedaerahannya begitu tinggal di Jakarta? Kenapa orang mesti tak nyaman berlogat daerah? Emangnya bahasa elo-gue itu yang paling oke? Enggak, kan..

Yak, saya tersindir banget dengan lagu ini. Oke saya adalah pengguna bahasa gado-gado. Di Jakarta, saya bicara 40 persen dengan Bahasa Jawa, 40 persen dengan Bahasa Indonesia, dan 20 persen bahasa elo-gue. Pengin sih pakai Bahasa Jerman, Prancis, Cina, Belanda, tapi sama siapa? Sama siapa? (Yang terakhir ini saya ngibul).

Sudah banyak yang nyindir kebiasaan saya menggunakan Bahasa Jawa di mana pun itu. Kata mereka, "Helooo.. Ini Jakarta, bukan di Jawa..". Errrr yo wis yo wis. Saya pun akhirnya hanya ngomong Bahasa Jawa dengan kawan yang juga bisa bahasa itu.

Tapi sungguh, logat saya tak bisa dihilangkan. Saya sering diolok-olok Angga, Arie, Mastri, karena terlalu "njawani". Saya sih nggak kesel diketawain karena logat. Paling cuma merengut dikit trus injak kaki mereka *itu mah kesel yak :p

Dengan orang-orang tertentu, saya juga bicara bahasa elo-gue. Entahlah, saya sebenarnya kurang nyaman saja. Tapi kadang ya secara alamiah saja menyesuaikan.

Saya hanya menganggap pilihan saya untuk kadang ber-elo-gue sekadar cara agar lebih akrab dengan lawan bicara. Sama halnya kawan kuliah saya yang asal Balikpapan, Banjarmasin, Lampung, Sampit, yang belakangan fasih mengomeli saya dengan Bahasa Jawa. Ya, itu hanya mekanisme kita untuk "bersahabat" dengan lingkungan baru.

Menjadi kurang pas saat kita masih menggunakan bahasa elo-gue itu dengan teman (pun meski dia dari Jakarta) saat kita berada di Semarang atau Makassar. Seperti yang disindir Art2Tonic lewat lirik:

"Penyiarnya radio, siaran ji na logat.
Selesai mi siaran berenti tawwa logat
Na ko orang biasa, tiap saat ko logat
Biar dengan kucingmu, ko hantam juga logat.."

Hehehe.. Ya itu pilihan sih, kita mau berbahasa apa di mana. Tapi kita tak bisa memungkiri bagaimana media -khususnya elektronik- secara perlahan meninggikan bahasa elo-gue, sekaligus meletakkan bahasa daerah sebagai bahasa yang inferior.

Lihat saja bagaimana selama ini media elektronik terlalu berlebihan menampilkan sosok pendatang dari daerah. Bahasa dan logat si tokoh kerap di-framing sedemikian rupa sehingga menjadi simbol sesuatu yang "ndeso", "tertinggal", dan tidak keren..

Yah.. Dan akhirnya ini pilihan lo dalam berbahasa. Nek aku sih, ncen paling seneng ngomong nganggo bahasaku dhewe. Lak yo penak to, Mas? *penak wuopoooooooo

Comments

  1. Satu yang nyebelin, kalo logatnya medok Jawa, nanti disapa "Ooo.. Semarang. Piye kabare". Pengen tak jawab "Ra sah kakean cangkeman ndes".

    Tur nek misuh-misuh ki paling penak nganggo boso dhewe. Lha rak yo affu to, sing sok elo elo gue kuwi, kemampleng kog cen. Hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. SAYA PAK HASAM DARI PULAU NIAS INGIN BERBAGI SAMA ANDA SEMUA DENGAN CARA MENPROMOSIKAN WETSITE KIYAI KANJENG DIMAS DI INTERNET SAYA BARU BISA LEGA KARNA BERKAT BANTUAN DARI BELIAU HUTANG SAYA YANG RATUSAN JUTA TERLUNASKAN,DAN SEKARANG SAYA SUDAH SUKSES KARNA SAYA MENGIKUTI PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR DAN TERYATA ITU BETUL BETUL TERBUKTI,AWALNYA SAYA RAGU KARNA SAYA SUDAH DI TIPU 5 X DARI DUKUN PALSU YANG KATANYA BISA MENBANTU MALAHAN MENBUAT SAYA HUTANG SANA HUTANG SINI KARNA PERMINTAN MAHAR YANG TIADA HENTINYA,TAPI DALAM HATI KECIL SAYA TIDAK MUNKIN SEMUA DUKUN DI INTERNET PALSU AHIRNYA SAYA BEGABUNG DENGAN KIYAI KANJENG DIMAS DENGAN CARA MENBAYAR SHAKAT TERLEBIH DAHULUH AHIRNYA SAYA DAPAT 10 MILYAR CUMA DENGAN WAKTU 2 HARI SAJA INI SERIUS BUKAN REKAYASA SILAHKAN ANDA BUKTIKAN SENDIRI HUB KIYAI KANJENG DI 085-320-279-333




      SAYA PAK HASAM DARI PULAU NIAS INGIN BERBAGI SAMA ANDA SEMUA DENGAN CARA MENPROMOSIKAN WETSITE KIYAI KANJENG DIMAS DI INTERNET SAYA BARU BISA LEGA KARNA BERKAT BANTUAN DARI BELIAU HUTANG SAYA YANG RATUSAN JUTA TERLUNASKAN,DAN SEKARANG SAYA SUDAH SUKSES KARNA SAYA MENGIKUTI PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR DAN TERYATA ITU BETUL BETUL TERBUKTI,AWALNYA SAYA RAGU KARNA SAYA SUDAH DI TIPU 5 X DARI DUKUN PALSU YANG KATANYA BISA MENBANTU MALAHAN MENBUAT SAYA HUTANG SANA HUTANG SINI KARNA PERMINTAN MAHAR YANG TIADA HENTINYA,TAPI DALAM HATI KECIL SAYA TIDAK MUNKIN SEMUA DUKUN DI INTERNET PALSU AHIRNYA SAYA BEGABUNG DENGAN KIYAI KANJENG DIMAS DENGAN CARA MENBAYAR SHAKAT TERLEBIH DAHULUH AHIRNYA SAYA DAPAT 10 MILYAR CUMA DENGAN WAKTU 2 HARI SAJA INI SERIUS BUKAN REKAYASA SILAHKAN ANDA BUKTIKAN SENDIRI HUB KIYAI KANJENG DI 085-320-279-333





      SAYA PAK HASAM DARI PULAU NIAS INGIN BERBAGI SAMA ANDA SEMUA DENGAN CARA MENPROMOSIKAN WETSITE KIYAI KANJENG DIMAS DI INTERNET SAYA BARU BISA LEGA KARNA BERKAT BANTUAN DARI BELIAU HUTANG SAYA YANG RATUSAN JUTA TERLUNASKAN,DAN SEKARANG SAYA SUDAH SUKSES KARNA SAYA MENGIKUTI PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR DAN TERYATA ITU BETUL BETUL TERBUKTI,AWALNYA SAYA RAGU KARNA SAYA SUDAH DI TIPU 5 X DARI DUKUN PALSU YANG KATANYA BISA MENBANTU MALAHAN MENBUAT SAYA HUTANG SANA HUTANG SINI KARNA PERMINTAN MAHAR YANG TIADA HENTINYA,TAPI DALAM HATI KECIL SAYA TIDAK MUNKIN SEMUA DUKUN DI INTERNET PALSU AHIRNYA SAYA BEGABUNG DENGAN KIYAI KANJENG DIMAS DENGAN CARA MENBAYAR SHAKAT TERLEBIH DAHULUH AHIRNYA SAYA DAPAT 10 MILYAR CUMA DENGAN WAKTU 2 HARI SAJA INI SERIUS BUKAN REKAYASA SILAHKAN ANDA BUKTIKAN SENDIRI HUB KIYAI KANJENG DI 085-320-279-333

      Delete
  2. hahahaha.. gimana pun ngomong pake bahasa ibu tuh enak. Kita merasa diterima, merasa jadi diri sendiri. Merasa nyaman :)

    ReplyDelete
  3. Haha nih lagu kena bangat ama org daerah yg ke ibu kota dan balik kedaerah sambil logat

    ReplyDelete
  4. Well sy sendiri pun juga orang yg punya banyak logat, asli sulawesi tengah dengan logat kasar kau-saya, waktu kuliah dijogja jadi medhok banget, kerja dijakarta medhok ilang ganti logat betawi elo gue, pindah singapur jadi bahasa inggris dgn aksen melayu.

    Semua hanya karena pengaruh lingkungan sekitar dan juga ingin lebih bisa diterima oleh lingkungan sekitar di daerah rantau.
    Pernah liatkan orang yg belum bisa adaptasi dgn logat setempat cenderung agak di kucilkan oleh lingkungan sekitarnya
    Kehilangan kedaerahannya sih sy rasa nggak juga ya, begitu kembali ke daerah asal atau ketemu teman sedaerah juga pasti logat asal kembali dengan sendirinya

    Yang salah justru kalo kembali ke daerah asal dan masih pakai logat rantau dengan tujuan buat pamer.

    ReplyDelete

Post a Comment