Saat Pollycarpus Justru Diingat Sebagai Orang yang Diracun...
Sudah
empat tahun Pollycarpus Budihari Priyanto mendekam di balik jeruji Lembaga
Permasyarakatan Kelas I Sukamiskin, Bandung. Ia dijebloskan ke penjara setelah
Mahkamah Agung pada Mei 2008 menyatakannya terbukti terlibat pembunuhan aktivis
hak asasi manusia Munir Said Thalib.
Namun ternyata, ada yang sudah melupakan "dosa" Pollycarpus. Bahkan, bekas pilot Garuda Indonesia itu dikenang sebagai sosok yang dihabisi nyawanya dalam penerbangan ke Amsterdam, Belanda, 2004 silam. "Seorang pengemudi berumur 27 tahun, saya tanya soal Pollycarpus. Dia jawab, Pollycarpus itu orang yang diracun," kata budayawan Goenawan Mohamad.
Namun ternyata, ada yang sudah melupakan "dosa" Pollycarpus. Bahkan, bekas pilot Garuda Indonesia itu dikenang sebagai sosok yang dihabisi nyawanya dalam penerbangan ke Amsterdam, Belanda, 2004 silam. "Seorang pengemudi berumur 27 tahun, saya tanya soal Pollycarpus. Dia jawab, Pollycarpus itu orang yang diracun," kata budayawan Goenawan Mohamad.
Jawaban pemuda
itu mengagetkan Goenawan. Ia khawatir kenangan akan peristiwa kematian Munir
perlahan terkikis. Itulah sebabnya, kata dia, perlu ada upaya yang membuat tragedi
kematian Munir tidak lekang dari ingatan seseorang. "Kalau kita tidak
mengingat, maka kenangan kita akan cenderung berkurang," ujarnya.
Sejumlah
kegiatan pun disiapkan demi membuat orang tak lupa pada Munir, serta pada
proses hukum kasusnya yang hingga kini belum tuntas. Pada 2-3 Desember 2012,
sejumlah seniman, budayawan, dan tokoh masyarakat, menggelar kegiatan seni
mengenang Munir. Alun-alun Batu, Jawa Timur, dipilih sebagai tempat perhelatan
karena di kota itulah Munir lahir dan dibesarkan.
Tak hanya itu,
sebuah monumen pun akan dibangun demi menolak lupa terhadap kasus Munir. Bahkan
pemerintah daerah Batu juga berencana menjadikan Munir sebagai nama jalan di
kota mereka.
Menurut Wali
Kota Batu, Eddy Rumpoko, komitmen itu adalah bentuk penghormatan mereka
terhadap perjuangan Munir menegakkan HAM. "Di Batu yang mayoritasnya petani,
pendidikan tidak dianggap penting. Tapi Munir sudah menunjukkan ada putra Batu
yang sudah berbuat sesuatu untuk bangsanya," kata Eddy.
Aktivis HAM
Usman Hamid mengapresiasi positif upaya pemda Batu mengenang Munir. Ia menilai,
langkah pemda Batu seharusnya dijadikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
sebagai cambuk untuk segera mengambil langkah penuntasan kasus Munir. Apalagi
sejak sewindu setelah peristiwa pembunuhan terjadi, dalang peracun Munir belum
juga diringkus.
"Kalau Presiden
merasa upayanya mengerahkan aparat hukum menuntaskan kasus Munir sudah buntu,
paling tidak ia mengambil cara lain "melawan lupa". Entah dengan pembuatan
monumen, entah dengan peringatan hari kematian Munir," ujarnya. "Jabatan
Presiden lebih tinggi dibandingkan Wali Kota Batu. Kami harap langkah yang dia
ambil juga lebih tinggi.."
Comments
Post a Comment