Surga di Utara
Di bawah payungan pohon utara kota malam itu, memandangi hujan.
Saat kita menjelma dua anak kecil yang saling bercerita.
Tak ada yang disembunyian, pun kekonyolan yang seperti kebiasaan.
Seperti kembali pada zaman saat taman bermain adalah surga.
Apalagi yang aku harap saat senyummu sudah kudekap?
Kamu mengingat aku dulu yang tak berencana membuat kisah denganmu.
Sesekali kau memprotesku dengan tawa, berhambur pelukan-pelukan kecil di antara.
Dingin selepas gerimis meremas sendi tulang-tulang, tapi aku merasa hangat.
Rasanya baru kemarin, saat aku hanya mengenalmu lewat nama.
Juga lewat kebencianku yang telanjang.
Sampai akhirnya kita bertemu di waktu yang Dia mau, dan aku jatuh cinta.
Kita jatuh cinta.
Di ujung itu pagi sudah menanti.
Genggam tanganku, mari kita berlari.
Saat kita menjelma dua anak kecil yang saling bercerita.
Tak ada yang disembunyian, pun kekonyolan yang seperti kebiasaan.
Seperti kembali pada zaman saat taman bermain adalah surga.
Apalagi yang aku harap saat senyummu sudah kudekap?
Kamu mengingat aku dulu yang tak berencana membuat kisah denganmu.
Sesekali kau memprotesku dengan tawa, berhambur pelukan-pelukan kecil di antara.
Dingin selepas gerimis meremas sendi tulang-tulang, tapi aku merasa hangat.
Rasanya baru kemarin, saat aku hanya mengenalmu lewat nama.
Juga lewat kebencianku yang telanjang.
Sampai akhirnya kita bertemu di waktu yang Dia mau, dan aku jatuh cinta.
Kita jatuh cinta.
Di ujung itu pagi sudah menanti.
Genggam tanganku, mari kita berlari.
Comments
Post a Comment