Gara-gara Plato

Kemarin seorang kawan di Twitter mencuit kalimat Plato, dinihari. Kata Plato, beberapa orang hadir dalam hidup kita sebagai anugerah, tapi sebagian lainnya datang sebagai pelajaran. Berhubung saya impulsif -dan yah impulsif pun pasti ada pemantiknya, saya retweet-lah itu barang.

Beberapa menit berselang, saya baru kepikiran. Lhah, memangnya begitu ya? Pasti gitu semua orang datang di hidup kita membawa satu misi? Lalu dari mana kita tahu misi apa yang dibawa orang itu ke hidup kita? Seberapa penting kita tahu apa misi orang itu? Lalu kalau sudah tahu, apa pengaruhnya pada hidup kita?

Dan yah, saya jadi teringat seseorang yang menganggap saya sebagai cobaan dalam hidupnya. Hahahahaha.. Ya ya ya, monggo lho kalau mau menertawakan saya. Saya sih rasanya cuma pengin berbisik di telinga orang itu, "Yang kuat ya hadapin cobaan "sebesar" saya.." sambil kedipin mata.

Ya tiap orang punya sudut pandang sendiri dalam melihat masalah dan hikmah itu tadi. Kalimat yang dilontarkan Plato, menurut saya, bak petuah ala ustad yang mengajarkan kita tidak berpikiran sempit melihat suatu cobaan (shit, sekarang saya geli-geli gitu kalau baca kata cobaan).

Saat kita kehilangan sesuatu misalnya, sebagian kawan memilih untuk memberi komentar "Diikhlasin saja ya.. Mungkin kamu diminta beramal.. Mungkin itu bukan rezeki kamu..". Tapi ada sebagian lainnya yang memilih bilang "Kamu kurang beramal sih..", ataupun "Mungkin kamu akan mendapat ganti yang lebih baik.."

Toh kan katanya, Tuhan mengambil sesuatu dari kita, demi memberi ganti yang sesuai dengan kebutuhan kita?

Entah ini positif atau tidak, tapi saya tipe orang yang tidak terlalu kepikiran saat kehilangan sesuatu. Saya beberapa kali kehilangan dompet dan handphone, tapi alhamdulillah hanya butuh sehari-dua hari merasa "Yaaah hilang..".

Kalau kehilangan pacar? Nah ya ini persoalan yang lebih berat (haseeek). Merasa "yaaah putus.." enggak cuma satu-dua hari, tapi bisa berminggu-minggu, tapi pada akhirnya, pasti hati akan menemukan mekanisme sendiri untuk sembuh.

Back to the topic. Jadi, bagaimana kita mengerti orang itu memberi kita pelajaran ataukah anugerah Tuhan buat kita? Jawabannya tentu subjektif ya. Saya sendiri merasa dua hal itu tidak dikotomis. Bisa jadi ada orang yang datang dan berlalu begitu saja dalam hidup kita. Tapi ada juga orang yang menjadi anugerah sekaligus memberi pelajaran berarti.

Dengan menempatkan dua hal itu dalam sisi yang berseberangan, kita akan lebih mudah jatuh untuk menjustifikasi, yang repotnya, bisa membuat kita merasa paling benar. Saya enggak baik-baik amat lah, jadi orang. Yah ada sisi negatif juga dari diri saya yang mungkin di mata orang, mewujud sebagai cobaan.

Terserahlah kalau adanya saya itu bisa membuat orang lain merasa sedang mendapat cobaan. Subhanallah banget sih lo Isma Savitri Amir, jadi cobaannya orang. Kalau saya sendiri sih, mau lebih rileks saja. Santai kayak di pantai. Takdir kan menjawabnya kalau kata dek Afgan.

Yah kadang kehilangan dompet memang menyesakkan ya, bok. Tapi siapa tahu juga karena kehilangan dompet itu lo bisa dapet dompet yang lebih oke, atau dompet lo suatu saat nanti dibalikin sama seseorang yang keren, dan masih single, dan.........

Salam cobaan!

Comments