Selamat Pagi!
Kalau banyak orang lebih suka senja dan malam karena katanya lebih romantis, saya lebih suka pagi. Pagi itu saat saya bisa sangat intim dengan pikiran, hati, mimpi, kemauan, kemarahan, kesintingan, tanpa ada intervensi (kalau pas enggak lagi deadline atau gak pacaran ya, hahaha..). Saya suka pagi karena saat itu juga membuat saya lebih dekat dengan semesta dan Tuhan. Bisa melebur dengan apa yang mungkin tidak saya sadari saat ada cahaya. Ali bin Abi Thalib pernah bilang kan, pada langit yang terkelamlah bintang-bintang lebih bersinar. Ya, sekiranya begitu.
Saya tidak bisa bermanja-manja terlalu lama dengan romantisme senja, sore, malam. Atau bahkan adakah yang menganggap siang menarik dan romantis? Buat saya, pagi adalah hadiah Tuhan yang mewah. Saat saya menyadari bahwa tidur itu anugerah, dan tidak bisa tidur adalah masalah. Saat saya menyadari kesunyian itu indah (saya enggak suka keramaian. Apalagi orang berisik yang kalau ngomong "seluruh dunia harus tahu". Sori kalau ada yang tersinggung hahahaha). Saat saya tiba-tiba peduli dengan suara kring-kring gowesnya Pak Satpam. Saat suara lolongan anjing lebih terdengar seperti kesedihan dibanding ancaman.
Entah saya mesti sedih atau riang. Sudah hampir dua minggu tidur saya kacau, dan akhirnya jadi betul-betul menikmati pagi. Biasanya saya hanya menikmati pagi -saya bilang pagi itu sejak jam 2-10- setengahnya saja sudah bersyukur. Tapi sekarang saya utuh merasakannya. Kebiasaan baru ini terjadi setelah saya diet belakangan. Saya tak lagi makan malam. Sehingga kebiasaan lama tertidur lelap setelah kenyang, kini cuma jadi wacana.
Ya mungkin ada hal yang harus dikorbankan saat kita memilih sesuatu. Mesti ada kompromi, mesti ada penyesuaian-penyesuaian, mesti ada pengorbanan. Saya diberi pagi yang sempurna dari-Nya, maka rasanya kurang ajar kalau saya masih saja tak bersyukur dan makin menyayangi-Nya. Bukan begitu, pemirsaaaah? *benerin mukena*
Saya tidak bisa bermanja-manja terlalu lama dengan romantisme senja, sore, malam. Atau bahkan adakah yang menganggap siang menarik dan romantis? Buat saya, pagi adalah hadiah Tuhan yang mewah. Saat saya menyadari bahwa tidur itu anugerah, dan tidak bisa tidur adalah masalah. Saat saya menyadari kesunyian itu indah (saya enggak suka keramaian. Apalagi orang berisik yang kalau ngomong "seluruh dunia harus tahu". Sori kalau ada yang tersinggung hahahaha). Saat saya tiba-tiba peduli dengan suara kring-kring gowesnya Pak Satpam. Saat suara lolongan anjing lebih terdengar seperti kesedihan dibanding ancaman.
Entah saya mesti sedih atau riang. Sudah hampir dua minggu tidur saya kacau, dan akhirnya jadi betul-betul menikmati pagi. Biasanya saya hanya menikmati pagi -saya bilang pagi itu sejak jam 2-10- setengahnya saja sudah bersyukur. Tapi sekarang saya utuh merasakannya. Kebiasaan baru ini terjadi setelah saya diet belakangan. Saya tak lagi makan malam. Sehingga kebiasaan lama tertidur lelap setelah kenyang, kini cuma jadi wacana.
Ya mungkin ada hal yang harus dikorbankan saat kita memilih sesuatu. Mesti ada kompromi, mesti ada penyesuaian-penyesuaian, mesti ada pengorbanan. Saya diberi pagi yang sempurna dari-Nya, maka rasanya kurang ajar kalau saya masih saja tak bersyukur dan makin menyayangi-Nya. Bukan begitu, pemirsaaaah? *benerin mukena*
Comments
Post a Comment