Jurus Senyum
Saya tadi berobat ke sebuah rumah sakit. Sampai sana jam 11 -tentulah kedatangan bus transjakarta yang lama jadi musababnya- so pasti dapat antren buntut. Para petugas resepsionis pun sudah terlihat galak menyikapi para pasien yang resah menunggu giliran. Dalam hati saya udah mbatin, habis ini giliran gue nih yang kena efek bad mood-nya si resepsionis.
"Mau periksa, Pak. Ini kartunya," kata saya.
Saya tersenyum kecil, menatap si bapak berwajah masam.
Tak disangka, dia tersenyum. "Keluhannya apa, Mbak?"
Lagi, saya tersenyum lalu menuturkan keluhan saya.
"Ditunggu ya, Mbak. Yang sabar, ya. Saya seneng Mbak dari tadi senyum, enggak teriak atau marah kayak yang lainnya," ujar dia, kali ini agak berbisik
Saya pun nyengir. Kece abis gitu kali ye senyum gue di mata doi :p
"Mau periksa, Pak. Ini kartunya," kata saya.
Saya tersenyum kecil, menatap si bapak berwajah masam.
Tak disangka, dia tersenyum. "Keluhannya apa, Mbak?"
Lagi, saya tersenyum lalu menuturkan keluhan saya.
"Ditunggu ya, Mbak. Yang sabar, ya. Saya seneng Mbak dari tadi senyum, enggak teriak atau marah kayak yang lainnya," ujar dia, kali ini agak berbisik
Saya pun nyengir. Kece abis gitu kali ye senyum gue di mata doi :p
Comments
Post a Comment