Semarang Kaline Banjir

Saya tidak bisa tidur belakangan. Pikiran saya sering berkelana sampai Semarang, dan keluarga yang ada di sana. Kabar yang disampaikan rumah selalu sama. Banjir, masih banjir, banjir lagi. makin banjir... Banjirnya memang enggak masuk rumah, tapi di jalanan perumahan dan sekitarnya. Namun tetap saja itu menyulitkan adek saya sekolah, dan bapak-ibu berangkat kerja.

Sebenarnya kami sekeluarga sudah BIASA menghadapi ini. Tinggal di Semarang bawah risikonya ya begitu. Kalau pun hujan tak deras, selaluuu saja dapat banjir kiriman. Banyak deh pengalaman gila dan nyesek ngadepin banjir. Tapi kalau sekarang diingat-ingat lagi, saya paling bilang "Ya wis, lah. Meh piye meneh..". Ngungsi ke rumah mbah di Papandayan, mesti nyetir di tengah banjir setinggi paha, terisolasi di rumah, sudah bertahun-tahun saya alami saat banjir.

Pusing sih sebenarnya membayangkan betapa repotnya orang rumah. Apalagi kata bapak, ini banjir terbesar selama lebih dari 30 tahun dia tinggal di Semarang. Tapi enggak ada kata yang bisa saya bilang untuk mereka selain sabar, dan menjalani semuanya dengan senyum. Cobaan itu selalu ada, kan? Kalau dihadapi dengan cemberut, semua akan terasa berat. Bismillah saja, dan hadapi semuanya bareng-bareng. Tidak akan menghilangkan cobaan sih, tapi paling tidak bisa mengurangi beban pikiran.

Ah sok bijak ko Pitriiii

Semarang kaline banjir..
Jo semelang rak dipikir..

Comments