Sepotong Hari Nanti
Aku sering bilang padamu. "Kamu seorang Mandar tapi lebih Jawa dibanding aku." Kamu tau bagaimana cara bertutur lembut, bagaimana cara menyenangkan orang dengan senyummu, bagaimana berlaku sopan pada mereka di sekitarmu.
Kamu selalu tertawa tiap aku bilang begitu. Kamu tidak mengelak karena memang aku tak bisa seperti perempuan Jawa pada umumnya. "Aku orang Pati, Kak. Bukan orang Jawa," kataku, kalau ketidakjawaanku sedang kau jadikan bahan ledekan.
Tapi mau aku orang Jawa atau bukan, sayang, robusta panas dengan susu akan selalu ada tiap pagi untukmu. Sampai nanti kita di Seberang. Walau kusuguhkan dengan mata setengah terpejam, dan kurang manis karena aku tak mau kamu kena diabetes.
Akan kudidik anak kita jadi manusia terbuka, yang tak picik menganggap cuma orang Jawa yang hebat, atau orang Sulawesi saja yang berani bersuara. Tak akan kupaksa mereka menyuka biru jika memang tak mau. Tak akan kubiarkan mereka jadi manusia yang merasa paling benar, paling suci, paling pintar..
Cintaku juga tak bakal mengkerut apalagi rontok jadi debu. Walaupun, sayang, cinta itu tidak melulu membuatmu senang. Karena butuh kesabaranmu menghadapi ocehanku yang tak semanis rambutan. Karena butuh pemaklumanmu, menyikapi keliaran dan kekeliruanku. Karena butuh keikhlasanmu, membiarkanku berlarian sampai lelah dan akhirnya pulang memelukmu.
Kamu selalu tertawa tiap aku bilang begitu. Kamu tidak mengelak karena memang aku tak bisa seperti perempuan Jawa pada umumnya. "Aku orang Pati, Kak. Bukan orang Jawa," kataku, kalau ketidakjawaanku sedang kau jadikan bahan ledekan.
Tapi mau aku orang Jawa atau bukan, sayang, robusta panas dengan susu akan selalu ada tiap pagi untukmu. Sampai nanti kita di Seberang. Walau kusuguhkan dengan mata setengah terpejam, dan kurang manis karena aku tak mau kamu kena diabetes.
Akan kudidik anak kita jadi manusia terbuka, yang tak picik menganggap cuma orang Jawa yang hebat, atau orang Sulawesi saja yang berani bersuara. Tak akan kupaksa mereka menyuka biru jika memang tak mau. Tak akan kubiarkan mereka jadi manusia yang merasa paling benar, paling suci, paling pintar..
Cintaku juga tak bakal mengkerut apalagi rontok jadi debu. Walaupun, sayang, cinta itu tidak melulu membuatmu senang. Karena butuh kesabaranmu menghadapi ocehanku yang tak semanis rambutan. Karena butuh pemaklumanmu, menyikapi keliaran dan kekeliruanku. Karena butuh keikhlasanmu, membiarkanku berlarian sampai lelah dan akhirnya pulang memelukmu.
"Anak"
ReplyDelete*bergidik ngeri* *kabur* *eh tutup tab dulu dan matiin komputer*
Anak manja: mandar-jawa, hakhakhak.. kamu jangan kabuuur, itu anakmu ciyan nungguin hahahah
Delete