Ketagihan Makan di Al Mufiz, Kedai India


Saat akan mengunjungi satu tempat, soal makanan pasti jadi perhatian saya. Biasanya, saya tak cuma mencari informasinya di Google, tapi juga bertanya langsung pada orang asli daerah tersebut. Pokoknya, suka banget lah saya ngurusin makanan. Huehehe.. Bahkan pacar saya pernah tanya, ada nggak hal selain makanan di pikiran saya? Soalnya bangun tidur, di tengah kerja, sebelum tidur, saya seriiing banget ngomongin makanan. "Ntar mau makan apa, ya..", "Ini dimasak pakai itu enak kali, ya..", "Tempat makan itu kayaknya mesti kita coba, deh.." daaan sederet urusan perut lainnya.

Namun ke Singapura, saya tidak terlalu berhasrat ingin kuliner. Yah paling apa sih makanan yang dijual di sana? Masakan India, Cina, Melayu, atau balik-baliknya kuliner Indonesia. Ya sudahlah ya..

Sampai akhirnya Sabtu malam itu saya kelaparan berat. Begitu sampai di Stasiun MRT Aljunied, tujuan saya jelas: tempat makan. Kebetulan di luar stasiun ada sederet kedai yang masih ramai. Mulai dari 7-11, rumah makan seafood, Melayu, dan Al Mufiz yang tak lain kedai India. Saya memilih Al Mufiz karena -yeahhhh- terbayang cane, martabak, atau pun teh tariknya.

Tapi yah, namanya juga labil. Sampai sana, saya ngiler lihat nasi goreng warna oranye tua yang dihidangkan pelayan Al Mufiz untuk seorang pengunjung. Saya pun memesan menu serupa. Tapi sayang oh sayang, saya mesti kecewa karena nasi goreng saya warnanya enggak oranye tua. Huaaaaa.. *nangis* Saya sempat protes ke pelayan, tapi dia jawabannya ngeselin. "Sama aja itu,".



Heuheu.. Yap, pegawai kedai itu sebagian bisa berbahasa Indonesia. Dia tanya saya datang dari Jakartakah, dan berapa hari saya menginap di Singapura. Emmm dan dia memanggi saya "neng". Hadeh

Rasa nasi gorengnya biasa saja. Yang membekas adalah teh tariknya yang tidak terlalu manis, namun susunya agak kental. Menikmatinya saat masih panas, dalam kondisi badan supercapek, benar-benar asoy.

Besok paginya, saya ke sana lagi untuk sarapan. Kali ini, martabak daging jadi pilihan. Widih, kalian harus membaginya berdua atau bertiga, deh. Martabaknya sangat besar, Masih ditambah bumbu kari yang santannya kental mengenyangkan. Karena enggak habis, saya pun terpaksa membungkus martabaknya untuk bekal.


Puas dengan rasa martabak, malamnya, saya ke situ lagi. Giliran mi rebus yang saya pesan. Huaaa enak banget lho mi rebusnya. Kuahnya kental, bumbu rempahnya kuat banget, dan aromanya wangi. Waduh, saya sampai cepat banget menghabiskan mi rebus itu saking enaknya. Lagi-lagi, keesokan harinya saya ke sana. Nasi Briyani yang saya pesan sangat tidak mengecewakan. Porsinya besar. Nasinya harum dan bumbunya terasa. Kari dagingnya pun enak.


Soal harga, makanan dan minuman di sini tergolong tak mahal-mahal amat. Makanannya dihargai antara 4-6 dollar Singapura. Sedangkan minumannya sekitar 1-3 dollar. Jauh lebih murah dibanding jika makan di restoran di sana. Ya eyalah Piiit. Pokoknya, saking ketagihannya pada kedai itu, kami sampai ogah menjajal lainnya (alasan sebenarnya: takut kedai lain harga makanannya mahal, hihi..)

Selamat makan!

Comments