Mengapa Harus Bikin Reksadana, Asuransi, dan Menabung? (Panduan Sederhana untuk Sofie)


Oke fine, judulnya memang semacam nggaya, ambisius, dan tendensius. Tak lain tak bukan karena saya belakangan kerap diminta bikinin alokasi gaji teman-teman. Juga ditanya, kenapa harus bikin reksadana, apakah harus bikin asuransi, juga berapa persentase menabung yang ideal tiap bulannya. Terakhir, saya diminta Sofie, si dedek nyebelin, untuk menjelaskan kenapa dia mesti punya AXA Mandiri dan reksadana.

Saya biasanya membuatkan mereka rencana keuangan bulanan berdasarkan kebutuhan tiap orang. Misal, ada yang nggak perlu mengeluarkan duit untuk ngekos karena masih tinggal bareng orang tua, atau ada juga yang sedang mempersiapkan pernikahan sehingga mesti punya alokasi khusus untuk resepsi.

Di bawah ini saya coba bikin rencana budgeting bulanan saja. Saya ambil pos-pos yang sering dibutuhkan banyak orang saja, ya.. Asumsi gaji saya pakai Rp 5 juta, dan saya nggak bikin pos dana darurat seperti kebanyakan mas-mas fin planner hehe.. Ya semoga aja bermanfaat bagi yang membutuhkan. Happy saving!

1.Uang makan
Saya selalu punya jatah makan setiap bulan. Biasanya sekitar Rp 35 ribu per hari, atau sekitar Rp 1 juta tiap bulan. Kalau memasak sendiri, tentu memang lebih murah. Tapi makan di luar juga bisa murah, kok. Saya bukan tipe orang yang harus selalu makan mewah, karena sadar gaji saya segitu doang. Makanya enggak mau melulu ngenakin perut lalu di tanggal tua akhirnya utang. Terserah jika kamu nyaman untuk berhutang, karena baik dan buruknya tiap orang tau sendiri.

Lalu bagaimana untuk menjaga agar pengeluaran makan tidak jor-joran? Kamu bisa sisihkan duit Rp 1 juta itu di amplop dan taruhlah di lemari. Tiap hari ambil secukupnya saja. Keuntungannya, prioritas isi perut udah “aman” untuk sebulan. Karena kadang, kalau kita nggak ambil dulu duit itu setelah gajian, kita akan merasa “kaya” dan akhirnya boros di awal bulan.

2. Reksadana
Kabar baiknya, sekarang setoran reksadana per bulan bisa hanya Rp 100 ribu. Jadi nggak ada alasan lagi sebenarnya untuk nggak mulai berinvestasi. Pertanyaannya, kenapa harus reksadana? Apa untungnya? Bagaimana dan di mana cara bikinnya? Dan reksadana jenis apa yang sebaiknya dipilih?

Fyi, reksadana adalah investasi. Kalau selama ini saham hanya bisa dibeli dengan harga yang tidak murah, tidak demikian dengan reksadana. Reksadana bisa kita dapatkan dengan murah (dan mudah) karena nantinya dana kita akan digabungkan oleh Manajer Investasi dengan dana dari orang lain (yang juga punya rekening reksadana). Walau dananya digabung, tapi keuntungannya tetap masing-masing dong, ya..

Reksadana ada empat jenis, yakni pasar uang, pendapatan tetap, campuran, dan saham. Itu saya tulis sesuai urutan risiko dan potensi keuntungan. Reksadana pasar uang cocok untuk yang nggak berani ambil risiko, serta ingin mengambil lagi dananya dalam waktu 1-2 tahun. Potensi keuntungannya tidak terlalu besar meski tetap lebih tinggi dibanding bunga tabungan, yakni 5-8 persen.

Sedangkan reksadana pendapatan tetap cocok untuk yang membutuhkan dananya 2-3 tahun kemudian, dengan potensi keuntungan 8-12 persen. Adapun reksadana campuran (gabungan antara pendapatan tetap dan saham) cocok untuk yang bakal membutuhkan duitnya 3-5 tahun mendatang. Potensi keuntungannya sekitar 13-20 persen.

Yang paling tinggi tentu reksadana saham. Ini cocok untuk yang berani ambil risiko karena keuntungan reksadana saham baru bisa terasa paling tidak setelah 5 tahun. Artinya, jika anda menarik reksadananya sebelum 5 tahun, ada peluang Anda tidak terlalu untung banyak. Tapi makin tinggi risiko, makin tinggi pula keuntungannya. Reksadana saham ini menjanjikan keuntungan mencapai 15-25 persen.

Membuka reksadana bisa dengan datang langsung ke bank, tapi bisa juga via online (asal sudah punya rekening di bank itu dulu). Karena nggak semua bank menawarkan reksadana, kamu harus googling dulu bank mana saja di daerahmu yang jual reksadana. Saya sih buka reksadana di Bank Mandiri cabang Melawai.

Pegawai bank nantinya akan menanyakan ke kita, jenis reksadana apa yang kita inginkan. Kalau belum mudeng, tinggal minta dijelaskan ulang saja (sekalian ngerjain si mbak). Misalnya kita sudah tau akan milih reksadana saham, nanti si mbak akan menunjukan puluhan Manajer Investasi yang kita pilih. Misalnya BNP Paribas, Panin Maksima, Schroeder, dll. Kita pilih saja manajer investasi yang riwayat keuntungannya 5 tahun terakhir stabil, dan tentunya besar.

Nantinya, per bulan duit kita akan otomatis dipotong oleh bank untuk dikelola sebagai reksadana. Tapi untuk setoran awalnya, beberapa reksadana ada yang menetapkan Rp 500 ribu, ada juga yang Rp 1 juta. Tapi setoran per bulan selanjutnya sih bisa Rp 100 ribu aja.

Lalu berapa jumlah yang pas untuk reksadana? Saya sarankan kita punya 3 reksadana senilai Rp 500 ribu, dengan pembagian: Rp 200 ribu (untuk pensiun atau naik haji), Rp 150 ribu (untuk tabungan pendidikan anak pertama), dan Rp 150 ribu (untuk tabungan pendidikan anak kedua atau untuk traveling).

Untuk jenisnya, yang Rp 200 ribu mainkan saja di reksadana saham. Kenapa? Karena kita pensiun dan naik haji masih lama kaaan.. Hehehe.. Lalu dua reksadana lainnya, yang @Rp 150 ribu, mainkan saja di reksadana campuran. Jadi AYO kemon bikin reksadana. 100 ribu mah enggak terasa bisa habis untuk 1 baju atau nongki. Padahal duit “segitu doang” bisa jadi bermanfaat banget di masa depan. :D


3. Unit link
Saya pribadi menggunakan jasa AXA Mandiri sejak 2010, tapi bisa saja kamu pilih unit link lainnya. Mungkin banyak yang sudah tahu apa itu unitlink. Tapi ada juga teman yang tanya, kenapa butuh unitlink kalau sudah punya asuransi kesehatan? Juga apa untungnya unitlink dibandingkan asuransi murni dan investasi?

Jadi gini kak, unit link adalah gabungan dari fungsi asuransi dan investasi. Asuransi berkaitan dengan pertanggungan jiwa dan kesehatan, sedangkan investasi berupa saham yang keuntungan jangka panjangnya (5-20 tahun) bagus.

Kenapa butuh pertanggungan jiwa dan kesehatan? Karena kalau nanti terjadi apa-apa dengan kita, unitlink akan memberikan ratusan juta bahkan bisa lebih dari itu, untuk ahli waris kita. Buat jaga-jaga, saya rasa ini sangat penting.

Lalu kenapa masih butuh unitlink kalau sudah punya BPJS dan asuransi dari kantor? Sekali lagi buat jaga-jaga. BPJS memang mengkover pengeluaran kesehatan, tapi seperti yang kita tahu, prosesnya bisa jadi sangat lambat. Katakanlah si A sudah harus dioperasi besok, tapi karena dia pakai BPJS, dia mesti antre operasinya dengan pasien lain. Ya kali pengobatan selalu bisa menunggu..

Jadi jika satu waktu antrean sedang lama, kita masih punya asuransi dari unit link, kan? Dan kalau pun kita sudah terkover oleh asuransi kantor, kita tetap bisa rembes biaya rawat inap ke unitlink. Jadi dapat dobel. Tapi yaaa nauzubillahi min dzalik banget sih dapat duit karena sakit heuheu..

Nah fungsi investasinya sendiri bisa kita pakai untuk tabungan pendidikan anak. Katakanlah nanti pas anak kita masuk SMP, inflasi tentu sudah mengubah gila-gilaan tarif masuk sekolah. Nah, investasi dari unitlink bisa kita ambil sebagian untuk membayar itu. Untungnya investasi unitlink adalah menggunakan instrumen saham yang persentase kenaikannya bisa 15-25 persen. Jadi nggak khawatir dengan kenaikan inflasi yang per tahun bisa mencapai 10 persen.

Kalau gaji Rp 5 juta, alokasi Rp 300 ribu untuk unit link sudah cukup oke. Nantinya oleh unitlink, duit itu akan dibagi dua, untuk investasi dan bayar premi asuransi. Pada 5 tahun pertama, besaran yang dialokasikan unitlink untuk asuransi akan lebih besar dibanding investasi.

Baru setelahnya, alokasi untuk premi berkurang, dan dengan demikian jumlah yang diinvestasikan ke saham juga bertambah. Kok bisa? Karena keuntungan dari investasi lambat laun bisa digunakan untuk menutup pembayaran premi. Itulah sebanya kita bakal “rugi” kalau narik duit kita sebelum 5 tahun berjalan.

4. Pulsa
Untuk pulsa, saya biasanya isi di ATM biar murah dan ada struk yang bisa disimpan untuk nggak lebay. Budgetnya saya sendiri Rp 250 ribu karena saya pakai Bolt dan itu kadang boros (huh). Tapi untuk asumsi gaji Rp 5 juta, duit pulsa coba terapkan Rp 200 ribu termasuk paket internet bulanan.

5. Zakat
Ini sih besarannya udah fix ya. 2,5 persen dari asumsi gaji Rp 5 juta adalah Rp 125 ribu.

6. Tabungan di rekening berbeda
Demi kemaslahatan masa depan dan kesehatan keuangan, bukalah satu lagi rekening bank yang baru. Kalau mau sih cari yang potongan bulanannya enggak banyak dan nggak usah bikin kartu debit/ATM, hehe.. Untuk asumsi gaji Rp 5 juta, anggarkan Rp 200 ribu untuk pos ini. Jadi begitu gajian, langsung setor aja biar enggak keburu dipakai belanja. Hehehe..

7. Kos/kontrakan/KPR
Anggarkan sejumlah Rp 1 juta untuk pos ini. Kalau sudah KPR-an, jumlahnya bisa lebih besar lagi dan saran saya, yang bisa dikurangi adalah pos belanja bulanan dan hiburan. Nah pertanyaannya, bagaimana kalau ngekos tapi pengin punya rumah? Ya coba cari kos yang tarifnya enggak lebih dari Rp 1 juta, jadi sisanya bisa dimasukkan ke tabungan di rekening berbeda. Nah nantinya, tabungan di rekening berbeda itu bisa jadi tambahan untuk uang muka ataupun KPR.

8. Listrik dan air   
Buat yang udah punya rumah sendiri atau mengontrak, pasti butuh ini. Anggarkan saja sebulannya Rp 100 ribu, dengan asumsi pengeluarannya sharing dengan suami/istri/teman (hidup). Kalau sisa ya syukur, bisa buat tambahan uang jajan atau masuk ke tabungan di rekening berbeda.

9. Belanja bulanan
Ini termasuk beli kebutuhan mandi, kebutuhan nyuci, galon, juga make up. Anggarkanlah sekitar Rp 250 ribu. Sekali lagi, kalau sisa bisa buat main atau masuk ke tabungan di rekening berbeda.

10. Hiburan
Pokoknya ini jangan sampai dihapus dari list karena penting banget. Bisa buat belanja, nongkrong, juga nonton. Anggarkan sebulannya Rp 500 ribu. Itu cukup lah untuk beli 1-2 baju, nongkrong 3 kali sebulan, juga buat 3 kali nonton.

Tapi ya kalau gaya hidupnya lebih dari itu, tentu jumlah itu nggak cukup. Saya sih prinsipnya sadar gaji berapa aja. Nggak mau maksain belanja atau nongkrong di tempat mahal kalau memang dirasa isi dompet bakal terkuras. Kalau ada rezeki lebih, baru deh belanjanya dilebihin. Setelah beberapa tahun belakangan ngatur gaji dengan rencana budgeting begini, jadi sadar kalau disiplin memang berat.

Boleh saja kalau ada yang berpendapat rezeki toh akan selalu ada. Iya saya percaya itu. Tapi saya pribadi sih nggak mau ambil risiko belanja ini-itu tapi nggak punya tabungan sama sekali. Kita nggak pernah tau kan, apakah ke depannya nanti ada cobaan atau kebutuhan mendesak. Lebih baik sih punya tabungan, toh nggak rugi juga.

11. Lain-lain
Ini untuk keperluan tak terduga seperti servis motor, nyumbang ke kondangan teman, cek kesehatan, laundry, ke salon, atau apapun lah. Jumlahnya anggarkan saja Rp 300 ribu. Kalau sisa, bisa masuk ke tabungan di rekening berbeda atau nambah duit belanja. Hohoho...

12. Transportasi
Buat yang naik angkot maupun naik motor saya bikin sama saja ya. Per bulannya anggarkan Rp 400 ribu karena angkot sekarang mahal banget, kakaaak.. kalau beruntung sisa, ya masukkan ke tabungan di rekening berbeda.


Comments

  1. untuk zakat, lebih baik menjadi muzaki di Baznas. setor bisa lewat ATM, dan insyaallah disalurkan lewat jalan yang sesuai.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kadang aku ngasih ke orang yang dekat aku Pak.. Misal pembantu atau tukang sampah, karena lebih praktis dan unsur kedekatan. Halah. wkwkwk

      Delete
  2. Bagi anda yang membutuhkan penghasilan pasif..
    Silahkan rekomendasikan pada teman-teman anda di website kami http://titipdana.com ..
    Dapatkan 2% dari setiap invetasi teman anda, oppp jangan lupa daftar terlebih dahulu....

    ReplyDelete
  3. Keren, Alokasinya masuk diakal dan sesuai kebutuhan juga nih. Cukup terbantu. thank you artikelnya :))

    ReplyDelete

Post a Comment