Review The Man from U.N.C.L.E: Ramuan Retro untuk Sang Agen Rahasia
Gaya yang
stylish, potongan rambut klimis, dan senyum
flirty khas flamboyan. Itu cukup
membuat Napoleon Solo (Henry Cavill), lumayan meyakinkan sebagai agen CIA. Lebih
tepatnya lagi, ia adalah mata-mata CIA terefektif pada tahun 1960an. Maka,
bicara tentang satu masa lebih dari lima dekade lalu, tak bisa tidak Solo tak
berkawan teknologi canggih kekinian, pun mobil seksi seperti yang dimiliki bang
James Bond.
Tapi,
jangan buru-buru suuzon pada film garapan Guy Ritchie ini, kendati setting
waktunya terlampau jadul. Ritchie -dengan gayanya yang khas- bisa membuat Solo
dan karakter lainnya sukses menghidupkan jalan cerita The Man from U.N.C.L.E.
Ya, membikin film soal agen rahasia memang perlu ramuan manjur, jika emoh
tersingkir dari film spionase yang lebih dulu ada tahun ini, seperti Kingsman
The Secret Service, Spy (yang keyen banget itu tuuuh), juga Mission Impossible
5.
The Man
from U.N.C.L.E diangkat Ritchie dari sebuah tayangan televisi. Film ini
berkisah soal Solo yang diberi misi untuk menemukan ilmuwan peracik nuklir
untuk Nazi, dr. Teller. Pak Teller ini sudah lama berpisah dengan anaknya, Gaby
Teller (Alicia Vikander), karena ia disekap di sebuah pulau kecil di Italia dan
dipaksa bekerja di sana. Nah untuk bisa menemukan dr. Teller, Solo pun mengajak
putri sang ilmuwan.
Gaby Teller |
Kendati namanya
Solo, ia tak solo karir #krik. Dalam menjalankan misi, Solo ditemani agen
rahasia KGB Rusia, Ilya Kuryakin (Armie Hammer) yang berbadan tegap dan padat
dengan dada bidang dan lengan berotot sempurna *duh kelepasan*
Oke,
sampai di sini dulu The Man from U.N.C.L.E sudah menawarkan ide yang lumayan nyeleneh. Amerika dan Rusia yang biasanya
sirik-sirikan itu kini dikisahkan berduet demi mencegah nuklir jatuh ke tangan
Jerman. Bahkan oleh Ritchie, ke-Amerikaan Solo dan ke-Rusiaan Kuryakin
*kuryakin cinta slalu mengertiiii... kuryakin cinta tak salaaah* #nyanyi
dieksploitasi sebagai bahan banyolan yang kocak abis.
Tak
heran, kalau sepanjang film saya melulu ngakak. Banyak lah adegan koplak Kuryakin
dan Solo yang Srimulat banget, yang sampai membikin saya lupa sejenak kalau
asam lambung sedang tinggi, hehehe..
Jalan ceritanya sendiri DATAR dan biasa saja. Tak menegangkan sama sekali, bahkan masih kalah dibandingkan Spy dan Kingsman yang twist-nya cukup bikin “aaaaargh”. Bagaimana mau seru kalau ceritanya sangat jadul seperti tampilannya, dengan musuh yang kata pacar saya, terlalu komikal dan malah mirip tokoh komedi slapstick?
Kalau Anda bayar tiket nonton dengan ekspektasi bisa tegang terus-terusan sepanjang film *jangan ngeres*, ya mungkin agak kecewa pada film ini. Sudah jalan ceritanya biasa saja, misinya pun itu-itu saja. Tapi kalau Anda sekadar butuh hiburan, apalagi yang diracik oleh Om Ritchie, ya The Man from U.N.C.L.E ini bakal bikin hepi.
Yang saya demen dari The Man from U.N.C.L.E adalah bahwa film ini sangat sangat menarik dari segi estetika. Brilian. Ibarat cowok, dia adalah mas-mas ganteng usia 30-an yang memakai kaos putih polos dengan celana uniqlo warna khaki, dan sepatu wakai cokelat muda. Memanjakan visual kita. Apalagi ditambah parade musiknya yang “kampay-asik-banget-gilak” itu.
Henry
Cavill berhasil keluar dari gaya Supermannya yang sangat komikal itu. Ia
tertolong oleh wajahnya yang memang sudah jadul, untuk bisa memerankan agen CIA
yang mantan napi. Kendati Cavill kadang terlalu genit, tapi tak apa lah. Dia
cukup menghibur, apalagi saat beradegan koplak yang menuntutnya nyeletuk lucuk
tapi dengan wajah tanpa dosa. Agak kontras menurut saya, jika dibandingkan
dengan akting mas Hammer. Biyuuh untung tanganmu bagus, Mas.
Sedangkan
mbak Vikander, sukses membikin film cerah karena kemanisannya, juga gaya
berpakaiannya yang retro banget. Bisa dibilang dia adalah oase dari kejengahan
menonton rivalitas machoisme ala Kuryakin dan Solo. Tapi, pencuri perhatian
dari film ini menurut saya adalah Hugh Grant! Bisa-bisa aja lho dia nongol dan well, membuat Cavill dan Hammer jadi semacam
new kids on the block, hahaha..
Tonton
aja sih, kalau lagi butuh ngakak :)
Comments
Post a Comment