Tanjung Bira, Pasir Seputih Tepung dan Langit nan Biru
Saya punya kebiasaan nyeleneh selama ini: membawa pulang pasir
pantai yang baru saja saya kunjungi. Biasanya pasir itu saya taruh di dalam
botol Oxxy, dan saya pajang di lemari buku. Nah, demikian pula saat saya
menyambangi Tanjung Bira dan Pantai Bara, Bulukumba, Maret lalu. Saya dengan enggak
tahu malunya memasukkan beberapa kepal pasir di Tanjung Bira ke dalam kresek.
Dan gilanya adalaaah,
ketika di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, pasir itu diperiksa petugas di
sana! Pasir saya sepertinya dikira narkoba, sodara-sodara. Aaaaaarkk.. Ya kalik
ada kurir narkoba bermuka sekece saya.
No no no.. Saya akui saya sempat panik. Bukan karena “dikira narkoba”-nya, tapi
takut kalau pasir itu lalu disita petugas bandara. Huhuhu.. Padahal kan saya
udah mbayangin pasir Bira nangkring di lemari saya :)))
Tapi alhamdulillah,
berkat doa dan muka mimbik-mimbik, plus penjelasan enggak penting bahwa saya
koleksi pasir, petugas akhirnya mengizinkan saya membawa “kresek terduga narkoba”. Yeeeey
yey yey yeeey..!
Pasir Tanjung Bira
(banyak orang menyebutnya Pantai Bira) memang menggemaskan. Warnanya putih
bersih, kendati di ada beberapa titik yang berwarna cokelat. Teksturnya? Hmmmh selembut tepung maizena! Memang saat kami ke
sana, Tanjung Bira sedang enggak bersih-bersih amat. Ini karena sampah dari
pantai Makassar terbawa angin musiman sampai ke pantai Bira. Walhasil, banyak warga setempat membersihkan sampah-sampah itu meski tak dibayar pemerintah. Katanya
sih agar pengunjung Tanjung Bira tetap nyaman main di sana. Ah, baik bangeeet..
Di Tanjung Bira,
banyak banget kok yang bisa kita lakukan. Dinner di restoran berbentuk kapal
phinisi, berenang, main pasir, sekadar jalan-jalan, dan menyeberang ke pulau
tetangga seperti Liukang Loe dan Pulau Kambing. Di antara dua pulau itu, kita
bisa banget snorkeling dengan view yang lumayan oke. Atau bisa juga minta bapak
pengendara perahu diantarkan ke tempat penangkaran penyu di Liukang Loe. Oya,
biaya sewa perahu untuk setengah hari sekitar Rp 250 ribu. Itu kami bagi
berempat, jadi jatuhnya lumayan murah.
HOW TO GET THERE?
Tanjung Bira terletak
di Kecamatan Bonto Bahari, 40 kilometer dari Kabupaten Bulukumba, atau sekitar
200 kilometer dari Makassar, Sulawesi Selatan. Tak susah kok menuju Tanjung
Bira. Dari Makassar, kita bisa menyewa mobil rental, dengan tarif Rp 300-400
ribu per hari, tergantung jenis mobilnya.
Waktu itu kami menyewa
Avanza sekitar Rp 350 ribu, kalau enggak salah. Lebih murah karena saya dan
pacar menyetir sendiri mobilnya ke Bira. Perjalanannya sekitar 5 jam, dengan
topografi jalanan naik-turun. Tapi jangan khawatir, jalanannya mulus, kok. Kami
sesekali berhenti di pinggir jalan untuk foto-foto, karena memang
pemandangannya lumayan oke. Hohoho..
ya udahlah ya, begini nasib saya sebagai fotografer prewed Putri dan Anam.. Hakhakhak |
Nah enaknya bawa mobil
adalah, kita jadi bisa main ke pantai-pantai tetangga Tanjung Bira. Yap, di
Bulukumba, ada banyak banget pantai yang bening-bening. Jadi terpenuhilah kebiutuhan vitamin sea kita. Kalau enggak bawa mobil, bisa
sih naik moda transportasi umum. Tapi saya enggak terlalu paham gimananya.
WHERE TO STAY?
Banyak resort dan
penginapan murah kok di Tanjung Bira. Contohnya Sunshine Guest House untuk yang
murah, Bira Beach Hotel untuk harga moderat, dan Amatoa Resort untuk yang
paling mewah. Kami milih yang kedua karena lokasinya, bro. Persis d depan
pantai. Asoiii.. Kebayang kan keluar kamar kita udah bisa lihat laut, menciumi
baunya, dan merasakan terpaan anginnya... Hohoho..
view dari teras pantai |
Itu kamar kamiii hihihi |
Harga sekamar Bira
Beach Hotel sekitar Rp 500 ribu, dengan fasilitas sarapan, dua kasur, dua
ekstra bed, satu kamar mandi, dan AC. Enggak ada tivi sih, tapi ya sudahlah
masa iya masih mau nonton teve saat ada pemandangan alam sekeren Tanjung Bira,
hehehe..
KULINER
Tips untuk yang pengin
menginap di Tanjung Bira, jangan berharap banyak pada kulinernya. Bukannya
gimana sih, tapi pengalaman subjektif saya begitu. Kontras lah antara koleksi
makanan di Makassar dengan di sana. Di area Bira, tak terlalu banyak pilihan
makanan yang yoih. Pun di d'Perahu, restoran berbentuk kapal phinisi itu. Jarang juga ada
warung seafood kendati lokasinya memungkinkan menjual makanan hasil laut.
Sarapan dari penginapan pun hanya nasi goreng dengan telur ceplok (saya kan
ngarepnya dapet lauk ikan gitu, ngahahaha..).
d'Perahu. Liat tepi kapalnya kan? Di situlah kita makan *love love* |
Jadi mending bawa
bekal makanan secukupnya dari Makassar, seperti roti atau gogos, atau apalah
gitu. Kuliner yang lumayan mantap justru di luar area Tanjung Bira. Kita akan
mendapati sejumlah makanan asyik seperti ikan bakar, sop ikan, sop saudara,
juga.. coto kuda. Saya mah enggak tega ya sama kudanya, jadi maaf aja enggak bisa
kasih rekomendasi atau review. Tapi kalau ikan bakar dan sambalnya mah yahuuuud ^_^
Comments
Post a Comment