Pada Akhirnya Memaafkan, Mendoakan

Sebentar lagi saya menikah. Dan malam ini, saya memberanikan diri untuk stalking sejumlah orang yang akhirnya malah membuat saya menangis. Bukan karena saya sedih, tapi karena saya merasa bersyukur dan teringat banyak hal yang terjadi di masa lalu, baik saat SMA maupun kuliah.

Ya, ada momen kita pernah demikian sedihnya karena perlakuan orang-orang tertentu. Ada momen saya sampai demikian jatuhnya, sakit (dan sempat berpikir ini karma karena pernah melukai hati yang lain juga), sedikit gila, tidak berdaya, dan pasrah. Yang terakhir saya anggap sebagai titik paling kritis karena mempertaruhkan akal sehat.

Ketika dalam kondisi itu, dalam hati kadang saya mempertanyakan kenapa ada orang yang sedemikian jahatnya. Kenapa ada orang yang di muka umum terlihat begitu baik (saya menghindari kata religius haha), tapi pikiran dan bicaranya menyakiti orang lain. Kenapa saya juga pernah begitu tolol pada diri sendiri karena bla bla bla..

Begitulah. Tapi, jauh di dalam hati saya yang bermuka sadis dan resek ini, saya paling enggak mau bermusuhan dengan orang. Kalau yah, sudah kasep alias sudah telanjur dimusuhi, saya selalu ingat kata seseorang. Jangan tanggapi upaya permusuhan dan sikap buruk orang lain. Biarkan saja, dan kalau tidak kuat menanganinya, maka jauhi. Kalau sanggup, doakan dia.

Doakan. Ya, sinting sih dipikir-pikir. Ngapain juga mendoakan kebahagiaan bagi orang yang mungkin malah berdoa buruk buat kita. Tapi entahlah, anggap saja ini ketololan ala saya lagi. Buat kalian mas dan mbak yang mungkin benci saya, dulu pernah menggoreskan luka (ini yang ngomong Isma Pisesha), dan itu saya SADARI, tenang saja. Saya selalu berdoa agar kalian bahagia dengan cara-Nya.

Edun, enggak pantes banget gue yang galak dan enggak bisa nata mulut bisa ngomong sok iye begini ahahaha.. Bodo amat dah, emang lagi pengin nulis kok. Dan yah, percayalah, bahwa mendoakan orang-orang yang bikin kita sakit hati itu adalah detoks luar biasa buat kontainer kenangan di otak. Memaafkan, seperti kata banyak orang, memang bukan berarti melupakan. Its ok, enggak ada yang bisa nyuruh kita buat lupa hal buruk, kecuali pada akhirnya waktu yang bantu menyembuhkannya.

Mengerti bahwa memaafkan itu proses yang menyakitkan. Mengerti, walau menyakitkan itu harus dilalui agar langkah kita menjadi jauh lebih ringan. [Tere Liye]



Comments

  1. Mungkin ini pertanda dr Yang Maha dan Semesta....
    Kemarin aku dinasehati begitu pas terapi. Katanya, doakan yang baik-baik, karena pada akhirnya doa itu kembali ke kita.....
    *mata menerawang lalu meremang*

    ReplyDelete
    Replies
    1. sini peluk peluuuk.. hihi.. Ntar kita jengjeng dan foto kece ya cintaaah

      Delete
  2. Hmm.. begitukah? Aku ada mantan temen, udah ga ngomong sekitar 1 tahunan krn masalah ga penting. Yah kucoba doakan saja.

    ReplyDelete

Post a Comment