#NikahAsyik Part 2: Nikah Tanpa Adat

Pertanyaan banyak orang ketika kami mulai woro-woro akan menikah adalah,
"Kalian pakai adat apa?"
Jika ditanya begitu, saya biasanya akan jawab, "Nggak pakai adat, Mas, Mbak."

Sebenarnya, banyak hal-hal kecil di pernikahan saya yang ke-Jawa-Jawa-an. Misalnya, di rumah saya pakai bleketepe, ada janur kuningnya, prosesi sungkeman, dan pakai kebaya. Tapi selebihnya, ya ala-ala saya dan keluarga, lah. Alasan kami tidak pakai adat dalam upacara pernikahan simpel saja, karena saya orangnya malas ribet.

Apakah semua ritual adat itu ribet? Maaf saja, tapi menurut saya iya. Malas saja gitu, membayangkan harus ada ritual dodol dawet, siraman, suap-suapan, dan midak telur (mending dimasak jadi telur dadar deh, ah). Untung saja keluarga kecil saya tak keberatan. Ini patut saya syukuri, karena ada teman saya yang sama-sama suka hal yang simpel, pada akhirnya terpaksa nikah pakai adat karena paksaan orang tuanya.

Enggak pakai adat juga terejawantah ke musik di pernikahan saya. Alih-alih memperdengarkan lagu Jawa, saya dan suami memilih pakai musik akustik untuk acara resepsi. Jadi yaaaaa nada khas pernikahan Jawa "nang ning nang ning gung" saat pengantin jalan menuju ke pelaminan itu tergantikan oleh lagu Marry Me-nya Train. Hihi..

Asyiknya, meniadakan sejumlah ritual adat juga berarti efisiensi budget. Percayalah, saat mempersiapkan pernikahan, ada banyak sekali kebutuhan tak terduga yang bikin kas mengering, hahahaha.. Nah, dengan meniadakan sejumlah ritual adat, pengeluaran pun bisa diminamalisasi. Apalagi, saya enggak memakai cincin kawin.

Soal cincin kawin ini pun sempat jadi perdebatan saya dengan suami. Ini karena doi sejatinya ingin kami punya cincin kawin, sementara saya enggak mau karena memang enggak suka pakai perhiasan emas (kasih gue kalung edgy plus emas batangan aja deh, dibanding cincin emas. Hiks). Dan yah, akhirnya saya berhasil melobinya, muahahahahaha..

Tapi kembali ke masing-masing orang, sih. Apalagi dalam keluarga Jawa, pernikahan itu bukan kita saja yang menikah. Tapi keluarga besar kita. Jadi ya sedikit-banyak (kadang banyak banget hahahahaha), mereka akan saranin ini-itu dalam menentukan tetek-bengek resepsi pernikahan kita.

Kalau sudah begitu, ya kuat-kuatin iman aja deh. Selamat berjuang. Salam santai!


Comments

  1. Memang harus balik ke individunya masing-masing. Pilihan mana yang cocok. Saya setuju saya nanti tak mau pakai adat di nikah saya

    ReplyDelete

Post a Comment