Review Batman v Superman “Dawn of Justice”: Adu Otot yang Bikin GMZ


Mungkin ini alasan mengapa film ini diberi judul Batman v Superman bukannya Superman v Batman. Storytellingnya memang semacam mengajak kita untuk melihat dari sudut pandang Bruce Wayne alias Batman. Mulai dari penggambaran masa kecil Bruce yang melihat kedua orang tuanya terbunuh, proses perkenalannya dengan kelelawar, pun awal dendamnya pada sosok Superman.

Dikisahkan, Bruce KZL pada Superman karena bikin Gotham City porak-poranda pasca pertarungan dahsyat yang tersuguh di Man of Steel. “Scene-ception” itu menyuguhkan potongan adegan Man of Steel-- tapi dari kacamata Bruce Wayne- yang menunjukkan kota kacau gara-gara ulah makhluk tampan klimis dari Krypton itu.

Bukan hanya Bruce Wayne yang jatuh kesal pada Superman. Melainkan juga sebagian penduduk kota, yang mulai merasa ulah Superman keterlaluan. Tapi apa daya? Dia bukan manusia, jadi memang tak bisa disidang dan ditindak dengan hukum manusia. Tapi, apakah gara-gara itu Superman lantas legal berbuat semaunya? Apalagi kadang…..err…..demi nyelamatin Lois Lane –si pacar- doang, tembok-tembok rumah orang dibikinnya ambrol.

Tlus kenapa kalo lambut akuh klimis? Salah gueh? Salah temen-temen gueh?
Kebencian sebagian orang pada Superman kian disulut oleh ulah Lex Luthor. Demi proyek rahasianya, Lex memfitnah Superman sehingga jagoan kita itu makin sah jadi public enemy. Sedihnya, Bruce adalah salah satu orang yang termakan fitnah bikinan Lex. Kebenciannya pada Superman pun menjadi-jadi, dan membuatnya bernafsu mencumbu menghabisi Superman. Ia tak peduli kendati “hanya” manusia dan bakal menghadapi makhluk setengah dewa yang punya otot kawat balung wesi.

Singkat cerita, mereka akhirnya berduel mesra diiringi sound dahsyat yang bikin adegannya tambah greget. Adegan baku hantam kedua jagoan DC Comics ini brutal dan gila-gilaan. Sementara si manusia kelelawar berbekal baju dan peralatan supertangguh dan canggih, mas-mas Krypton bermodal rambut klimis yang semacam enggak rusak walau dibogem habis-habisan. *pomenya merek apa sih Mas?*

Apakah adegan Superman bergumul dengan Batman klimaks dari film 2,5 jam ini? Enggak, dong. Mereka akhirnya balikan eh baikan, lalu bertarung bareng melawan monster gigantis bikinan Lex Luthor. Tentunya, dibantu oleh jagoan kece kita.. Wonder Woman! Yeeeeeeeeey!!!


***
Dawn of Justice bikinan Zack Snyder ini sukses bikin badan saya menggeliat tak karuan. Penyebabnya adalah kontraksi di perut bagian kanan bawah yang hinggap sejak saya naik ojek dari kantor ke bioskop, Rabu malam lalu. Walhasil, saya pun sedikit-sedikit berganti posisi duduk, sambil meringis kesakitan karena nyeri yang bertambah parah. Tapi karena udah dibeliin tiket oleh si bojo sejak sore, ya sudahlah ya.

Kontraksi di perut sepertinya diperparah oleh sepertiga awal film yang begituuuu membosankan, sehingga membuat perhatian saya tak teralih dari kontraksi. Ya, sungguh-sungguh bikin bosan sehingga judulnya bisa diubah jadi Yawn of Justice. Dramanya memang enggak selebai Uttaran atau Cinta Paulina, tapi tetap saja membosankan karena lamban. 

Dua yang bikin saya kesengsem di film ini adalah Gal Gadot dan Ben Affleck. Jujur aja, sebagai diehard fans Batman versi Christian Bale, saya awalnya ragu Ben Affleck bisa layak ada di balik kostum Batman. Apalagi kalau ingat betapa enggak okenya dia memerankan Dare Devil dulu itu.

Ternyata Ben Affleck cukup oke, kok. Di bawah kendalinya, Batman menjadi sosok superhero yang mengerikan, bengis, tanpa ampun, dan, meminjam testimoni bojo saya, terlihat lebih “sakit”. Enggak kalah dibanding yang dilakukan Bale di The Dark Knight Returns. Oh ya, menurut saya sih uban Affleck itu lumayan ngaruh bikin Batman terlihat lebih kece. Ya jadi manusiawi lah dibandingkan rambut klimis sadisnya Clark Kent, hakhakhak

Tapiiii tetap saja yang bikin film ini menarik adalah kemunculan Wonder Woman yang diperankan Gal Gadot. Emang sih mbaknya itu cantik dan klasik mukanya, tapi saya enggak nyangka aja, setelah pakai kostum Wonder Woman, auranya jadi mendar-mendar. Apalagi kalau udah beraksi dengan pecut saktinya itu, hahahaha.. Cetarrrrr!! Enggak kebayang bojo saya dan lelaki lain pada berimajinasi kayak gimana melihatnya.


Kemunculan Wonder Woman ini sekaligus menjadi penanda film Justice League bakal rilis beberapa tahun lagi. Beda dengan Marvel yang biasa kasih clue di penghujung film soal sekuelnya, DC Comic cukup memberi bocoran lewat dialog di Dawn of Justice soal akan adanya Justice League. 

Film ini juga semakin mempertegas pilihan DC Comics yang emoh mengemas kisah superheronya serenyah Pringles, seperti yang dilakukan Marvel. Dawn of Justice adalah film yang gelap, plus lebih suka pakai adegan malam dibanding siang. Tokoh superhero kita di sini pun terlihat lebih dingin dan sadis. Walau……kostum yang mereka kenakan di mata saya malah mengecewakan.

Gimana enggak, tone warna kostum superseksih yang biasa dikenakan Henry Cavill sepertinya dibuat lebih gelap sehingga menyamarkan lekuk tubuhnya. Grrrrrh.. Jadi jangan harap ya, bisa curi-curi lihat bagian itunya yang dulu sempat kena bully di internet karena ekshibis abis. Yaaah padahal saya ngarep lho dia pakai bajunya yang dulu, hiks hiks


Begitu pun bajunya Batman, terlihat menggelikan dan malah mirip Robocop. Soal ini, saya sih merasa bajunya Batman versi Nolan jauh lebih oke, ya. Dengan kostum Batman baru ini, Ben Affleck jadi kelihatan enggak gagah dan malah kayak kesusahan jalan. Ciyan. Mbok ya pilih baju yang enggak ribet gitu lho, Mas..

Bagi penggemar berat Superman dan Batman, film ini mungkin bisa bikin orgasme. Wajib tonton, walau kudu bawa cemilan yang banyak biar ada kerjaan di sepertiga awal film yang errrrr banget itu.

Btw, salam ya buat tante Martha :p

Comments