Review Kung Fu Panda 3: Kocaknya Bikin Nangis
hae Daaad |
Panda. Iming-iming itu saja udah sangat
menarik buat banyak orang (terutama gue maksudnya). Siapa sih yang enggak gemes
pada binatang hitam-putih yang gendut dan uwel-uwelable itu? Ditambah dua film
pendahulunya enggak mengecewakan, jadilah saya begitu terobsesi menonton Kung
Fu Panda 3.
Sakit pun saya jabanin deh demi beli
tiketnya dulu biar bisa dapet kursi F idola. Saya juga sampai ngatur jadwal
liputan n wawancara sedemikian rupa biar bisa nonton aksi para panda tepat di
tanggal pertama pemutaran filmnya di luar Amerika Serikat termasuk Indonesia.
Saya bilang para panda, karena
memang Po (Jack Black) bukan satu-satunya panda dalam seri ini. Di sini dia
bertemu dengan Li, sang bokap kandung yang tentunya seorang panda (yey yey yey,
gimme more pandas!!). Li kemudian mengajak Po balik ke sebuah desa rahasia di
sebuah gunung, tempat tinggalnya para panda.
Gilaaaaak itu kampung para panda yaaaa
bikin hormon endorphin saya naik drastis ahahahaha.. Gimana enggak, itu banyak
banget pandanya booook.. Panda, panda, pandaaa… !! Dan mereka lucuk-lucuk semua
gitu karakternya. Ditambah kampungnya itu cantiiiiiik banget. Warna-warni,
kontras dengan bulu hitam-putihnya panda, wakakaka..
Mei-mei yang genitnya ampuooooon hahahaha |
Nah, di sana Po yang ditunjuk sebagai
guru kung fu gantiin Master Shifu yang pensiun, enggak sekadar pulang kampung.
Dia juga berkontemplasi –aneh sih panda kontemplasi, tapi begitulah- mencari
jati dirinya. Dia juga kemudian jadi guru kung fu para panda!
Adalah Kai yang membuat para panda yang
sebenernya cuma doyan makan dan tidur itu latihan kung fu. Si Kai ini datang
dari dunia roh. Dia balik ke dunia karena berhasil mengambil chi dari para master
Kung Fu. Nasib, Po-lah yang ketiban tugas buat balikin Kai ke dunia roh. Tentu,
si pendekar naga kita dibantu Master Shifu, Tigress dkk, juga para panda.
Kai |
Walau ini seri ketiga, Kung Fu Panda
jauh dari membosankan. Bahkan saya enggak nemu kurangnya apa. Ceritanya segar
banget, plus humornya gigi 5 mulu sejak awal hingga akhir film. Gilak, saya
sampai berurai air mata karena ngakak mulu sampai film kelar.
Memang ada sisi emosional film yang
bersumber dari sejarah perpisahan Po dari keluarga panda, serta bagaimana sang
ibu meninggal setelah menyelamatkan Po. Tapi itu tidak dituturkan secara
menye-menye sehingga selipan komedinya tetap ampuh bikin kita terbahak-bahak.
Dialog dan ulah konyol para tokoh di Kung Fu Panda juga masih aman buat
anak-anak. Bahkan menurut saya ini film animasinya anak-anak haha.. Enggak ada
sadisnya sama sekali macam Penguins of Madagascar.
Keunggulan lainnya adalah efek suara
yang mendukung banget tiap detail adegan. Entah adegan agak melonya, maupun
adegan pemantik tawa seperti saat para panda itu menggelinding dari atas bukit
ke rumah mereka. Wakakaka.. asli dah bikin gemes dan pengin ikut nggelinding :p
Film bikinan Jennifer Yuh dan Alessandro
Carloni ini juga sangat kaya warna dan enak dilihat. Apalagi kampungnya para
panda yang warnanya cerah ceria kayak permen itu. Bikin hepi, deh. Saya aja
malamnya sampai ngimpi bikin taman bunga yang indaaaah banget trus pesen
bunganya ke para panda gitu. Hakhakhak..
Mau nonton lagi, deh! Yuk!
Mau nonton lagi, deh! Yuk!
Comments
Post a Comment