Saat Tete Tetiba Kopong


Bangun tidur pertama saya di 2018 sungguh kurang mengenakkan: saya megang tete, dan merasa kopong. Yes, bukan hati yang kopong, tapi tete. Ini sama menyedihkannya sih. Apalagi buat saya yang sedang menyusui balita yang mimiknya superbanyak, Bhima Sugidinawa.

Udah dua bulan terakhir produksi ASI saya anjlok lumayan drastis. Kalau saya gambarkan sih begini: dari yang dulu sekali mompa bisa 500-600 ml, lalu turun jadi 400, kemudian 300, 150, 100, 80, 70, dan sekarang ya paling antara 20-40 ml. Well, itu gak sampai 10 persennya hasil pompaan pertama lho. Ada yang bilang “Ih masa dulu donorin ASI ke mana-mana, sekarang tetenya kering?”. Etdah, dipikir tete gue pabrik Dancow yang bisa terukur hasil produksinya! 

Berbagai saran ibu menyusui (busui) yang bertebaran di forum percakapan internet dan Instagram, sudah saya praktikkan. Tapi percayalah, enggak semuanya bisa mendapat hasil yang sama. Saya pada akhirnya mesti percaya kalau menyusui itu memang ada teori dan tekniknya. Tapi seperti halnya rezeki, sekeras apapun kita berusaha, Tuhan yang menentukan. *HR Ismatun.

1)”Kuncinya itu sering-sering mompa. Karena ASI itu prinsipnya based on demand.”
Oh yes itu betul. Tapi anak saya kurang sering nenen apa sih? Tiap saya di rumah, dia bisa belasan bahkan puluhan kali kayaknya, nunjuk-nunjuk tete saya trus minta nen. Frekuensi mompa yang katanya usahain 2 jam sekali? Dulu sih bisa yaaa… zaman masih cuti melahirkan. Tapi sekarang? Saat Bimo sudah aktif ngacir ke mana-mana, rumah mesti diberes dan bersihin, dan kerjaan kantor nunggu digarap? Hahahahaha.. mbahmu kempiiiiing.

Sebenarnya saya sudah menyempatkan untuk mompa ASI walau di rumah. Tapi betul masih gagal paham kenapa ini anjlok banget ASI-nya. Buat buibu yang masih saja menyebut orang kayak saya kurang usaha mompa, situ mau garapin tulisan saya sambil beres-beres rumah? Pun di kantor, mall, saya juga mompa paling enggak 3 jam sekali lho.

2) Sempatkan mompa walau di mana aja. Kan tinggal pakai apron buat nutupin tete.
Bukan perkara tete ketutup sih. Tapi emang ini udah bukan problem buat saya. Saya mah bisa aja mompa di kereta, pesawat, Go Car, pun walo sebelah atau depan saya cowo. Selo ae. Tapi sekarang mah ASI emang segini-gini aja. So how.

3) Kurang minum booster ASI
Bok yeee sampe eneg lho makan pare, bayam, daun katuk, gado-gado, kacang panjang, tahu, telur, toge, trus Mama Soya, teh booster, kemarin juga nyobain jus bangun-bangun. Buat ibu-ibu yang udah nyoba macem-macem tapi ASI nya lagi upacara alias gerak d tempat, I feel you. Hahahaha

4)”Kamu capek kali.. Setres, kurang jalan…”
Saya curiga ini sih. Dulu sebelum kewong mah bisa paling nggak jalan-jalan 2x ya setahun ke mana gitu. Tapi sekarang boro-boro. Selain soal budget, juga karena enggak tega ninggal anak. Ini dilema banget sumpah dah. Kalau ada tips buat saya soal ini, lemme know yes.. Ngemal mah sudah, tapi memang jujur aja di tengah jalan suka inget anak. Bawaannya pengin buru-buru pulang, karena ingat suami dan anak di rumah. Enggak tega lah, kangen lah, merasa bersalah sama mbak pengasuh lah..


Dari semua ini saya ingin bilang, menyusui tidaklah mudah.

Kami yang ke mana-mana membawa cooler bag ini, mompa ASI di mana pun dan kapan pun ini, sudah berusaha keras untuk memberi yang terbaik buat si bocil. Jadi tolonglah jangan persulit dengan ujaran-ujaran yang kontraproduktif. Sungguh enggak mudah lho mengurus anak, rumah, kerjaan, dan menyempatjkan diri di sela-selanya untuk memompa ASI.

Jangan pula membebani dengan ujaran bahwa kami kurang berusaha atau kurang membahagiakan diri. karena mungkin kami sudah terlalu “sibuk” sampai lupa waktu untuk menyenangkan diri sendiri…

Mungkin saya, juga busui lainnya, kadang ingin menyerah. Walau berat, walau waktunya kadang sampai entahlah pontang-panting sekali, walau mata hitam karena kurang istirahat, tapi saya yakin, pada akhirnya kami masih terus berusaha… Semangat!! ^^



Comments