Kaleidoskop 2011 Isma Savitri Amir *Nggak Penting*
Wah, nggak nyangka sebentar lagi akan ganti tahun. Bagi saya, 2011 berjalan terlalu cepat, dan terasa seperti hanya 2-3 bulan lamanya. Saya terbiasa menuliskan apa saja yang sudah saya lakukan selama setahun ini, dan apa saja hal yang saya rencanakan pada awal tahun, tapi belum bisa terlaksana.
Setelah saya menengok agenda 2011, saya ternyata hanya merencanakan sedikit hal tahun ini. Dalam hal karir, saya tidak menargetkan apa-apa. Hihihi.. Karena memang saya enggak tahu apa yang ingin saya capai tahun ini. Tapi alhamdulillah, pada Januari 2011 lalu, saya dan 15 orang teman seangkatan saya "naik kelas", dari calon reporter, menjadi reporter Tempo.
Yang berbeda dari dunia jurnalistik saya, tahun ini saya mengalami pindah pos, meski masih di kompartemen Hukum. Sejak Agustus 2010, saya ditugaskan mengawal Kejaksaan Agung dan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Di pos itu, beberapa kasus yang jadi sorotan adalah perkara mafia hukum Gayus Tambunan, kasus korupsi Susno Duadji, dan kasus korupsi Sisminbakum yang melibatkan eks Menteri Hukum, Yusril Ihza Mahendra.
Pada pertengahan 2011, saya dipindahtugaskan ke Kuningan, untuk bertugas di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Di dua pos itu, berita yang membekas di ingatan adalah kasus suap Wisma Atlet yang melibatkan Muhammad Nazaruddin, kasus korupsi jaksa Cirus Sinaga, dan pergantian Menteri Hukum dari Patrialis Akbar ke Amir Syamsuddin.
Secara keseluruhan, saya menikmati ngepos di desk ini. Yah kadang ada sih jenuh. Tapi untungnya, saya selalu punya teman-teman liputan yang superheboh dan menyenangkan. Merekalah yang membuat keseharian saya jadi berwarna dan penuh tawa. Thanks guys! *kok kayak ucapan terima kasih di kover CD sih? :D
Tahun ini, saya juga bahagia bisa merasakan --untuk pertama kalinya-- apa yang disebut mudik Lebaran. Memang sih, selama ini saya juga mudik, dari Semarang ke Pati. Tapi geregetnya biasa aja ternyata, jika dibandingkan perjuangan saya tahun ini demi bisa pulang ke Semarang. Well, saya sampai nginep di Stasiun Jatinegara demi bisa dapat tiket kereta pulang. What a precious moment for me.
Saya juga bersyukur bisa mewujudkan keinginan untuk ngesot ke luar negeri dengan duit sendiri (sebelumnya kan nggak ngeluarin duit 100 perak pun, hihihi..). Bersama dua sahabat saya yang menyenangkan, Roswita Oktavianti dan Novianti Setuningsih, saya menjejakkan kaki ke Phuket dan Bangkok (Thailand), serta Ho Chi Minh City (Vietnam). Perjalanan kami ke tiga kota selama tujuh hari sungguh tak akan terlupakan.
Fyi, untuk bisa beransel ria ke dua negara Asean itu, saya menabung sejak tahun lalu. Boleh percaya boleh enggak, saya menabung di celengan, sampai akhirnya saya tak perlu menarik duit dari ATM lagi saat hendak melancong. Rasanya sesuatu banget, saat kamu bisa pergi ke suatu tempat yang kamu impikan, menggunakan duit tabunganmu. Hehehehe *lebay
Dari dunia percintaan, mmm... Males cerita ah. Intinya, enggak ada yang bisa diceritakan tahun ini, selain gagalnya saya membawa hubungan ke tahap yang lebih serius. Tapi saya enggak mempermasalahkan itu juga sih. Namanya juga belum jodoh. Hohohoho.. Sok bijak deh, gue.
Di samping semua hal membahagiakan itu, saya juga ada rencana yang belum kesampaian. Pertama, sampai sekarang belum juga sukses nyatuin jadwal dengan Bapak, Ibuk, Sofie, n Alya, untuk bisa traveling ke suatu tempat. Dulu kami sempat merencanakan berangkat ke KL. Tapi karena Sofie makin sibuk dengan kegiatan kampusnya, Alya juga sibuk kegiatan ekstra sekolah, rencana itu terus tertunda. Fiuhhh..
Saya juga belum jadi-jadi kuliah. Oh Tuhan, rasanya sudah gatel mata ini untuk membaca kembali buku-buku kominikasi gender, dan sebagainya. Saya juga sudah kangen kegiatan anak kuliahan macam bikin makalah, presentasi, konsultasi ke dosen.. Haduh, rasanya keinginan saya untuk kuliah lagi sudah di ubun-ubun. Tapi kapan ya bisa dapat kesempatan dari kantor untuk cuti kuliah.. Hiks hiks
Yang terakhir, saya juga nggak terlalu bisa menabung tahun ini. Kesadaran saya untuk mengirit dan menabung baru muncul menjelang tutup tahun. Hehehe.. Alhasil, saya menyesal belakangan mengapa kerja saya selama ini nggak menghasilkan tabungan memadai. Tapi saya janji, tahun depan saya enggak mau seperti itu lagi. Oh ya, resolusi 2012 akan saya tulis di postingan berikutnya yaaa...
Comments
Post a Comment