Puss in Boots: Tentang Kucing yang Mewujudkan Mimpi

Masih ingatkah pada si pus di film Shrek yang berwajah innosen dan punya tatapan meluluhlantakkan jiwa terjahat sekalipun itu? Nah, Puss in Boots adalah film yang khusus dibuat Paramount Pictures untuk si kucing berwarna jahe yang tengil.

Ekspektasi saya menonton film ini sebenarnya besar. Saya berharap, Puss in Boots akan membuat saya tertawa terpingkal-pingkal. Toh si pus udah punya modal fisik yang sangat menggemaskan. Nggak setambun Garfield, sih. Tapi mata dan lagak konyolnya itu, loh.. Bikin gemes! Hehe..

Sepuluh menit, dua puluh menit, saya belum juga dibikin ketawa oleh film ini. Nggak ngerti deh, saya yang lagi banyak pikiran, atau memang skenarionya kurang nampol. Tapi karena saya saat itu libur dan nggak lagi stres, saya jadi curiga, film ini memang nggak lucu-lucu amat..

Saya mengukur kadar kelucuan film dari seberapa banyak tawa yang bergema di dalam bioskop. Dan ternyata memang malam itu nggak banyak yang ketawa melihat tingkah polahnya Puss dkk.. Ada sih, momen-momen yang lucuuuuu banget. Tapi nggak sampai lima kali, lah.

Puss in Boots berkisah soal petualangan Puss (Antonio Banderas) bersama Kitty (Salma Hayek) dan Humpty Dumpty, dalam mendapatkan telur angsa emas. Fyi, telur emas adalah mimpi yang dipupuk Puss dan Humpty Dumpty sejak kecil, saat mereka tumbuh bersama di sebuah panti asuhan.

Nah, telur emas itu baru bisa didapat kalau mereka bisa menanam kacang ajaib di sebuah tempat. Kacangnya sendiri ada di tangan pasangan suami-istri culas bernama Jack dan Jill.

Sejak awal, kita sudah disuguhi hubungan persahabatan yang rumit antara Puss dan Humpty Dumpty alias Egg (yes, si Humpty bentuknya telur. Hahahahaha.. Aneh banget deh..). Di masa lalu, Puss dan Egg memang pernah cekcok karena suatu peristiwa. Dan sejarah masa lalu itulah yang kemudian jadi salah satu inti cerita film ini.

Alkisah, Puss, Egg, dan si kucing betina Kitty, sukses mencuri kacang ajaib dari Jack dan Jill. Mereka juga berhasil menanam kacang tersebut di tempat yang tepat. Di situlah awal mula petualangan ketiganya. Mulai dari menginjakkan kaki di negeri di atas awan, bertemu anak angsa bertelur emas, sampai akhirnya membawa anak angsa itu ke San Ricardo, negara mereka.

Beneran deh, film ini nggak sukses sebagai film komedi. Saya nggak tahu apakah Puss in Boots digarap tergesa-gesa, atau memang sengaja dibikin agak serius. Yang jelas, saya nonton film ini nggak bisa ketawa lepas, aja. Si Puss pun hanya sekali menampakkan "innocent face"-nya di film itu. Hiks..

Menurut saya sih, kalau memang mau nonton film ini, jangan berharap banyak bisa ketawa ngakak. Paling-paling, kita ketawa karena lihat bodinya si Puss yang memang nggemesin itu. Hehehe.. Yang memorable adalah saat si Puss yang lagaknya sok iye itu minum susu. Imut banget, hihihi..

Nilainya 2,5 dari 5, lah..

Comments

Popular Posts