Peluang
Kalau nggak salah Kamis lalu deh. Saya masih galau berat sampai akhirnya seharian selalu kacau ngelakuin apapun. Malamnya, saya ketemuan sama Novi di Sevel Saharjo, deket kos saya. Begitu ketemu, langsung deh saya bocor.
Nggak perlu saya cerita detailnya. Tapi intinya, Novi mengajari saya untuk realistis. Ada saatnya saya sadar, nggak selamanya yang saya harapkan jadi kenyataan. Termasuk soal dia, si lelaki itu :'(
“Mulai sekarang kamu harus ubah mindset. Jangan terus berharap atau bersikap baik ke dia, seolah-olah masih ada harapan. Kamu harus berpikir bahwa kalian itu memang nggak mungkin bisa bareng!” kata Novi.
Sobat saya itu kemudian menyajikan analisa-analisanya yang agak ngarang (which is Nopi ga kenal si laki, wkwkwk), tapi nyerempet kenyataan. Hehehe.. Tapi intinya ya itu, saya harus menampar diri sendiri bahwa memang dia nggak bakal bisa sama saya.
Dipikir-pikir, betul juga sih. Saya bakal gagal kalau berusaha melupakan dia. Yang penting itu saya harus realistis. Which is mulai sekarang saya wajib berhenti membaikinya terus-menerus! Hehehe
Nggak perlu saya cerita detailnya. Tapi intinya, Novi mengajari saya untuk realistis. Ada saatnya saya sadar, nggak selamanya yang saya harapkan jadi kenyataan. Termasuk soal dia, si lelaki itu :'(
“Mulai sekarang kamu harus ubah mindset. Jangan terus berharap atau bersikap baik ke dia, seolah-olah masih ada harapan. Kamu harus berpikir bahwa kalian itu memang nggak mungkin bisa bareng!” kata Novi.
Sobat saya itu kemudian menyajikan analisa-analisanya yang agak ngarang (which is Nopi ga kenal si laki, wkwkwk), tapi nyerempet kenyataan. Hehehe.. Tapi intinya ya itu, saya harus menampar diri sendiri bahwa memang dia nggak bakal bisa sama saya.
Dipikir-pikir, betul juga sih. Saya bakal gagal kalau berusaha melupakan dia. Yang penting itu saya harus realistis. Which is mulai sekarang saya wajib berhenti membaikinya terus-menerus! Hehehe
Comments
Post a Comment