Sajaknya

Otakku kembali jatuh ke dalam saku celanamu,
seperti pada suatu malam penuh belati.
Di saat aku sembunyi di bawah karpet hitam nafasku sendiri.
Menutup lubang dengkur,
menghindari terowongan panjang tak berpenghuni.

Seperti ucapmu hendaklah kita menikam bayang sendiri.
Sebab tak ada setia meski itu bayangan tubuhmu.
Mereka tetap mengalah oleh waktu nan bernafsu..

Maka tak salah aku membenci waktu.
Sama seperti membenci kaki langit yang menggagahi matahari.
Begitu benci hingga otakku tanggal dari kepalaku.
Pergi bersama bayangmu yang cedera oleh belatiku..

Dia,
18 Juli 2012

(saya terima dalam perjalanan malam di sebuah metromini)

Comments