Bangku Taman

Sayang, terima kasih untuk hari ini..
Saya bahagia, buat semuanya, dan buat adanya kamu. Dalam waktu yang tersulam halus hingga tak teraba kita yang bersembunyi dalam riuh langkah pongah manusia. Dan saya semakin sadar, waktu bisa jadi ada mempertemukan kita. Namun esok hari, waktu juga bisa melumat segalanya, memaksa saya menerima kamu tak ada.

Terima kasih untuk paginya yang ramah, walau tanpa banyak kata-kata. Senyummu pagi ini adalah setangkup obat penyembuh lara, yang mengendap dalam ingatan bersama secangkir kopi susu hangat. Senyum itu membuat segala yang tak terucap mengada.

Terima kasih untuk siang yang indah, ditemani cericit burung dan sapuan udara pinggir kota. Lewat mereka, kita menumpuk kisah dan belajar bercerita. Mungkin tak banyak yang bisa kita bagi ke kepala lainnya, karena memang cerita ini kekal dalam genggam tangan kita saja.

Terima kasih juga untuk sorenya yang hangat. Di bangku taman itu kita menyambung tawa dan mencela derita. Tinggalkan jejak langkah dan penat kita di sana. Mungkin memang waktu tak izinkan kita memahaminya. Dan memaksa kita untuk menyederhanakan rindu, seperti gerimis yang luruh dalam senja di ujung jalan itu..

Sabtu,
11 Agustus 2012

Comments

  1. jatuh cinta dan patah hati memang stimulan terbaik untuk seorang penulis :p :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jiahahahaha.. Iya bener banget Rince. Blog ane ini contohnya. Galau sejak kapan bs terdeteksi :DDD

      Delete

Post a Comment