Dosa Maharani, Dosa Tubuh Perempuan

forthoseabouttoshop.ca
Nama Maharani mendadak sama populernya dengan bekas Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaq, maupun artis yang baru saja diciduk Badan Narkotika Nasional, Raffi Ahmad. Di tempo.co, berita soal dia bahkan selalu masuk deretan terpopuler.

Ngehitsnya nama Maharani bukan karena dia tokoh publik, tapi karena dia dibekuk terkait tokoh publik. Dibekuknya bukan karena dia melakukan tindak pidana, melainkan karena dia adalah subjek yang kecipratan duit hasil tindak pidana.

Bagi yang belum tahu, Mbak Rani adalah perempuan yang ditangkap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi di Hotel Le Meredien Jakarta. Di hotel itu, si mbak yang berstatus mahasiswa semester 1 universitas swasta, baru saja bercinta dengan Ahmad Fathonah, yang diduga tangan kanan Luthfi Hasan Ishaq.

Mbak Rani semula mendapat Rp 10 juta dari Mas Fathonah sebagai imbalan bercinta. Sayang, duit itu ternyata duit suap. Udah capek-capek bercinta, duitnya mau tak mau dia kembalikan ke KPK pula. Naas. Gupak pulut ora mangan nangkane, kalau orang Jawa bilang.

Kampus pun ikut menghukum dia. Setelah namanya digunjingkan sini-sana, kampusnya buru-buru cuci tangan: Mbak Rani dikeluarkan. Belum cukup rupanya, nama dan foto dia jadi objek hujatan dan candaan di media. Derita sepertinya begitu ingin dekat-dekat dengannya.

Saya enggak bohong, saya adalah satu dari banyak orang yang tertarik pada berita tentangnya. Kelakuan saya sekaligus bukti, seks dan affair adalah topik yang nilai human interestnya tinggi. Yang banyak clickers-nya, kalau kata media massa online.

Yang disayangkan adalah sosok Mbak Rani yang bergulir sebagai bahan guyonan. Banyak teman saya -entah lelaki maupun perempuan- yang BBM minta dikirimi foto Mbak Rani. Mereka juga kebanyakan lebih penasaran pada sosok Mbak Rani, dibanding kasus sapi impor itu sendiri.

Yang terjadi pada Mbak Rani adalah pengejawantahan kekerasan simbolik pada perempuan dalam budaya patriarkat. Helen Cixous dengan oposisi binernya menyebut, perempuan sejak dulu dilabeli karakteristik yang dikotomis dengan lelaki. Jika lelaki adalah kuat, superior, tangguh, dan keras, maka perempuan adalah lemah, inferior, tak berdaya, dan lembut.

Karena dikonstruksikan sebagai makhluk yang lembut, perempuan yang "nakal" tak hanya anomali, tapi juga tak ubahnya melanggar norma. Definisi nakal tentu berbeda bagi tiap orang dan negara. Tapi saya kira kita sepakat, makna nakal di Indonesia nyaris seragam: perempuan nakal adalah mereka yang melacur, minum arak, (bahkan) merokok, berpakaian minim, penggoda, dan tidak menghayati peran sebagai istri/ibu.

Mbak Rani bikin publik penasaran karena dia masuk kategori perempuan nakal versi masyarakat kita. Pernyataan yang kemudian muncul pun selaras dengan konstruksi itu: "Emang seksi dia. Tapi kurang cantik..", "Woh dia ayam kampus..", "Kok si AF mau sih bayar Rp 10 juta untuk cewek yang begitu doang fisiknya?".

Tubuh perempuan pun kukuh menjadi komponen yang mengatribusikan nilai-nilai kultural dalam identitas seseorang. Bahwa tubuh perempuan, pun yang sudah susah-susah didisplinkan, haram hukumnya menjadi "alat tukar". Tubuh itu mesti digunakan “sebagaimana mestinya”, seperti apa yang selama ini disepakati di masyarakat.

Mbak Rani yang tidak menjalankan kesepakatan masyarakat pun akhirnya masuk dalam kerangka mitos perempuan lajang yang jalang: antagonis, sinis, nakal, gatal, dan asosial. Karakteristik negatif itu muncul karena masyarakat yang sinis terhadap perempuan, terhadap tubuhnya, terhadap independensinya. Dan sayangnya, media ikut melestarikan nilai-nilai patriarkis tersebut.

Comments

  1. saya justru bertanya, "benarkah Rani bercinta dengan AF?" toh jika memang iya, benarkah ia sebagai bagian dari gratifikasi seks, atau sekedar teman 'iseng' AF sebagai laki-laki? bukankah AF wanprestasi dengan tidak membayar dia, terlepas dari mana uang yang AF gunakan untuk membayarnya?

    Saya jadi teringat Rani yang lain, yang tersangkut kasus Antasari Azhar.

    ReplyDelete
  2. Nggak bisa digolongkan gratifikasi seks, Pak.. Si AF kan bukan pejabat/penyelenggara negara. Hehe.. Nah soal dibayar/gak, itulah kenapa Mbak Rani kasihan.. Dia udah capek2 bercinta sama laki macam itu, eh gak dapet bayaran :(

    ReplyDelete

Post a Comment