Review Le Quartier: Siput Gurih dan Prancis yang Romantis
Dari Prancis, tak hanya french kiss yang popularitasnya menembus batas negeri, tapi juga kulinernya. Kami menjumpai salah satunya di Le Quartier, Jalan Gunawarman No.34 Jakarta Selatan. Dari depan, tampilan Le Quartier tak terlalu menonjol. Maklum, sebelumnya bangunan ini adalah rumah yang disulap menjadi resto bergaya Eropa klasik. Kesan elegan muncul dari penggunaan warna biru kobalt di sejumlah detail eksteriornya.
Pun saat memasuki restoran yang buka sejak Juli tahun lalu, warna biru kobalt yang adem dan mewah kembali menyapa dari berbagai sudut ruangan. Baik dari salah satu dinding, maupun dari dudukan kursi kayu dan perabot. Dekorasi Le Quartier sendiri sebenarnya sederhana, dan banyak bermain pada penggunaan gelas anggur di meja-meja yang membikin ruangan terlihat seksi.
Le Quartier –yang berarti tetangga dalam Bahasa Prancis- terdiri atas empat bagian ruangan. Yakni ruangan VIP yang bisa memuat 12 orang, courtyard, bar, dan area depan yang disebut by the window. General Manager Le Quartier, Lizara Dona, mengatakan, restoran milik seorang Belgia ini mengusung tema French brasserie. "Konsep kami casual fine dining, jadi lebih santai untuk tempat kumpul-kumpul geng," ujarnya saat ditemui Kamis sore lalu.
Ruangan depan atau area by the window yang menghadap ke Jalan Gunawarman terkesan lebih hangat dan intim dengan pencahayaan redup dan penggunaan perabot kayu berkelas. Adapun keberadaan bar dengan botol-botol anggur yang cantik membuat ruangan bergaya kuno romantis itu lebih hidup.
Sedangkan bagian courtyard di area belakang restoran terlihat modis berkat grafiti coretan Darbotz, seniman jalanan Indonesia yang sudah mendunia. Mural yang menggambarkan seekor monster tengah berupaya lepas dari himpitan gedung pencakar langit itu juga didominasi warna biru kobalt, membuat ruangan jadi terlihat lebih santai. Adapun bagian atap memanfaatkan glassroof yang memberi efek lapang dan terasa seperti berada di luar ruangan.
Sore itu, Dona memilihkan kami Escargots Bourgogne sebagai menu pembuka. Di Prancis, escargot alias siput memang sangat populer sebagai cemilan sebelum makan besar. Bahkan ada kesepakatan tak tertulis, enak atau tidaknya olahan escargot di sebuah restoran, menentukan kelezatan kuliner restoran tersebut.
Escargot Bourgogne di Le Quartier disajikan di atas wajan yang memiliki tujuh cekungan kecil yang mewadahi tiap daging siput mungil. Meski cara penyajiannya tak begitu cantik, tidak demikian dengan rasanya yang sangat juara. Escargot Bourgogne dibalut sejumlah lapisan, seperti bayam rebus, dada bebek asap, dan jamur portobello gendut, yang serbalembut. Yang membuat rasanya menyenangkan, Escargot Bourgogne yang disiram kuah bawang putih dan mentega, sangat empuk dan lumer di mulut. Menu ini wajib Anda coba saat nanti menyambangi Le Quartier.
Tak sampai sepuluh menit, dua menu andalan Le Quartier yang kami pesan datang, yakni Duck Leg Confit Salad dan Angel Hair Aglio Olio. Duck Leg Confit Salad di restoran ini disajikan dengan saus madu dan mustard, kacang polong Prancis, kentang panggang, juga jamur. Pengolahan secara confit adalah salah satu yang khas dari kuliner Prancis. Cara masaknya sendiri lama, yakni daging bebek mesti dikerat terlebih dulu agar rempah yang dibalurkan bisa meresap. Daging yang sudah dilumuri bumbu kemudian disimpan hampir sehari dalam lemari pendingin, baru kemudian dipanggang dengan suhu tertentu.
Hasil pengolahan confit yang rumit sangatlah empuk, sehingga saya tak perlu kerja keras mengiris daging bebek dengan pisau. Rasa bumbunya sendiri sebenarnya tak terlalu terasa. Tidak terlalu asin, dan bumbu bawang putihnya juga tak menonjol. Namun saya mengartikan itu sebagai bagian kebiasaan warga Prancis yang memang tak suka berlebihan menggunakan bumbu. Yang unggul dari menu ini justru saus madunya yang kental dan tidak terlalu manis, pas memgimbangi rasa si daging bebek yang tidak terlalu kuat.
Beda dengan Duck Leg Confit Salad, Angel Hair Aglio Olio justru sarat bumbu. Kenapa dinamakan angel hair alias rambut peri? Sebab menu ini menggunakan pasta yang diameternya lebih tipis dari fettucini. Sensasi rasa alami olahan tomat, basil, bawang putih, bubuk cabai, dan minyak zaitun, berpadu dengan pas, membuat si rambut peri agak berminyak dan bertekstur krim di mulut, namun tidak membuat eneg. Yang membuat tampilan menu ini menggoda, di atas pasta ada tiga buah udang gemuk yang amat gurih dan manis.
Untuk penutup, Red Velvet Crepes dan Cake of The Day dipilihkan Dona untuk kami. Saya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama begitu melihat Red Velvet Crepes. Tampilannya sangat cantik dan menggoda, dengan warna merah merona dipadu dengan es krim vanilla di tepian piring persegi panjang. Rasa red velvet crepes tidak terlalu manis, dan rasa kecut dari buah raspberrynya lumayan mendominasi. Layernya juga tidak terlalu tebal. Namun karena ukuran kue ini sangat besar, lebih baik Anda menikmatinya ramai-ramai dengan kawan segeng.
Le Quartier Citrus Cooler cocok dipilih sebagai minuman pembasuh mulut. Salah satu minuman andalan Le Quartier –selain sederet anggur khas Prancis tentunya- sangat menyegarkan. Ada sensasi lemon, jeruk nipis, mint, berry, dan sentuhan jahe pada air soda yang disajikan dalam gelas besar. Jika tak terlalu suka efek jahe dari Citrus Cooler, pilih saja Iced Pomelo and Lychee yang manis dan segar.
Cake of the Day |
Citrus Cooler |
Ice Pomelo and Lychee |
ISMA SAVITRI
*Sudah dimuat di Koran Tempo Minggu
Comments
Post a Comment