Atur Duit Ala Cewek Wartawan Muda *Haseek (Bagian I)

Judul postingan saya udah gaya belum, tuh? Hehehe.. Ya ya ya, saya memang lagi kesambet untuk bergaya keuangan sehat sejak sepekan lalu. Jadi apakah sebelum ini kondisi keuangan saya sakit-sakitan? Enggak juga, sih. Setidaknya saya merasa sehat-sehat aja.

Tapiii semua berubah ketika pada satu malam nan sepi di sebuah ruangan di bilangan Velbak, Jakarta Selatan (baca: kantor gue, broh), saya didekati oleh seorang pria dewasa. Ettts jangan pikir macam-macam. Si lelaki adalah Mas Kalim, redaktur Seni yang sangat baik hati dan semacam mengingatkan saya pada bapak guru SD saya dulu yang supersabar.

Saya lupa apa awal obrolan kami, tiba-tiba jreng jreeeeng Mas Kalim menanyakan apakah saya sudah punya investasi atau belum. No, Mas Kalim bukan agen asuransi menyamar manajer investasi. Beliau bilang gitu karena melihat saya punya peluang diprospek untuk investasi *lhah sama aja.

Nggak, kok. Mas Kalim itu cuma ngajarin saya, bahwa ada baiknya keuangan kita diatur sedini mungkin. Ibarat gading tak retak, lah. Ya kalik Pit, pengibaratannya itu. Sebagai wartawan dengan gaji -you know lah kira-kira berapa-, menurut Mas Kalim kita harus cari cara untuk kaya. Muahahahahaha..

Nah, Mas Kalim lalu mulai cerita, bahwa dia sudah mengenal investasi reksa dana sejak lama. Selanjutnya bisa ditebak, saya tergiur pada bayangan betapa investasi ini menguntungkan jika dijadikan "tabungan" (inget ya, pakai tanda kutip) untuk masa depan. Tak hanya itu, saya juga menilai sebagai instrumen investasi, reksa dana bersahabat dengan saya yang wartawan. Karena saya enggak mesti punya duit banyak untuk mulai berinvestasi.

Mas Kalim selanjutnya menjelaskan soal jenis-jenis reksa dana, yakni pendapatan tetap, pasar uang, campuran, dan saham. Juga faktor-faktor risikonya dan berapa persen gain yang bisa saya dapat di tahun kesekian saya berinvestasi. Tak ketinggalan, Mas Kalim juga menjelaskan di mana saya bisa membeli reksa dana, entah lewat manajer investasi maupun membeli langsung dengan sistem setor online.

(btw omongan gue udah kelihatan kece, belum? Hihi)

Singkat cerita, saya seperti tertampar. Ibaratnya kayak habis ikut pesantren kilat, bro. Saya langsung sadar betapa selama ini saya kurang cepat memutuskan berinvestasi. Tapi ya udahlah, saya masih 27 tahun, belum telat-telat amat sepertinya untuk mulai merapikan keuangan.

Apalagi nanti saya bakal jadi menteri keuangan di keluarga (subhanallah Pit..), tentunya soal ini saya harus melek sejak awal.

Lalu apa yang saya lakukan pertama kali? Banyak, dong. Saya lalu membaca artikel-artikel soal investasi, baik di forum internet maupun di blog para perencana keuangan. Saya juga beli bukunya Mbak Farah Dini Novita yang asyik banget bahasa dan cara penyampaiannya. Kemarin lusa saya juga membuka rekening lagi di CIMB Niaga sebagai awal upaya merapikan keuangan.

Detailnya, saya tulis di postingan selanjutnya yaa..

*kiss kiss*

Comments