Wartawan dan Arsitek
Saat masih kecil, saya ingin jadi arsitek.
Saya ingin bikin bangunan yang bagus untuk banyak orang.
Saya ingin bikin rumah yang nyaman dengan taman-taman di dalam, biar anak bisa tetap bermain kendati malam.
Ingat sekali betapa banyaknya sketsa desain rumah yang saya bikin ketika kelas 3 SD.
Juga betapa saya bahagia punya mainan bernama The Sims di komputer.
Juga bagaimana hasil tes IQ dan bakat saat SMA menyatakan saya cocok menjadi arsitek, dan wartawan.
Ya, dua pekerjaan itu. Tapi akhirnya saya kini menjadi wartawan.
Lebih spesifik lagi, menggarap halaman arsitektur.
Ya begitulah Tuhan begitu baik memenuhi mimpi saya yang enggak kesampaian.
Walau kadang sedih, saat ada arsitek bertanya, "Kok kamu dulu enggak jadi arsitek saja?"
Cuma Tuhan yang tau jawabannya.
Saya ingin bikin bangunan yang bagus untuk banyak orang.
Saya ingin bikin rumah yang nyaman dengan taman-taman di dalam, biar anak bisa tetap bermain kendati malam.
Ingat sekali betapa banyaknya sketsa desain rumah yang saya bikin ketika kelas 3 SD.
Juga betapa saya bahagia punya mainan bernama The Sims di komputer.
Juga bagaimana hasil tes IQ dan bakat saat SMA menyatakan saya cocok menjadi arsitek, dan wartawan.
Ya, dua pekerjaan itu. Tapi akhirnya saya kini menjadi wartawan.
Lebih spesifik lagi, menggarap halaman arsitektur.
Ya begitulah Tuhan begitu baik memenuhi mimpi saya yang enggak kesampaian.
Walau kadang sedih, saat ada arsitek bertanya, "Kok kamu dulu enggak jadi arsitek saja?"
Cuma Tuhan yang tau jawabannya.
Lha kuwiii..
ReplyDeleteSebagai anak yg keterima di jurusan Arsitektur lalu sekarang kerja di media, di situ kadang saya merasa sedih.
Kamuuuuh.. Tapi bahagia kan sekarang? Hakhakhak
Deleteaku seh tidak punya cita-cita pas kecil; bisa sekolah saja untung.
ReplyDeleteCita-citamu adalah jadi temanku. Eaaa hahahahaha
Delete