Kisah Sepatu, Rezeki, dan Keikhlasan

Kayaknya banyak orang sudah pernah ngalamin ini: mengincar sebuah barang setengah mati, menunda membelinya, lalu menyesal enggak karuan? Atau semacam naksir seorang cowok, tapi kamu malah jadian dengan cowok lain, lalu belakangan kamu baru tau cowok yang sejatinya kamu taksir ternyata juga naksir kamu?

Saya dan si bojo mengalaminya.

Kemarin saya mengajaknya ke Lotte Avenue untuk membeli kado. Memang ultahnya masih 19 April nanti, tapi mending beli sekarang deh, daripada anggarannya saya pakai buat foya-foya. Hakhakhak..

Kenapa Lotte? Karena sekitar dua pekan lalu, saya melihat sepatu slip-on inceran si bojo, ada di Sport Warehouse di Lotte. Ketika itu saya belum membeli sepatunya karena males nenteng kresek gede pas jalan sama ciwi-ciwi cayang.

Sepatu itu sendiri sudah diincar si bojo sejak akhir Februari lalu. Waktu itu kami melihatnya di Sport Station Blok M Plaza. Kami enggak membelinya langsung karena lagi banyak pengeluaran. Sampai akhirnya akhir bulan lalu kami samperin di Blok M Plaza, sepatu itu sudah tak ada. Hiks hiks

Sepatu yang sama juga dijual di Djakarta Theatre, tapi enggak dibeli si bojo karena di situ enggak diskon. Mehonk, cyiiiin..

Ya sudah, begitu tau ada sepatu incarannya ada di Sport Warehouse Lotte Avenue, saya pun mengajak bojo Selasa sore lalu ke sana. Dan ternyata sodara-sodara..... Sepatu slip-on itu sudah tak ado. Kyaaaaa... Rasanya gemes-gemes benci gitu. Gila lo, udah jauh-jauh gue dari luar kota (baca: Ciledug) ke sono, masa sepatunya juga udah habis siiiiih...

Si bojo yang kecewa abis, mulai galau. Gimana enggak, saya maksa kado buatnya harus dibeli malam itu juga. Titik. Jadilah dia memilih sepatu di sepanjang lorong Lotte lantai 2 dan Sport Warehouse, tapi tak ada satu pun yang membuatnya mantep.

Sampai akhirnya pencarian itu mengerucut pada kalimat: "Terserah kamu, deh....."

Tapi jangan artikan "Terserah kamu, deh"-nya Tri Suharman itu kepasrahan total ala cowok kebanyakan. NO. Dia tetap saja bawel a-i-u-e-o pas saya pilihin sepatu. Sampai akhirnya saya lelah dan memilih pura-pura-pura enggak dengar tiap dia tanya "Ini bagus, enggak?" (Come on, kamu itu udah nunjukin 3 pasang sepatu yang sama dalam 5 menit! *mulai mewek*)

dia akhirnya beli ini #abaikanlenganjumpernya
Maka korban si bojo berikutnya adalah dua mas-mas penjaga counter sepatu. Kedua mas itu disuruh bojo saya buat bantu milihin sepatu. Giling, kok peran gue jadi digantiin lekong sik?

Dan dia percaya pendapat kedua mas itu. Okay fine.

Sepatu itu akhirnya saya bayar di kasir.

Tapi ternyata kegalauannya belum berakhir. Penyebabnya adalah saat kami balik ke Sport Warehouse untuk beli kaos kaki, si bojo melihat sepatu slip-on incerannya itu di.......KASIR. Bisa ditebak, dia pun kena panic attack. Ahahahaha sumpaaah antara kasihan tapi geli-geli gimana gitu lihat mukanya.

Ternyata, sepatu itu baru akan dipajang oleh si pegawai Sport Warehouse. OMG.. Hahahahahahaha..

daaaaan sepatu itu nangkring di kasir
Saya pun iseng bertanya. "Kamu mau dibeliin itu juga?"

Dia hanya tertawa hambar. "Enggak, lah.." Fiuhhh untung lah. Udah enggak ada duit juga sih gue, jo. "Tapi kok bisa, ya... Aneh gitu.. Kita carinya mati-matian, tapi enggak rezekinya.."

Saya enggak tahu harus gimana buat menghiburnya, haha.. Sepanjang jalan ke parkiran saya cuma bisa bilang bahwa ya mungkin itulah cara kerja jodoh dan rezeki. Kadang kita begitu menginginkan sesuatu, setengah mati mengejar atau memburunya, tapi tetap saja, kita tak bisa mendapatkannya. Mungkin memang sesuatu itu bukan jatah kita, buruk buat kita, atau bukan untuk kita.

Entahlah. Atau mungkin kita memang diberi jatah yang lebih sesuai dengan kebutuhan kita. Dia Mahapengatur segalanya, bukan? Yang bisa kita lakukan apa sih selain mencoba ikhlas dan tidak menyalahkan diri sendiri?

Salam slip-on!

Comments

Popular Posts