Sajian Masa Silam nan Megah di Angkor Wat, Part 2
... Sambungan dari tulisan sebelumnya, Sajian Masa Silam nan Megah di Angkor Wat, Part 1
Angkor Thom ternyata semacam komplek tersendiri. Dahulunya, pada tahun 1181 hingga 1215, Angkor Thom adalah pusat peradaban. Saat itu pemerintahan dipimpin Jayavarman VII. Melihat arsitekturnya, saya jadi membayangkan bagaimana dulu batu-batu sungai diangkut dengan rakit ke tempat ini.
Di dalam komplek Angkor Thom terdapat Candi Bayon yang terkenal. Pada masanya, Bayon adalah tempat para seniman Khmer menuangkan kehidupan masyarakat setempat dalam mural berukiran. Di salah satu sisi candi ada mural yang mengisahkan prajurit Khmer tengah melawan pasukan Siam di Tonle Sap, danau terluas di Asia Tenggara.
Bayon in Angkor Thom |
Rampung meninggalkan jejak di Angkor Thom, perjalanan dilanjutkan ke Banteay Koei, kemudian ke Ta Phrom. Komplek ini sangat tersohor setelah digunakan untuk syuting Tomb Raider yang dibintangi Angelina Jolie. Dari sejumlah candi di sana, Ta Phrom dengan mudah menjadi favorit saya. Arsitekturnya cantik!
Ta Phrom yang dulunya digunakan sebagai pusat pendidikan, adalah candi yang unik dan menarik. Banyak pohon rindang dan tua tumbuh di atas candi, dan akar-akarnya mengular hingga ke bagian bawah bangunan. Sungguh indah. Tak heran jika di sejumlah titik area candi ini, banyak turis antre berfoto. Saya juga nggak mau ketinggalan, dong..
Ta Phrom 1 |
Ta Phrom 2 |
Seniman korban ranjau darat di salah satu candi kecil di komplek Angkor Wat |
Setelah puas narsis di Ta Phrom, tuktuk melaju ke Angkor Wat, candi utama. Jam menunjukkan pukul 14.30 waktu setempat. Sungguh terik, hingga saya setengah mati menguatkan diri untuk berjalan kaki sejauh setengah kilometer dari gerbang hingga ke pintu masuk Angkor Wat.
Angkor Wat dikelilingi semacam danau atau kanal yang berfungsi sebagai irigasi dan pertahanan pada zaman itu. Jika hobi fotografi, kita bisa mengambil foto pantulan bayangan Angkor Wat di danau itu, serupa gambar-gambar yang ada di sejumlah kartu pos. Tapi saking panasnya siang itu, saya sampai urung untuk turun ke dekat danau.
Saya dan kedua teman saya akhirnya memutuskan menikmati interior Angkor Wat saja. Di bagian tengah komplek ini terdapat patung Dewa Wisnu yang dibuat pada awal pembangunan candi. Kemudian di lorong kanan-kiri bagian depan candi, terdapat mural yang mengisahkan kehidupan raja, masyarakat Khmer, dan kisah Ramayana.
Sekitar pukul 16.00, kami kelar mengelilingi Angkor Wat. Kami kemudian meminta Pak Sapron diantarkan ke tempat yang sekiranya bagus digunakan untuk menikmati matahari terbenam. Pak Sapron kemudian mengantarkan kami ke Phnom Bakheng, yang mesti ditempuh sekitar lima belas menit perjalanan.
Taman superluas di depan Angkor Wat |
Lorong dan jalan masuk ke Angkor Wat yang panjang |
Butuh niat kuat menyambangi Phnom Bakheng. Candi ini terletak di pucuk bukit, dan memaksa kaki kami yang sudah letih untuk terus berjalan menanjak bersama turis lainnya. Setelah jalan kaki sekitar 25 menit, sampai juga kami di Phnom Bakheng. Bulir keringat dan lelah terbayar dengan pemandangan cantik Angkor Wat dari atas bukit.
Sayang sekali, karena sedang mendung, kami tidak mendapatkan sunset. Sekitar pukul 17.00, kami pun memutuskan turun bukit dan meninggalkan kota kuil nan megah ini. Sungguh pengalaman tak terlupakan. Peninggalan peradaban masa silam ini telah berhasil memancing kekaguman saya, dan membuat saya terus tersenyum sepanjang hari itu.
Phnom Bakheng |
pertamaxxx ;p
ReplyDelete