Sajian Masa Silam nan Megah di Angkor Wat, Part 1

Perjalanan menuju Candi Angkor Wat, Siem Reap, Kamboja, menjadi saat yang mendebarkan bagi saya. Sebelumnya saya sudah mendapat cerita tentang kemasyhurannya dari bapak, situs backpacker, dan sejumlah referensi. Saking terpukaunya, bapak sampai tak henti-hentinya berkisah soal Angkor Wat setelah mengunjunginya beberapa tahun lalu.

Perjalanan dimulai Jumat, 14 September 2012 pagi. Saya dan dua sahabat saya, Dian dan Novi, semula berencana berangkat ke Angkor Wat pukul 05.00. Namun karena kelelahan setelah menempuh perjalanan dari Phnom Penh, kami akhirnya berangkat pukul 08.30. Kami dijemput Mr.Sapron, sopir tuktuk yang baik dan ramah, di Bou Savy Guest House.


Bagi yang akan ke Siem Reap, saya merekomendasikan Pak Sapron. Pria 40 tahunan itu tahu sejarah Angkor Wat, sehingga kita tak perlu membayar jasa tour guide selama di sana. Kami bertiga membayar USD 21 untuknya, meski dia semula hanya meminta USD 15. Kalau tertarik, email dia saja ke sapron@yahoo.com ya. Bahasa Inggrisnya lumayan kok :)

Setelah menempuh perjalanan sekitar 15 menit dengan tuktuk, kami sampai juga di pintu masuk Angkor Wat. Membayar USD 20 untuk tur sehari, saya mendapat selembar tiket berwarna pink yang memajang foto saya. Mbak penjual tiket sejak awal sudah mewanti-wanti kalau tiket itu sifatnya personal dan akan diperiksa di setiap pintu masuk candi-candi besar.


Di Tuktuk Mr.Sopran yang sofanya warna pink :)
Makanan khas Khmer di dalam Angkor Wat. Mahal banget tapi enak

Berwisata ke Angkor Wat adalah impian saya sejak lama. Karena itu saya tak hentinya berdecak kagum saat tuktuk Pak Sapron mulai menjelajah masuk komplek candi. Bagaimana saya nggak bengong, kalau jalan masuk candi sangatlah indah. Kita disuguhi danau cantik yang bersih, dan memantulkan bayangan pohon-pohon rindang yang tumbuh di tepiannya.



Angkor Wat, atau kota candi dalam Bahasa Indonesia, dibangun Raja Suryavarman II pada pertengahan abad ke-12. Konon, waktu pembangunannya memakan waktu lebih dari tiga dekade. Candi ini semula dibuat untuk beribadah umat Hindu, namun pada abad 15 menjadi candi Buddha karena ada perubahan kepercayaan di kerajaan tersebut.

Imajinasi saya pun berlayar ke masa lalu, saat area ini menjadi pusat dari pemerintahan, pendidikan, dan jantung kota masyarakat Khmer. Betapa menakjubkannya. Saya juga membayangkan bagaimana pada masa itu penduduk setempat membuat bangunan demi bangunan candi, dan membuat sistem irigasi canggih di kanan kiri jembatan Angkor.

Namanya juga kota candi, tak cuma ada satu wat di sini. Banyak yang bilang, mengunjungi Angkor Wat tak cukup cuma tiga hari. Jadi karena saya hanya punya waktu sehari, Pak Sapron pun merekomendasikan empat candi utama saja untuk dikunjungi. Keempatnya adalah Angkor Thom, Banteay Koei, Ta Phrom, dan Angkor Wat.

Sepakat dengan tawaran itu, tuktuk Pak Sapron pun mulai melaju ke Angkor Thom. Perjalanan dari pintu masuk ke Angkor Thom hanya sekitar sepuluh menit. Pak Sapron bilang, dia akan menurunkan kami di depan gerbang, agar kami bisa menikmati tiap lekukan arca-arca dengan berjalan. Kami setuju, dan mulai mengeluarkan kamera masing-masing.

Di depan Angkor Thom. Sesi foto pertama hehehe
Candi Bayon di Angkor Thom
Yang ini sesi foto menjijikkan di lorong kanan Angkor Wat
Baca lanjutannya di Sajian Masa Silam nan Megah di Angkor Wat, Part 2

Comments

Popular Posts