Museum Nasional, Menarik tapi Kurang Cantik
Kemarin, 4 Juni 2011, saya main ke Museum Nasional (atau juga dikenal sebagai Museum Gajah) dengan Febro, Anton, dan Aning. Kenapa pilih museum ini dari puluhan museum lain? Alasannya selain karena ada di tengah kota, juga karena museum ini “judulnya” NASIONAL, which is dalam bayangan saya, punya bejibun koleksi yang “Indonesia banget”. Ternyata?
Hmm.. gimana ya ngomongnya? Jadi nggak enak sendiri saya, hehe.. Yah sebenernya museum ini niatnya lumayan, lah. Ingin mengenalkan budaya Indonesia pada pengunjung, entah yang WNI ataupun WNA. Niat itu tampak, selain dari penamaan museum, juga dari jenis artefak dan benda yang dikoleksi Museum Gajah.
Oh ya, sebelum lupa. Museum yang dibangun pemerintah Belanda pada 1862 ini dinamai Museum Gajah karena punya ikon berupa patung gajah yang diletakkan di taman depan museum. Patung gajah itu pemberian Raja Siam a.k.a Thailand bernama Chulalongkorn saat berkunjung ke Indonesia 1871 lalu.
Kembali ke laptop, kesan pertama saya pada museum ini nggak terlalu bagus. Maaf yah.. Tapi memang begitu yang saya rasakan. Koleksi-koleksi Museum Gajah sebenarnya lumayan. Museum ini selain punya beragam arca batu, dan artefak peninggalan zaman kerajaan Nusantara, juga punya sejumlah miniatur rumah adat daerah.
Cercaan saya dalam hati terhadap Museum Gajah agak berkurang saat saya masuk ke bagian lain museum, yakni ke ruangan yang menyimpan koleksi-koleksi emas dari zaman kerajaan. Nah di sini nih baru interiornya lumayan oke! Bersih, cahayanya pas, rapi, dan pastinya enak dilihat.
Oya, pas saya ke sana kemarin, kebetulan sedang banyak turis mancanegara yang datang berkunjung. Mereka ganteng-ganteng dan seksi.. hihi.. eh maksud saya, mereka tampak tak terlalu excited dengan koleksi museum ini. Yah jangan salahkan mereka juga, karena memang Museum Gajah nggak begitu bagus pengemasannya.
Febro dan keluarga barunya :) |
Tempocanthropus Erectus |
Salam :)
Comments
Post a Comment