Friendship: Kisah Cinta Tak Sampai

Mituna (Apinya Sakuljaroen) adalah gadis yang sangat pendiam. Bahkan di kelas 3 di SMA-nya yang baru, ia tak banyak bicara. Nggak ada yang tahu kenapa dia menutup diri. Bahkan dua cewek satu geng-nya pun, Kanda dan Jazz, nggak tahu kenapa Mituna begitu tertutup.

Adalah Singha (Mario Maurer) yang akhirnya mencari tahu siapa Mituna sebenarnya. Singha ini sejak awal tampak tertarik pada Mituna yang manis dan misterius. Tapi dasar cowok ababil, Singha dan empat cowok se-gengnya pun cuma bisa meledek Mituna terus-terusan, dengan mengatakan Mituna anak jenderal yang bisu. Hedeeeh..

Sampai akhirnya, Singha tahu keadaan keluarga Mituna yang menyedihkan. Ia dan teman-temannya pun mulai berhenti meledek Mituna. Bahkan, gengnya Mituna dan gengnya Singha jadi kompak dan sahabatan. Di situlah Singha mulai makin dekat secara personal dengan Mituna.

Sayang mereka nggak sampai pacaran. Saat akhir tahun ajaran, mereka justru pisah karena Mituna pindah ke desa, dan ayah Singha yang polisi dipindahtugaskan ke luar kota. Singha dan Mituna pun akhirnya kehilangan jejak satu sama lain.

Film ini alurnya mundur, karena mengambil adegan awal tahun sekarang, saat Singha dkk, Kanda, dan Jazz, sudah dewasa. Reuni yang digelar membuat Singha kembali berharap akan bertemu Mituna, untuk mencari jawaban yang belum sempat ia dapat saat SMA dulu. Sayang, yang ditunggu-tunggu nggak juga datang.

Apakah Singha akhirnya bertemu Mituna? Kenapa dulu Mituna pindah ke desa tanpa pamit pada Singha? Kenapa Mituna tak datang ke reuni SMA? Dan seperti apa dia sekarang? Apakah mereka akhirnya bersama?

Jawaban pertanyaan-pertanyaan itu dijejalkan sutradara di sepuluh menit terakhir film. Hmmm.. Saya sebenarnya berharap ending yang lebih "sopan" dari yang disuguhkan sang sutradara. Tapi ya sudahlah, mungkin sutradaranya punya alasan yang jauh lebih baik karena membuat ending yang sedemikian rupa :'( Ups, sorry to give you too much spoilers, hehe

Film ini Thailand banget deh menurut saya. Baik dari alur ceritanya, humornya, maupun pengambilan adegannya. Sayang sekali endingnya menyesakkan dada. Ya sudahlah, sepertinya next movie yang harus saya tonton adalah film komedi. Supaya bisa mengembalikan mood :)

Comments

Popular Posts