Backpacking Day 1: Aaaah! Waria Bangla Road Lebih Seksi Dibanding Saya!

Bangla Road, Patong

Alhamdulillah.. Kami bertiga akhirnya sampai di Phuket, 30 September 2011. Penerbangan AirAsia sangat tepat waktu. Kami sampai di Phuket International Airport pukul 18.50, dan menginjakkan kaki di pulau bagian selatan Thailand itu pukul 19.00. Bandara Phuket tidak sebesar Bandara Soekarno Hatta atau pun Bandara Hasanuddin Makassar. Luasnya mungkin sama dengan Bandara Sentani, Papua, tapi bandara ini sangat bersih dan rapi.

Kelar mengurus paspor di Imigrasi, saya, Novi, dan Wita, sempat foto alay sebentar. Tetep, lah ya. Maklum turis norak, hihihi.. Di lobi kami disambut dua orang petugas yang menawarkan taksi dan hotel untuk malam itu. Sempat terpengaruh, kami mengikutinya ke Bagian Informasi. Tapi setelah dengar penjelasan si abang yang superduper nggak jelas (si abang kayaknya ngomong "¥?£¤€&%*@"), kami meninggalkan dia.

Kami akhirnya memutuskan untuk cari kendaraan sendiri ke Patong. Ternyata nggak susah, kok. Di luar bandara, ada sejumlah minivan dengan tujuan Patong dan Bangla. Setelah tahu harganya 150 baht (Rp 45 ribu), dan cocok dengan informasi yang didapat di internet, kami akhirnya naik ke minivan.

Di jalan, kami norak gitu melihat kanan-kiri. Terutama saat mengomentari tulisan rumput Thailand yang mirip aksara Jawa. Hehehe.. Kadang geli juga lihatnya. Soalnya ada yang hurufnya begini (contoh): ¥, tapi di tempat lain huruf ¥ itu diberi simbol payung di atasnya. Idih, nggak ngerti deh si payung itu apa gunanya. Wkwkwk

Si sopir minivan yang menurut Novi mukanya kayak Once itu kemudian memberhentikan kami di sebuah travel agent. Kami bertiga awalnya tak tertarik menyusul turis lain turun dan masuk ke dalam. Tapi karena penasaran, kami akhirnya ikut turun juga. Ternyata travel agent itu menyediakan jasa wisata ke Phi-Phi Islands, including Maya Bay, tempat syutingnya The Beach.

Saat saya masuk ke dalamnya, sudah ada sepasang turis China yang sedang bernegosiasi dengan pihak agen. Saya pun bertanya ke si turis China, berapa harga yang dikasih si agen. Ternyata 1500 baht/orang. Wah mahal! Nggak cocok lah dengan low budget traveler seperti kami. Saya akhirnya tanya ke Hayati, pihak agen, berapa harga termurah yang bisa kami dapat. Dia menawarkan 1300 baht/orang, tapi naik big boat, bukan jetski.

Di sinilah "bahasa kalbu" alias kalkulator berbicara. Karena english-nya Thai sangat susah dimengerti, saya dan si turis China mencoba melakukan penawaran dengan kalkulator. Saya bolak-balik mengetik angka penawaran harga tur di kalkulator, demi bisa dapat harga murah. Tapi bolak-balik pula Hayati menolak. Ihiks

Deal akhirnya terjadi saat saya mengetik 1000 di kalkulator Hayati yang superbesar itu. "Oke, jadi berangkat tanggal berapa?" kata dia akhirnya. Hihihi.. Alhamdulillah, kami dapat harga tur Phi Phi Island yang nggak mahal. 1000 baht itu kalau dihitung sekitar Rp 300 ribu, lah. Itu sudah termasuk fasilitas dijemput di hotel dan diantar ke dermaga, sarapan, big boat, keliling ke sejumlah pulau di area Phi Phi Islands, alat snorkeling dll, dan lunch.

Tanpa saya tanya, Hayati tiba-tiba bilang. "I am moslem too, same as you. So I give you the cheapest price. I will not give them the same price," kata dia, yang semula mengira saya dari Malaysia. Berikutnya, nggak hanya Hayati yang mengira saya Malaysian. Banyak orang di Phuket dan Bangkok mengira saya dari negeri itu. Apa karena saya mirip Siti Nurhaliza, ya? Hehe..

Di tempat Hayati pula kami memesan sebuah kamar di guest house. Karena rombongan sudah kelar mengurus akomodasi, kami pun akhirnya nggak sempat merayu Hayati lebih lama. Kamar seharga 900 baht (Rp 90 ribu per orang) di Alex Place pun kami dapat. Mahal sekali menurut saya. Tapi ya udahlah, untuk malam pertama nggak apa-apa. Besok nyari lagi yang murah.

Kata Hayati, "I know you're looking for the cheapest price. I give you this one because this is the best room in that price. And I know you need a clean room to pray." hehehe.. Berikutnya jangan percaya ya, trik "sesama Moslem" seperti ini. Trust me, it really works to make us easily being cheated!

Ternyata Hayati benar. Kamarnya Pak Alex sangat oke untuk harga 900 baht. Kasurnya empuk bersih banget, ada AC, kamar mandi dalam dengan pemanas, kulkas, teve, dengan ruangan yang luasnya tiga kali lipat kamar saya. Hehehe..

Setelah shalat maghrib-isya dijamak qasar, kami jalan keluar hotel menuju Bangla Road, yang kata Hayati hanya berjarak 7 menit dari Alex House. Errrr.. Lain kali ke Phuket, kayaknya saya harus hati-hati dengan kode "7 menit". Karena ternyata jarak hotel dengan Bangla Road lumayan jauh. Hahahaha.. Kayak jalan kaki Blok M-Semanggi, kali ya.. Kebayang kan, kaki kerja kerasnya seperti apa?

Di jalan, saya senyum-senyum terus, setiap dengar penduduk setempat ngobrol. Ya ampun, biasanya saya dengar bahasa Thai hanya dari film! Dan sekarang saya dengar sendiri orang di kanan-kiri saya ngomong bahasa sengau "sawadee ka"? Hihihi.. Jadi inget Mario Maurer :p

Bule tua dan lady boy, hihihi
Well, Bangla Road memang surga dunia! Banyak bule berseliweran (ya iyalaaaah..) di sana. Mulai yang ganteeeeng banget, sampai yang tuaaaaaa banget. Dari yang badannya baguuuus banget, sampe yang genduuuuut banget. Ada semua deh di sana. Mereka rata-rata jalan sama pacarnya, ataupun dengan kelompoknya yang seumuran.

Di Bangla, saya, Wita, dan Novi mendapat suguhan tari erotis dari jalan, karena memang pubnya terbuka. Ouwww.. Buset deh ya, di Bangla itu penari erotisnya kagak jelas cowok apa cewek, hahaha.. Lucu deh para lady boy itu. Seksi sekali mereka. Iya sih, saya juga seksi. Tapi mereka lebih erotis, hihi.. Jogetnya parah banget lah erotisnya. Btw, sepanjang Bangla cuma saya cewe yang pakai jilbab. Pantesan beberapa orang melirik saya aneh ^_^


Sawer, Mang...!!
Yang ini cewek beneran..
Nampang dulu lah ya..

Kelar bengong melihat para lady boy seksi berseliweran, kami memutuskan cari makan sebelum balik ke hotel. Pilihan jatuh pada sebuah warung pinggir jalan, dengan pertimbangan harganya nggak mahal. Saya pesan noodle soup with chicken dan aqua (harganya total 70 baht atau Rp 21 ribu), sedangkan Wita dan Novi pesan noodle soup with pork.

Makanannya nggak enak, menurut lidah saya. Asin nggak jelas gitu. Hehe.. Udah gitu mahal. Akhirnya saya minta Wita dan Novi menemani saya mampir di 7-11. Di sana saya beli aqua, roti buat sarapan, Lays, dan majalah Thailand, yang totalnya seharga 76 bath atau Rp 23 ribu.

Mie ayamnya aneh rasanya. Kecut :(
Serba murah di 7-11 Thailand!

Dini hari, dengan sisa tenaga yang ada, kami pun menyeret langkah kembali ke penginapan. Sampai di hotel saya nggak butuh waktu lama untuk bisa terlelap. Saking capeknya kali, ya. Hehehe.. Oke, sekian cerita perjalanan untuk hari pertama. Sampai ketemu besok di Phi Phi Islands :)


Pengeluaran hari ke-1 (dalam rupiah):
1. Airport Tax: Rp 150 ribu
2. Minivan: Rp 45 ribu
3. Hotel: Rp 90 ribu
4. Tur Phi Phi Islands: Rp 300 ribu
5. Makan malam: Rp 21 ribu
6. Belanja di 7-11: Rp 23 ribu

Total untuk hari pertama:  Rp 629 ribu.

Comments

Popular Posts