Backpacking Day 2: Snorkeling in Crystal Green Water in Phi Phi Islands

Maya Bay, Phi Phi Islands
Ini adalah hari yang kami tunggu-tunggu sejak beli tiket April lalu. Tur ke Phi Phi Islands! Yippie! Dari keseluruhan objek wisata yang rencananya akan kami kunjungi, tur ke Phi Phi adalah bagian yang paling mendebarkan. Alasannya, tentu karena keindahan tempat ini sudah terkenal di seantero jagat :)

Tadi pagi saya sempat sangat malas bangun pagi. Badan saya yang masih capek rasanya minta diselimutin terus, hehe.. Alhasil, alarm yang bunyi sekitar pukul 5 pagi pun secara reflek saya matikan. Sempat sih, dengar suara Novi membangunkan saya. "Vitriiiih.. Vitriiih.. Ih alarmnya nyala nggak dimatiin.. Vitriih.." kata Novi dengan suara khasnya yang ala putri Solo itu.

Uuuuh.. Dengar si Novi manggil pakai nada alay kayak gitu, saya malah semakin pengin lanjut bobok. Sampai akhirnya alarm saya yang kedua, menyalak pukul 17.25. Dengan berat hati, saya pun melepas selimut dan beringsut ke kamar mandi untuk ambil air wudlu. Bismillah!

Kami bertiga check out tepat pukul 07.00, sesuai jadwal agen menjemput. Eh ternyata si agen yang telat. Minivan baru datang ke Alex Place jam 07.30 :p Minivan yang kami tumpangi berisikan 11 orang termasuk Pak Sopir. Saya duduk di bangku tengah bersama Wita, sedangkan Novi duduk di belakang. Adapun yang duduk di sebelah kiri saya nggak jelas, perempuan atau waria. Tampang sih lebih cantik dari saya. Tapi suaranya? Kayak Tora Sudiro, euy! Hehe

Si Wita sempat ngomongin kebancian cowok itu keras-keras. "Udah nggak apa-apa ngomongin dia keras-keras. Paling dia nggak ngerti kan?" ujarnya. Eh nggak lama, "cewek" di sebelah saya mengajak ngomong kami gitu pakai Bahasa Melayu! Oh God, ternyata dia Malaysian! Hahaha.. Nggak tahu deh, dia mengerti yang saya dan Wita gosipkan atau nggak. Maaf ya Mas, ya..

Buat pelajaran saja. Meski di negeri orang dan memakai Bahasa Indonesia, sebaiknya jangan gosip sembarangan. Saat di Bandara Than Son Naht, saya dan Novi dengan dudulnya bergosip soal cowok manis yang membantu saya menggunakan komputer bandara. “Tanya gih Vit, dia dari mana dan mau ke mana. Dia tipe kamu, kan?” ujar Novi. Saya awalnya nggak menduga dia dari Indo, karena sejak awal kami ngomongnya in English. Eh ternyata doi orang Indo. Ihiks :’(

Kembali ke laptop! Sekitar 30 menit perjalanan, van kami sampai juga di dermaga. Di sana kami sudah dinanti big boat yang berpenumpang ratusan turis dari berbagai negara. Big boat ini mirip dengan kapal cepat Kartini 1 yang biasa digunakan untuk perjalanan ke Karimunjawa dari Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Bedanya, kapal ini lebih bersih.

Masya Allah, di dalam boat itu saya mual-mual terus.. Emang dasar saya nggak kuat menempuh perjalanan laut. Saya sampai keluar keringat dingin di dalam boat ber-AC itu. Walau begitu, tetap dong, sesi foto harus berlangsung! Hihi.. Setelah mabok laut, saya, Novi, dan Wita, pun memutuskan nongkrong di bagian moncong depan big boat, biar bisa puas memandang hamparan laut yang mahaindah, dan leluasa foto-foto. Sekalian ngeceng. Hohoho ^o^

Setelah perjalanan sekitar 2 jam, big boat sampai juga di Maya Bay. Subhanallah.. Keren banget tempat ini! Tahu deh saya sekarang, kenapa Maya Bay dipuji-puji orang sedunia. Karena memang tebing-tebing tingginya itu sangat gagah dan misterius.. Airnya yang berwarna hijau turqoise tampak bening selaksa kristal, bersih, dan menyejukkan mata. Saya sampai bengong saking terpesonanya..
Sayang nggak mendarat ke sana. Sedang pasang :(
Saya cinta warna birunya itu..
Kacamata gelap is a must! Panas sekali di sana
Novi sok ga ngelihatin kamera, hehehe

Setelah berjalan melambat saat melewati Maya Bay, big boat melanjutkan perjalanan hingga Phi Phi Don, pulau terbesar di area Phi Phi Islands. Di sini big boat mendarat di dermaga dan memberi kesempatan bagi kami yang ingin menjajal snorkeling.

Mmm.. Jujur saja saya awalnya takut banget snorkeling. Tahu sendiri kan, saya nggak bisa berenang. Hehe.. Berkebalikan dengan Novi yang saking jagonya berenang sampai jadi mentornya sejumlah teman di KPK. Tapi atas dorongan nafsu, eh penasaran, saya akhirnya memutuskan mencoba.

Wita yang sama nggak bisa berenangnya dengan saya, memutuskan untuk turun ke air. "Sayang Vit, kamu udah bayar buat snorkeling, udah jauh-jauh ke sini, tapi nggak nyobain!" kata dia. Saya pikir-pikir, iya juga, sih. Ya udah deh saya turun. Toh saya emang harus ngalahin rasa takut saya. Halah.

So, saya pun mulai memakai life jacket, alat bantu pernafasan, dan kaki katak. Untuk bisa meminjam kaki katak, kami harus membayar 80 baht atau sekitar Rp 24 ribu. Eh ternyata si kaki katak nggak saya pakai pas di dalam air. Yah.. Sayang juga duitnya T_T

Kalau ditanya gimana rasanya nyemplung, saya bilang seruuuuuuu...! Hehehe.. Saya nggak bisa renang kan ya, jadi selama di dalam air saya harus berusaha ekstra keras untuk "hidup", wkwkwk. Bukannya lebai, tapi memang untuk 5 menit pertama, snorkeling bagi yang nggak bisa berenang itu terasa menyeramkan.

Melihat tingkah-polah saya yang tampak butuh pertolongan, seorang guide pun menghampiri saya. Dia menasehati saya agar rileks, tenang, dan "pasrah" pada gelombang air. Tak lama, seorang cowok India juga ikut menghampiri. Dia tersenyum sambil memberi kode dengan tangannya. "Come here, I can't swim too, hehe.." ujarnya. Alhamdulillah, ada bolo :D

So, selama beberapa saat saya hanya ngambang-ngambang nggak jelas gitu di deket tangga boat, bersama si cowok India. Hehe.. Sampai akhirnya saya kelelahan, dan memutuskan naik lagi ke big boat. Ternyata Wita sudah lebih dulu nangkring di tepi kapal. Dia capek juga ternyata. Sementara Novi si Ratu Pantai Selatan masih asyik main air. Aaaaah, iri banget sama si kiting!

Kelar snorkeling, kapal membawa kami kembali ke Phi Phi Don untuk makan siang di Phi Phi Hotel. Di sana saya makan spaghetti dan nyobain tom yam Thailand yang segar banget itu. Enak banget deh. Walau sopnya sudah dingin, tapi tetap saja rasanya hangat di tenggorokan. Nggak tahu pakai rempah apa saja. Hehe..

Setelah kenyang, kami pun memutuskan jalan-jalan sebentar di Phi Phi Don, sebelum masuk kembali ke big boat. Aduh, sayang banget kami nggak sempat main di pantainya. Tapi nggak apa-apa deh. Lain kali semoga ada kesempatan main lebih lama di sini..

Kami tiba kembali di dermaga Phuket Town sekitar pukul 17.00, dan sampai hotel pukul 17.30. Sesampainya di Hotel Sub Inn Patong, kami sempat ngobrol sebentar dengan mbak resepsionis untuk tanya cara ke Bangkok dengan bus. Baru setelah itu saya ngibrit ke kamar 207. Kebelet pipiiiiiis. Heheheh..

Hotel Sub Inn Patong cocok buat para low budget traveler yang tetap ingin kenyamanan. Kamar hotel ini tergolong lumayan, cukup luas, dan bersih. Dengan harga Rp 180 ribu per malam atau Rp 60 ribu per orang, kami bisa mendapat kamar berfasilitas AC, 3 tempat tidur, TV, kulkas, dan tentunya kamar mandi yang bersih. Saya sarankan, kalau memang kalian tertarik ke Patong, Hotel Sub Inn jadi pilihan pertama. Bule pemilik penginapan juga baik kok orangnya.

Selesai mandi, kami segera mencari makan malam. Warung pinggir jalan lagi-lagi menjadi tujuan kami. Di samping murah, warung pinggir jalan biasanya menyediakan makanan lokal dengan citarasa yang masih orisinil. Pilihan jatuh pada warung vegetarian yang letaknya hanya sekitar 50 meter dari Sub Inn Hotel.

Di sana kami memilih nasi goreng lokal, tempura, dan bakso goreng. Tempura dan bakso itu dipadu dengan kuah bening dan sambal ala otak-otak. Not bad lah, rasanya. Untuk minumannya, kami memesan es longan.  Enak sih.. Tapi nggak terlalu spesial. Rasanya kayak air mata kucing khas Malaysia, hehehe..

Untuk semua itu, kami mengeluarkan 90 bath atau sekitar Rp 27 ribu per orang. Sedikit mahal sih, menurut saya. Tapi nggak apa, lah. Toh memang kami menyesuaikan harga turis, hee.. Nasib, nasib.

Nasi goreng vegan ala Chef Patong
Dicocol pake kuah bening, maknyusss...
Enakan tempura Indonesia dibanding ini. Bener lho..

Setelah kenyang, kami bertiga berjalan kaki ke arah Pantai Patong. Ternyata pantainya nggak jauh. Sekitar 100 meter, kami sudah bisa melihat jajaran resto tepi pantai berpasir kelabu itu. Pantai Patong menurut saya adalah paduan Pantai Sanur dan Pantai Kuta. Warna dan lembut pasirnya, anginnya, suasananya..

Sayang banget nggak bisa ambil banyak foto. Maklum, kamera Olympus saya masih jadul. Kalau dipakai untuk motret objek malam hari, pasti blur. Hehe.. Baiklah, sepertinya memang kami ditakdirkan ke pantai lagi esok pagi, untuk foto-foto, tentunya. Sampai bertemu besok, Pantai Patong!

Pantai Patong malam hari
Sudah jelas lah ya, kaki saya yang mana. Heheheh

Biaya hari ke-2 (dalam rupiah):
1. Sewa kaki katak: Rp 24.000
2. Fee Pier Phi Phi: Rp 6.000
3. Sewa hotel: Rp 60.000
4. Makan malam: Rp 27.000
5. Kopi 2bh di 7-11: Rp 30.000

Total pengeluaran hari ke-2: Rp 147.000

Comments

Popular Posts