Love, Wedding, and Marriage: Cinta (Nggak) Bisa Dipaksa?

Apa jadinya jika kita mendapati orang tua kita yang selama ini tampak saling mencintai, tiba-tiba memutuskan akan bercerai? Apakah kita membiarkan mereka berpisah? Atau kita justru berusaha sekuat tenaga menyatukan mereka? Tapi, bisakah cinta dipaksakan?

Ava (Mandy Moore), adalah konsultan pernikahan yang hidupnya lurus-lurus saja. Dia punya orang tua yang usia pernikahannya hampir 30 tahun, adik yang sangat dekat dengannya, serta suami yang sangat menyayanginya. Hidupnya jungkir-balik saat Betty, ibunya, tiba-tiba menuntut cerai sang ayah, Bradley.

Sebagai konsultan pernikahan, Ava nggak mau gagal memperbaiki hubungan pasangan suami-istri yang tengah bermasalah. Apalagi yang sedang dia hadapi adalah orang tuanya sendiri. Dengan segala daya-upaya, Ava pun berusaha menyatukan ayah-ibunya kembali.

Saking nggak inginnya Betty dan Bradley bercerai, Ava sampai menggunakan cara-cara yang nggak rasional. Hal ini membuat suaminya, Charlie (Kellan Lutz), kecewa berat padanya. Di samping itu, Charlie juga merasa terabaikan lantaran Ava terlalu mencurahkan waktunya untuk menyatukan kembali Bradley dan Betty.

Berhasilkah Ava menggagalkan rencana perceraian orang tuanya? Apakah Charlie mau memaafkan Ava dan menerima Ava kembali? Lihat saja sendiri ya, filmnya. Hehehe :D

Film ini merupakan debut Dermott Mulroney sebagai sutradara. Mulroney sebelumnya berseliweran di sejumlah film drama komedi, salah satunya My Best Friend’s Wedding. Setelah menyelesaikan menonton Love, Wedding, and Marriage, saya jadi ingin menyarankan Mulroney untuk jadi aktor saja. Sorry to say, tapi filmnya jelek!

Saya menilai, kesalahan Mulroney dalam menggarap film ini dimulai saat memilih tema yang standar. Hey, masih banyak ide yang bisa dieksplorasi kan, dibanding mengangkat tema Love, Wedding, and Marriage ke dalam sebuah film? Ide film ini menurut saya sangat basi, nggak menarik, dan mengada-ada! hehehe..

Jalan cerita film yang sangat oldskul diperparah dengan pemilihan Kellan Lutz sebagai tokoh utama mendampingi Mandy Moore. Mulroney mungkin memilih Lutz karena cowok itu punya badan dan tampang seperti pacarnya Barbie (walau saya pribadi menilai fisik cowok seperti Lutz sama sekali nggak menarik..).

Tapi soal akting, Lutz sangat jauh dibandingkan aktor drama komedi lainnya, yang masih newbie sekali pun. Dia di mata saya, terlihat nggak mampu akting di depan kamera, apalagi memainkan ekspresi. Nggak ada bedanya lah, muka dia saat senang, sedih, atau marah sekalipun. Dataaaaar banget. Huehehehe.. :D

Kalau anda penggemar Lutz, sila menonton film ini. Tapi kalau tidak, mending milih film lain, deh.. Satu bintang saja untuk “anak pertama” Mulroney ini.

Comments

Popular Posts