Midnight in Paris: Karena Menjenguk Masa Lalu Itu Melenakan...


"That Paris exists and anyone could choose to live anywhere else in the world will always be a mystery to me.." [Adriana]

Romantis, gedung-gedung eksotis, arsitektur yang cantik, taman kota nan damai, dan kafe-kafe mungil yang "nyeni" dan menawarkan kehangatan secangkir kopi panas. Itulah Paris yang dikenalkan sutradara Woody Allen dalam film nominator Golden Globe 2012, Midnight in Paris.

Lebih dari tiga menit di awal film, kita langsung disuguhi penggalan sudut kota Paris yang demikian mempesona. Allen mampu mencacah ibukota Prancis itu menjadi potongan-potongan yang membuat silau kita yang belum pernah menyambanginya langsung. Sangat memikat! Apalagi diiringi musik jazz yang mengalun manis, sejak awal hingga akhir film berdurasi 88 menit ini.

Masa lalu memang melenakan bagi Gil Pender (Owen Wilson), penulis naskah Hollywood yang juga bekerja di Nostalgia Shop --toko yang menjual barang-barang antik. Ia begitu menggilai karya sastra zaman dulu, yang ditulis penyair macam Ernest Hemingway, Gertrude Stein, maupun pasangan suami-istri Scott dan Zelda Fitzgerald.

Itulah mengapa Gil begitu tergila-gila pada tahun 1920-an, yang ia anggap sebagai golden age. Alasannya, pada dekade itu seniman-seniman ternama hidup dan sedang hebat-hebatnya. Gil pun sering membayangkan, seandainya ia bisa hidup di masa itu dan bertemu dengan para idolanya.

Suatu hari, di tahun 2010, Gil piknik ke Paris bareng tunangannya, Inez (Rachel McAdams), dan kedua calon besannya yang berasal dari kalangan ekonomi atas. Di kota itu, sebenarnya mereka berempat sudah merencanakan untuk bersenang-senang: sederet makan malam romantis, dan mengunjungi sejumlah tempat wisata ternama.

Semua berubah sejak Paul, senior Inez di kampus yang tampan dan 'tampak' pintar --dia dikisahkan akan memberi kuliah di Universitas Sorbonne-- datang. Gil yang gerah dan cemburu akhirnya memilih untuk menghabiskan malam seorang diri. Tak disangka, pilihannya itu membawanya ke sebuah petualangan magis yang di luar nalar.

Wilson n Carla Bruni

Gil kemudian bertemu dengan Scott dan Zelda Fitzgerald, dengan cara yang tak ia mengerti. Yang menyenangkan, ia juga bertemu dengan sederet seniman jadul tahun 1920-an. Tak cuma Hemingway dan Stein, tapi juga Cole Porter, Salvador Dali (dibawakan dengan unyu oleh Adrien Brody), TS Eliot, dan Pablo Picasso. Uniknya, para tokoh itu cuma bisa ditemui setelah masuk tengah malam.

Tak ada yang percaya cerita Gil soal pertemuan demi pertemuannya dengan Hemingway cs. Pun sang tunangan, merasa otak Gil bermasalah. Inez juga menuduh Gil terlalu menggilai masa lalu, sampai tak bisa berpikir sehat. Hal ini membuat Gil memikirkan kembali hubungannya dengan Inez. Apalagi kini, ada cewek yang sedang dia incar. Namanya Adriana (Marion Cotillard), pacar Picasso :p

Gil and Adriana
Film yang naskahnya ditulis sendiri oleh Allen ini kaya dialog menarik. Karena itu saya merasa film ini begitu lengkap dan "saya banget", hehe.. Ini salah satu dialog antara Gil dan Inez di awal film, yang membuat saya berpikir Gil mirip saya :D

Gil: This is unbelievable! Look at this! There's no city like this in the world. There never was.
Inez: You act like you've never been here before.
Gil: I don't get here often enough, that's the problem. Can you picture how drop dead gorgeous this city is in the rain? Imagine this town in the '20s. Paris in the '20s, in the rain. The artists and writers!
Inez: Why does every city have to be in the rain? What's wonderful about getting wet?

Selain dialog-dialognya yang apik, film ini juga ditopang visual yang mahaindah, musik yang mengalun merdu, plot yang unik, kisah cinta yang manis, dan artis-artis terkenal di sepanjang film. Ada si ibu negara Prancis, Carla Bruni, juga lho.. Dia tampil sebagai cameo, tapi muncul beberapa kali.

Tak heran, kalau Midnight in Paris mendapat empat nominasi Golden Globe 2012 untuk kategori film komedi, penulis naskah, sutradara, dan aktor terbaik. Owen Wilson memang bermain bagus di sini. Dia masih memainkan karakter khasnya yang lucu, hangat, dan easy going. Tapi di bawah arahan Allen, akting Wilson terlihat lebih matang. Ia begitu baik memerankan sosok pria romantis yang suka berjalan di bawah guyuran hujan.

Meski durasinya tergolong singkat, tapi banyak yang bisa kita pelajari dari film ini. Kita ditegaskan, bahwa masa lalu memang sungguh menarik dan menggoda. Pilihan kitalah yang akan menentukan, di mana kita akan tinggal. Apakah di masa lalu, ataukah di masa kini, yang hanya bisa menjadikan tokoh-tokoh pujaan itu sebagai legenda.

Yang jelas, Paris memang mudah membuat kita jatuh cinta, lagi dan lagi.. Seperti yang dikatakan Gil pada Adriana di bawah ini. Umm.. Menurut saya, deskripsi Paris yang ditulis Allen (dan disuarakan Gil di film), sangat tepat menggambarkan betapa romantisnya kota ini:

"Because you look around and every street, every boulevard, is its own special art form.. And when you think that in the cold, violent, meaningless universe that Paris exists, these lights, I mean come on, there's nothing happening on Jupiter or Neptune, but from way out in space you can see these lights, the cafés, people drinking and singing. For all we know, Paris is the hottest spot in the universe.." [Gil Pender].

Comments

  1. Paris in the morning is beautiful. Paris in the afternoon is charming. Paris in the evening is enchanting. But Paris after mindninght is magic :)

    ReplyDelete
  2. I wanna have and capture Paris in all that session. Hahah.. Woho.. Moga bs ke sana ya Iboy! *iri sm Mbak Imel*

    ReplyDelete
  3. yuukk makanya sekulah ke eropah piiit. amin amin. nanti kita ketemu di depan champ de elyse yaaa

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts