Kepercayaan Diri dalam Beha

Saat memilih baju tidur biru muda dan beha di Bra House Jumat malam lalu, saya dan Ririn sibuk sendiri. Kami sibuk memilah baju tidur dan beha berdasar sejumlah hal: ukuran, warna, tawaran kenyamanan, dan aksen. Ya, aksen. Apakah rendanya seksi, apakah manik-maniknya norak, atau apakah pitanya manis.

Mungkin terkesan "nggak penting" bagi sebagian orang. Dengan alasan "beha dipakai di dalam dan nggak kelihatan", kita dijustifikasi pemikiran bahwa beha tidak perlu bertampilan cantik dan menarik. "Yang penting nyaman," kata sejumlah orang.

Kamu setuju pendapat itu? Saya sih enggak. Bra bagi saya adalah salah satu pemantik percaya diri. Saya bisa sangat bahagia berada dan memilih kutang di sebuah toko, dan tersenyum girang saat sukses menemukan sebuah dua buah yang sesuai keinginan.

Peduli apa saya soal "ketidakterlihatan"? Ada kalanya saya bahagia karena suatu hal yang tidak diketahui orang lain. Beha cantik -dengan magisnya- bisa membuat saya bahagia dalam sebuah hari. Jika itu yang terjadi, apa salah jika saya memuja beha?

Beha bagi saya bukan cuma penyangga payudara. Bukan cuma alat yang dibuat agar bentuk tetek kita bagus dan tidak kendur. Beha bagi saya adalah sahabat yang tahu cara menyenangkan hati saya. Yang bisa membuat saya lebih sayang tubuh saya. Yang bisa membuat saya menjadi "diri" yang utuh, yang tidak taksa.

Comments

  1. betul, betul..

    kadang milih beha itu kayak milih pasangan, selain nyaman, pas, cocok, tapi juga kudu oke. meski cuma dipakai di dalam... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha iya kan.. harus yang sesuai sama pilihan, fisik maupun kenyamanannya :)

      kalau kendor atau terlalu kencang, ya nggak sehat dan nggak bagus buat dada heheh

      Delete

Post a Comment

Popular Posts