Tom dan Summer


Saya dan sahabat saya Ririn tiba-tiba pengin banget nonton lagi 500 Days of Summer. Saya udah nonton film itu berapa kali, ya.. Saya lupa. Yang jelas saya suka banget film itu karena mengajarkan banyaaaaaaak hal. Hal yang mungkin kerap kita temui dan alami, tapi kita abaikan.

Poin-poinnya nih:
* Semua hal, termasuk perasaan, bisa berubah. Dari benci, jadi cinta. Dari cinta banget, jadi benci banget. Hati itu rentan terbolak-balik, teman.. Seperti halnya tubuh. Eaaaa
* Bisa saja kita merasa orang yang kita suka adalah "takdir" kita. Soulmate, or something like that. Tapi percayalah, hal itu cuma FEELING, jika kalian nyatanya tidak pernah bersama.
* Menyukai seseorang tentu tak salah. Berharap dan berusaha bisa jadian dengannya juga tak salah. Akan "salah" jika kita memaksanya menerima FELING kita bahwa dia adalah jodoh kita. Sekali lagi, teman, itu cuma FEELING.
* Tidak bisa membalas rasa sayang orang lain, pun tak salah. Nggak suka ya nggak suka. Suka ya suka. Yakin ya yakin. Nggak yakin ya nggak yakin. Bisa berubahkah itu semua? Tentu bisa. Tapi ya prosesnya tak semudah mengentut atau bernafas.

Siapa saja bisa jadi Tom. Siapa saja bisa jadi Summer. Siapa saja bisa memilih tidak menjadi keduanya. Semua pilihan. Dan menurut saya, Tom tidak pernah mau membaca petanda sejak awal. Summer mungkin pernah meyukainya dan tertarik secara fisik. Tapi itu bukan jaminan Summer adalah jodohnya. Bukan pula jaminan Summer menyayanginya, dan menganggapnya lebih dari sekadar teman tidur atau teman mandi bareng.

"If Tom had learned anything... it was that you can't ascribe great cosmic significance to a simple earthly event. Coincidence, that's all anything ever is, nothing more than coincidence... Tom had finally learned, there are no miracles. There's no such thing as fate, nothing is meant to be. He knew, he was sure of it now."

"I just... I just woke up one day and I knew.  I was never sure of with you."

"You weren't wrong, Tom. You were just wrong about me."

Comments

Popular Posts