Taman Mini yang (Ternyata) Kece

Saat di Semarang, saya suka banget go show ke mana gitu. Kalau hari ini tiba-tiba pengin ke Jokja, ya ke Jokja. Pengin ke Solo, ya ke Solo. Atau sekadar muter-muter keliling kota malam hari sambil nyalain radio kencang-kencang dan nyanyi teriak-teriak (entah suara cempreng saya kedengeran dari luar atau enggak hihi).

My partner in crime Nindy juga sama aja kelakuannya. Tapi berhubung wiken lalu dia pulang Semarang nyamper si suami, jadilah saya "menyeret" pasangan saya. Tujuannya? Kebun Raya Cibodas. Aih saya sangat suka tempat itu. Dan tiba-tiba saja merindukannya.

Siang itu, kami sudah siapkan semuanya. Bekal makanan, baju ganti, dan pakai baju dobelan karena Cibodas sangat dingin. Rencananya, kami akan parkir motor di Terminal Kampung Rambutan, lalu dari sana naik bus arah Puncak. Bus yang sama yang kami naiki saat naik Gunung Gede beberapa waktu lalu.

Riang gembira semangat 45 dan nafsu luar biasa pada Cibodas, kami berdiri anteng menunggu bus arah Puncak datang. Sampai akhirnya bus yang ditunggu muncul, dan kami bergegas mendatanginya. Tapi jawaban si kenek meruntuhkan gelora di hati. "Jalur ke Puncak ditutup, neng. Baru dibuka lagi entar malam.."

Jeglerrrr!!! Bruk. Saya pun langsung bengong di tempat. Angga dan Mpri saya BBM, tapi mereka bilang tak ada alternatif jalur selain itu untuk ke Cibodas. Saya ingat 2 tahun lalu bisa mulus sampai ke Cibodas karena berangkat pagi banget. Sedangkan ini.. Ini.. *pukul-pukul pak kenek*

Si pacar pun langsung menyabotase bus dan nekat menyopirinya ke Cibodas demi saya. Stop stop ini ngarang. Kepalang tanggung berada di Kampung Rambutan, doi akhirnya mengajak saya yang masih bengong ini ke TMII. Saya menurut saja karena "ya udah lah, ke mana aja asal sama kamu, bebih..". Halah pret.

Terik mengiringi perjalanan kami ke TMII. Alamak, tau gitu enggak pake baju begini. Tapi tetap harus semangat, dong. Cakep cakep gini, kami belum pernah tauk, ke Taman Mini. Kata si pacar, yang penting ke sana dulu. Daripada muka saya memelas mulu karena batal ke Cibodas, empet juga kali doi lihatnya.

Taman Mini Indonesia Indah itu setahu saya enggak cukup 1 hari mengelilinginya. Sedangkan kami tiba di sana sudah siang, jadi cuma punya waktu sebentar untuk putar-putar. Setelah membayar tiket Rp 24 ribu (untuk 2 orang dan 1 motor), kami pun segera mencari tempat semeleh untuk googling soal wahana-wahana TMII.

Tujuan pertama kami adalah.. Museum Indonesia. Kenapa memilih itu? Apakah karena isinya menarik? Atau direkomendasikan para blogger? Oh tidak. Kami memilihnya karena itu objek terdekat dari tempat kami duduk. Kayaknya moto hari itu adalah "Let it flow lah..". Heheheh

Tapi Museum Indonesia keren kok. Bangunan depannya dibuat ala pura-pura di Bali. Seksi deh. Interiornya juga oke. Bersih, rapi, dan koleksinya menarik. Mirip buku Atlas versi diorama lah. Bayarnya per orang Rp 10 ribu, gratis aqua gelas dan dua permen.

Museum Indonesia
Lantai 3 Museum Indonesia
Miniatur pinisi
Museum Indonesia terdiri atas tiga lantai. Lantai pertama berisi beragam wayang dan baju nasional, lantai dua berisi senjata adat dan alat transportasi, sedangkan lantai tiga berisi koleksi uang kuno di Indonesia sejak zaman baheula. Museum ini adalah satu dari belasan lainnya di TMII. Seperti Museum Purna Bhakti Pertiwi, Museum Perangko, Museum Transportasi, Museum Olahraga, Museum Reptil, dll. Harga tiket masuknya beragam. Ada yang gratis, Rp 2 ribu, dan termahal Rp 10 ribu.

Kelar keliling museum, kami melaju ke Taman Bunga Keong Mas. Huwaaaaa suka banget lah sama tempat ini. Cantiiiik, adem dan sejuk segar.. Di sini kami "ndeprok" di rerumputan. Ngapain? Nari India, doooong. Tapi boong. Ngahahaha.. Ini taman lumayan asyik lho dan harga tiket masuknya juga cuma Rp 5 ribu. Apalagi di salah satu sisinya ada danau yang luaaaaaas sekali. Lengkap dengan kursi tamannya yang cihuy.




Agak sore, kami cabut ke Skylift alias kereta gantung. Dengan membayar Rp 30 ribu per orang, kami bisa menikmati pemandangan TMII dan sekitarnya dari ketinggian. Pemandangannya memang enggak cakep-cakep banget, ya. Yang penting adalah dengan siapa kita ke sana (oke maaf kalau ada yang mual). Tapi ada juga yang oke, yakni miniatur kepulauan Indonesia.




Saya seperti biasa lah jumpalitan enggak bisa diem di dalam kereta gantung. Sibuk nunjuk ini-itu dan norak abis. Tapi emang saya suka dinaikin eh naik beginian. Walau sunsetnya lebih "dapet" saat naik kereta gantung di Ancol, yang ini juga layak dicoba lah.

Sebenarnya masih ada puluhan wahana lain di TMII yang bisa dicoba untuk alternatif. Kalau mau cek apa aja jenis wahana dan harga tiketnya, bisa dicek di situs TMII langsung. Saran saya sih ke sana pakai baju tipis aja, karena panas dan supergerah. Hehehe.. Have fun!

Salam jalur tutup!

Comments

Popular Posts